Share

Bab 5. Pesta Ulang Tahun Richard

Menemani Aiden ke pesta ulang tahun Richard adalah hal yang Amora tak sangka. Wanita cantik itu berpikir, Aiden akan pergi sendiri, tapi ternyata malah mengajaknya. Jujur, Amora sangat malu untuk menghadiri pesta ulang tahun sepupu Aiden, tapi wanita itu tidak mungkin menolak apa yang sudah diinginkan Aiden.

Amora menatap cermin, melihat tubuhnya terbalut sempurna oleh gaun sederhana, tapi tetap terlihat sangat cantik di tubuh Amora. Beberapa kali Amora menghela napas dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya. Hadir di pesta pasti membuatnya sangat canggung.

“Amora, apa kau sudah siap?” tanya Aiden seraya melangkah masuk ke dalam kamar Amora. Beberapa detik, pria itu terdiam melihat penampilan Amora. Gaun yang dipakai wanita itu memang sederhana, tapi sangat cantik dan anggun di tubuh Amora.

Amora mengalihkan pandangannya, menatap Aiden yang kini berdiri di hadapannya. “Sudah, Aiden. Aku sudah siap.”

Aiden berdehem seraya melirik sekilas sebuah kotak yang ada di samping Amora. “Itu apa?” tanyanya penasaran.

“Oh, ini hadiah untuk Richard.” Amora mengambil kotak yang sudah terbungkus rapi. “Kemarin saat kau bilang akan mengajakku ke ulang tahun Richard, aku membeli hadiah kecil untuknya. Aku tidak enak datang hanya dengan tangan kosong.” Lanjutnya memberi tahu.

Aiden mengangguk singkat merespon ucapan Amora. “Kita berangkat sekarang.”

“Iya,” jawab Amora lembut—dan melangkah keluar kamar bersama dengan Aiden.

Sepanjang perjalanan, Amora melihat pemandangan indah di kota Manhattan. Aiden tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota. Sesekali Amora melirik Aiden yang sedang mengemudikan mobil. Pria itu tampak gagah dengan balutan tuxedo hitam. Akan tetapi, Amora kembali membuang pandangannya, tak ingin sampai Aiden menyadari dirinya menatap pria itu.

Tak selang lama, Aiden dan Amora tiba di salah satu hotel mewah yang ada di Manhattan. Hotel mewah itu menjadi tempat di mana Richard merayakan pesta ulang tahunnya. Mereka melangkah masuk menuju ballroom hotel, tapi tiba-tiba langkah Amora terhenti di kala mengingat sesuatu.

“Ada apa?” Aiden menoleh menatap Amora yang menghentikan langkahnya.

“Aiden, hadiah yang sudah aku siapkan untuk Richard tertinggal di mobil. Aku harus mengambil hadiah untuk Richard dulu,” ucap Amora gelisah, dan merasa sangat ceroboh. Dia tidak enak mendatangi pesta ulang tahun Richard dengan tangan kosong.

Aiden berdecak kesal. “Kau ini ceroboh sekali. Kenapa hal yang sudah kau siapkan, malah kau lupa?”

“Maafkan aku.” Amora menunduk, dengan nada penuh rasa bersalah.

Aiden merogoh kunci mobilnya, dan menyerahkan pada Amora. “Cepat. Jangan lama. Aku akan masuk duluan.”

Amora mengangguk patuh seraya mengambil kunci mobil Aiden. Wanita itu berbalik, dan melangkah menuju mobil. Dia berjalan sedikit cepat untuk bisa segera tiba di mobil. Setibanya sudah di depan mobil, Amora segera mengambil hadiah untuk Richard. Wanita cantik itu segera kembali masuk ke dalam lobby hotel, menuju ballroom hotel. Aiden sudah masuk duluan, jadi sekarang Amora harus segera menyusulnya.

“Maaf, boleh tunjukkan undanganmu?” Seorang penjaga mencegat Amora yang ingin masuk ke dalam ballroom hotel.

Amora terkejut di kala langkahnya dihalangi oleh seorang penjaga. “A-aku tidak ada undangan. Tapi aku istri Aiden Reficco. Aku ke sini bersama dengan Aiden.”

Sang penjaga mengerutkan keningnya bingung. “Jangan bergurau Nyonya.”

Sang penjaga melihat ke kanan dan ke kiri, tapi tidak ada Aiden di sisi Amora. “Nyonya, jika benar Anda adalah istri Tuan Aiden Reficco, maka harusnya Anda sekarang bersama dengan beliau. Lagi pula, saya juga tidak pernah melihat Anda.”

Amora bingung untuk menjelaskan. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia akan tetap berusaha untuk menjelaskan pada penjaga. “Aku tidak bohong. Aku istri Aiden Reficco. Aku ke sini karena undangan Richard.”

“Nyonya, lebih baik Anda pergi. Kami tidak bisa meladeni orang yang suka bicara omong kosong. Kami sibuk.” Penjaga itu mengusir Amora untuk pergi.

“Tunggu, aku akan menghubungi suamiku.” Amora mengeluarkan ponsel, dan membuka menu kontak di ponselnya. Namun, seketika dia mengingat bahwa dirinya belum memiliki nomor telepon Aiden.

Penjaga itu melipat tangannya di depan dada, dan menatap serius Amora. “Bagaimana? Apa Anda berhasil menghubungi nomor telepon Tuan Aiden Reficco?”

Amora menggigit bibir bawahnya kebingungan untuk menjelaskan pada sang penjaga. Dia tidak mungkin mengatakan dirinya tidak memiliki nomor telepon Aiden. Pasalnya pasti penjaga akan semakin mengira dirinya mengatakan omong kosong. Mana ada seorang istri tidak tahu nomor telepon suaminya.

“Apa yang sedang kalian lakukan dengannya?!” Tiba-tiba Richard muncul, menghampiri Amora dan sang penjaga.

Penjaga itu menundukkan kepala sopan di hadapan Richard. “Tuan, ada wanita aneh yang mengaku-aku sebagai istri Tuan Aiden Reficco.”

Richard tersenyum tipis menatap Amora yang tampak gelisah. “Dia memang istri Aiden Reficco, berani sekali kalian membiarkan istri seorang Aiden menunggu di luar! Jangan halangi dia untuk masuk ke pestaku.”

Penjaga itu segera menundukkan kepalanya. “Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak tahu Anda adalah istri Tuan Aiden Reficco.”

Amora tersenyum hangat. “Iya, tidak apa-apa.”

“Kita masuk ke dalam Amora.” Richard mengajak Amora untuk masuk ke dalam ballroom hotel.

Amora mengangguk, dan melangkah mengikuti Richard. Dia beruntung karena ada Richard yang menyelamatkannya. Jika dia tidak bertemu dengan Richard, entah bagaimana cara dia untuk masuk ke dalam ballroom hotel.

“Amora?” Aiden yang sudah berada di dalam ballroom hotel, cukup terkejut melihat Amora masuk bersamaan dengan Richard.

Richard berdiri di depan Aiden. “Kau masuk sendiri, tidak membawa istrimu? Apa kau tahu di depan penjaga menghadang dia masuk akibat kau meninggalkannya. Ck! Suami macam apa kau ini, Aiden.”

Aiden mengembuskan napas kasar mendengar cerita Richard. Tatapannya teralih pada Amora yang menundukkan kepala. “Ini semua karena kecerobohannya. Hadiah yang dia siapkan untukmu tertinggal di mobil.”

“Hadiah untukku? Mengapa kau repot-repot sekali sih.” Richard tersenyum ke arah Amora.

Amora yang menyadari belum memberikan hadiah untuk Richard langsung menyerahkan paper bag di tangannya pada Richard. “Iya, tadi aku mengambil hadiah untukmu yang tertinggal di mobil, Richard. Aiden tidak bersalah. Aku yang salah karena sudah ceroboh.”

Richard menerima hadiah pemberian dari Amora. “Thanks, Amora. Kau memang istri seorang Aiden Reficco.”

Amora tersenyum lembut. “Selamat ulang tahun, Richard. Doa terbaik untukmu.”

Richard mengangguk dan membalas senyuman Amora.

Aiden menatap dingin kedekatan antara Amora dan Richard. Pria tampan itu langsung menarik tangan Amora, berpindah menjauh dari Richard. Sontak tindakan Aiden, membuat Amora terkejut. Apalagi tubuh mungil Amora kini sangat berdekatan dengan Aiden.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status