Share

Bab 4. Menuju Kontrakan

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-22 16:02:35

Taksi meluncur di tengah lalu lintas kota, Aira dan Steven duduk di belakang sambil mencatat barang-barang apa saja yang akan dibelinya nanti.

Sambil melihat ponselnya untuk mencatat keperluan apa saja yang akan ia beli nanti di minimarket, Steven berkata, "Nanti kita beli beberapa barang untuk keperluan di kontrakan, ya."

"Terserah!" jawab Aira dengan nada ketus.

Namun, tiba-tiba, sopir taksi dengan cekatan menginjak rem, membuat mereka berdua terguncang sampai kepala Aira terbentur kaca mobil.

"Awhh …!" rengek Aira kesakitan, "hati-hati dong, Pak, kalau nyetir! Sebenarnya bisa nyetir gak sih?" omel Aira kesal seraya menyentuh kepalanya yang sakit.

"Maaf, Mbak, ada halangan di depan. Sepertinya ada pohon tumbang." Sopir berkata dengan penuh penyesalan karena tiba-tiba mengerem dadakan mobilnya, sampai membuat penumpangnya terbentur pintu mobil.

Steven memandang keluar jendela. Dan benar saja, sebuah pohon besar sudah menghalangi jalan mereka, dan beberapa kendaraan lain pun sedang berhenti di depannya.

"Maaf, Mas, Mbak, sepertinya kita mungkin harus sedikit bersabar sampai situasi di depan mereda," ucap Sopir tersebut.

"Tidak apa-apa, Pak. Kita tunggu saja," kata Steven dengan santai.

Beberapa menit kemudian, mereka melihat sekelompok anak kecil berlarian ke arah taksi.

"Pak sopir, tolong! Adik kami kehilangan mainan di selokan," kata anak lelaki yang mengenakan kaos oblong berwarna merah.

"Iya, kami tak bisa mencapai karena terlalu dalam!" ujar salah satu temannya.

Sang sopir berpikir sejenak karena ia takut pakaian kerjanya akan kotor. "Baiklah, anak-anak. Bapak akan mencoba membantu kalian."

"Tidak perlu, Pak. Biar saya saja, nanti pakaian kerja Bapak kotor lagi." Steven tersenyum sambil membuka pintu mobil, lelaki tampan yang berhidung mancung itu segera keluar dari dalam mobil.

Steven turun dari taksi dan membantu anak-anak itu, mencari mainan yang terjatuh ke dalam selokan.

Sambil tetap duduk di dalam taksi, Aira melihat ke arah Steven dan anak-anak yang tengah berusaha mencari mainan yang jatuh ke dalam selokan.

Aira berpikir dalam hati, 'Steven memang baik hati dan perhatian terhadap orang lain. Anak-anak itu juga terlihat bahagia.'

Saat Steven dengan cepat merasa akrab dengan anak-anak yang mencari mainan di selokan, Aira merasa kagum dan sedikit terkejut. Meskipun dia tahu bahwa Steven memiliki sifat yang ramah, tetapi kemampuannya dalam mengakrabkan diri dengan anak-anak itu adalah sesuatu yang tidak dipikirkan sebelumnya.

Aira menepis pemikirannya sesaat, bisa-bisanya ia mulai mengagumi lelaki itu. Jelas-jelas lelaki yang sudah menjadi suaminya mungkin saja sedang cari muka di depannya.

Beberapa saat kemudian, Steven akhirnya sudah kembali ke dalam taksi dengan pakaian yang kotor.

"Steven, apa yang terjadi? Kenapa kamu begitu kotor?"

Melihat Steven kembali dengan pakaian yang kotor, Aira merasa jijik dan hampir ingin muntah. Dia merasa terkejut dengan kondisi Steven dan tidak tahu apa yang membuatnya begitu kotor.

Aira mencoba menahan rasa jijiknya dan berbicara dengan ekspresi marah. "Kamu begitu menjijikan, Steven!"

"Maaf ya, Aira. Tadi waktu mencari mainan anak-anak, aku agak terpeleset dan jatuh ke dalam selokan."

Aira memutar bola matanya malas, menutup hidungnya, mencoba menahan rasa jijik. "Oh, begitu ... Itu kenapa kamu kembali dengan begitu banyak lumpur sih, kamu membuat aku ingin muntah?"

"Iya, maafkan aku. Aku terlalu antusias membantu mereka tadi. Jadi, tidak sadar kalau terpeleset."

Aira merasa terganggu dengan pemandangan Steven yang kotor. Dia merasa tidak nyaman dan ingin segera sampai di kontrakan.

"Pak, bisa jalan sekarang gak? Saya gak kuat lama-lama semobil sama dia!"

"Bisa, Mbak. Kebetulan jalanan sudah tidak macet lagi," kata Sopir Taksi tersebut, lalu menjalankan kembali mobilnya.

Sesampainya beberapa menit berlalu. Akhirnya Steven dan Aira sudah turun dari taksi tersebut.

Steven segera menurunkan beberapa koper mereka setelah membayar tagihannya.

"Di mana kita akan tinggal? Jangan bilang kamu akan membawaku tinggal di kolong jembatan!" tanya Aira dengan nada ketusnya.

"Di dalam gang sana!" tunjuk Steven ke arah gang yang begitu sangat sempit.

"Apa?" Aira terperangah melihat ke arah gang yang begitu sangat sempit, "kamu mengajakku tinggal di gang yang sempit seperti itu?"

Sulit bagi Aira untuk membayangkan kehidupan di kontrakan yang berada di gang sempit, bahkan melihat permukimannya saja yang begitu kumuh membuat wanita yang memiliki rambut panjang sebahu itu merasa risi.

"Hanya tempat ini yang bisa kita tinggali sekarang. Nanti kalau masa kontraknya sudah selesai, aku akan mencari tempat yang lebih nyaman lagi."

Aira menghela napas dalam-dalam, ketika melihat Steven yang sudah berjalan terlebih dulu dengan membawa dua koper mereka.

"Mimpi apa aku ini? Bisa-bisanya menikah dengan lelaki miskin seperti dia?" Aira bergumam seraya berdecak kesal.

Aira terpaksa berjalan membuntuti Steven dari belakang. Karena gang sempit dan keterbatasan ruang, Aira tidak memiliki banyak pilihan selain mengikuti di belakang Steven dengan jarak yang cukup jauh dan hanya menggerutu kesal mencebikan bibirnya.

"Masih lama gak?! Kenapa dari tadi gak sampai-sampai sih?" Aira berteriak kepada Steven yang sudah berada jauh di depannya.

Steven tiba-tiba berhenti dan berbalik menghadap Aira dengan senyum lebar. "Sebentar lagi kok, itu di depan!" tunjuk Steven ke arah kontrakannya.

Aira berdecak kesal lalu berkata, "Sudah masuk gang sempit! Kontrakannya jauh pula! Kamu sengaja mengerjai aku, ya!"

Steven tak merespon perkataan Aira, lelaki yang memiliki wajah kotak itu kembali berjalan menuju kontrakannya.

Saat Aira merasa Steven tidak merespon perkataannya dan melihat lelaki itu berjalan kembali menuju kontrakannya, Aira berteriak, "Dasar lelaki nyebelin!"

Aira merasa sedikit kecewa karena Steven tidak memberikan tanggapan atau reaksi apa pun terhadap apa yang baru saja dia katakan.

Aira memutuskan untuk mengikuti Steven, berjalan di belakangnya kembali dengan wajahnya yang sudah begitu kesal.

Sesampainya di depan kontrakan, Steven mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka pintu dengan hati-hati.

Namun, ketika Steven ingin membuka pintunya, lelaki yang memiliki gaya rambut comma hair itu melihat ke arah Aira yang berjalan seperti siput.

"Cepatlah sedikit!" teriak Steven dari depan kontrakannya.

Aira hanya mencebikkan bibirnya menggerutu begitu kesal. Apalagi kakinya yang sudah teramat lelah untuk melangkah, membuatnya semakin ingin menghilang dari tempat yang memuakkan ini baginya.

"Ayo masuk," ucap Steven dengan senyum ramah, melihat Aira yang sudah berada di hadapannya.

Sepertinya Aira begitu sangat kesal kepadanya, semua itu terlihat jelas dari raut wajah Aira yang ditekuk.

Setelah pintu kontrakan mulai terbuka, Aira membulatkan matanya sempurna saat melihat ke dalam kontrakan yang begitu kumuh dan berdebu. Dia merasa terkejut dan sedikit tidak percaya dengan kondisi kontrakan yang begitu berantakan.

"Oh, tidak. Bagaimana bisa aku tinggal di kontrakan seperti ini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir   Bab 125. Tamat

    Beberapa bulan telah berlalu sejak pernikahan Michael dan Fika. Kini, Fika duduk di sofa ruang tamu, menunggu dengan gelisah kedatangan Michael dari kantor. Setiap kali mendengar suara mobil memasuki garasi, hatinya berdegup kencang. Namun, setelah beberapa saat, ketegangan itu berganti menjadi kekhawatiran saat Michael tak kunjung pulang.Fika menyalakan telepon genggamnya, mengecek pesan dari Michael, tetapi tak ada kabar. Waktu terus berlalu, membuat kecemasannya semakin dalam. Selama dua minggu terakhir, dia merasa jantungnya seperti akan copot dari dadanya. Sesuatu yang tak biasa terjadi pada tubuhnya, dan dia mulai curiga akan kehamilan.Fika bergegas menuju kamar mandi, mengambil tespek dari laci. Dengan gemetar, dia membuka bungkusnya dan mengikuti instruksi penggunaan dengan hati-hati. Ketika garis kedua mulai terbentuk, dia terkejut dan hampir tidak percaya. "Aku tidak salah lihat, kan? Ini garis dua, itu artinya aku hamil," gumam Fika, suaranya penuh campuran antara kekaguma

  • Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir   Bab 124. Hari Pernikahan & Kelahiran

    Hari pernikahan Michael dan Fika tiba, dan suasana penuh kebahagiaan menyelimuti rumah mereka. Keluarga dan teman-teman terdekat berkumpul untuk merayakan momen istimewa ini. Taman mereka dihiasi dengan indah, dengan bunga-bunga yang warna-warni menghiasi setiap sudut, menciptakan atmosfer yang mempesona.“Aku begitu deg-degan,” gumam Fika sembari menatap tubuhnya di dalam cermin. Wanita yang sudah mengenakan kebaya berwarna putih itu begitu cantik, bahkan Aira sendiri begitu pangling melihat sahabatnya itu.“Kamu cantik sekali,” puji Aira sambil menyentuh bahu Fika.“Terima kasih, Aira. Oh iya, Santi sama Nita sudah datang belum, ya?”“Sepertinya mereka masih di jalan. Para tamu juga sudah hadir. Apa kamu mau keluar sekarang?”Fika mengangguk. “Boleh.”***Para tamu mulai berdatangan, masing-masing membawa senyuman ceria dan ucapan selamat untuk pasangan pengantin baru. Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan terasa begitu kental di udara.Keluarga Michael dan Fika sibuk melayani par

  • Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir   Bab 123. Anugrah Terindah

    Di ruang tamu rumah orangtuanya, Michael duduk di antara kedua orang tuanya, Carlos dan Emily, sementara Fika duduk di seberang mereka. Suasana terasa tegang, seolah-olah ada sesuatu yang besar akan diungkapkan oleh Michael."Michael, ada apa sebenarnya?" tanya Emily dengan nada cemas. Dia melihat ekspresi serius di wajah anaknya, membuatnya khawatir.Michael menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mulai berbicara. "Ma, Pa, aku punya sesuatu yang ingin aku sampaikan pada kalian."Carlos dan Emily bertukar pandang, mereka bisa merasakan bahwa ini adalah hal yang penting. Mereka menunggu dengan cemas sambil memperhatikan Michael.“Apa yang ingin kamu sampaikan, Michael?” tanya Carlos."Aku ... aku dan Fika telah memutuskan untuk menikah," ujar Michael dengan tegas.Wajah Carlos dan Emily langsung berubah kaget. Mereka tidak bisa menyembunyikan kejutan mereka atas pengumuman tersebut. "Tunggu sebentar, Michael. Apakah kamu serius?" tanya Carlos dengan suara gemetar.Michael menganggu

  • Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir   Bab 122. Permintaan Maaf Michael

    Steven segera dilarikan ke rumah sakit setelah insiden tragis tersebut. Paramedis dengan cepat membawa tubuhnya yang terluka ke ambulans, sementara Michael dan Aira duduk di bangku belakang, penuh kecemasan dan ketakutan akan nasib Steven. Di perjalanan menuju rumah sakit, Michael mencoba menenangkan Aira, tetapi kecemasan mereka berdua tidak bisa disembunyikan.“Tenanglah, Aira. Steven pasti akan baik-baik saja.”“Aku hanya takut dia kenapa-napa.”Sesampainya di rumah sakit, Steven langsung diterima oleh tim medis yang siap sedia. Dokter segera memeriksa luka tembakannya, memastikan bahwa kondisi Steven stabil sebelum dibawa ke ruang operasi. Operasi dilakukan dengan cepat untuk mengeluarkan peluru yang masuk ke tubuhnya dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.Sementara itu, Aira duduk gelisah di ruang tunggu, menunggu dengan hati yang penuh kekhawatiran. Setiap detik terasa seperti jam bagi Aira, dan kegelisahannya semakin bertambah ketika tidak ada kabar tentang kondisi suam

  • Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir   Bab 121. Deraian Air Mata

    Steven, Michael, dan Fika akhirnya tiba di tempat yang diduga menjadi tempat penculikan Veline dan Aira. Michael dengan cepat menyuruh Fika untuk tetap berada di dalam mobil, menyadari bahwa situasi di luar sangatlah berbahaya.Namun, Fika bersikeras ingin ikut keluar dari mobil untuk ikut membantu. "Tapi, tapi, aku juga bisa membantu!" protesnya.Michael menatapnya tajam. "Tidak, kamu tetap di sini," ujarnya dengan nada yang tidak bisa ditawar.Steven, yang duduk di sebelah Fika, menambahkan, "Apa yang dikatakan Michael benar. Kamu tetap di dalam mobil saja karena di luar begitu berbahaya."Fika merasa sedikit kecewa, tetapi dia tahu bahwa mereka berdua hanya ingin melindunginya. Akhirnya, dia mengangguk dengan berat hati. "Baiklah," ucapnya pelan.Steven dan Michael lalu keluar dari mobil dengan hati-hati, siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi di dalam ruangan tersebut. Mereka berdua saling bertukar pandang, menguatkan satu sama lain dengan keberanian mereka.

  • Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir   Bab 120. Kelewat Batas

    Steven merasa seperti jantungnya berdegup kencang di dalam dadanya ketika dia menyadari Aira pergi begitu saja, setelah menerima panggilan telepon dari Andre. Panggilan itu memberitahunya bahwa Veline, anak mereka, dalam bahaya. Steven tidak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Andre, akan melakukan sesuatu yang sekejam ini.Dengan gemetar, Steven segera menyalakan mesin mobilnya lagi. Hati dan pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran yang tak terbayangkan. Dia mulai menekan pedal gas dengan keras, dan segera melaju mengikuti taksi yang sudah membawa Aira pergi.“Aku harus mengikuti Aira dari belakang,” gumam Steven, sambil terus fokus mengendarai mobilnya.Di tengah perjalanan, mobil Steven tiba-tiba mogok. Rasa frustrasi dan putus asa menghantamnya, seperti gelombang yang menghantam batu karang. “Sial, kenapa jadi mogok?” Dia mengetuk kemudi dengan marah, mencoba untuk menghidupkan mobilnya kembali, tetapi tidak ada reaksi. Dalam kepanika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status