แชร์

3 - Pertemuan Kedua

ผู้เขียน: Paus
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-24 06:45:55

Evelyn berdiri di depan sebuah gedung besar bertingkat. Gedung megah itu menjulang tinggi besar di hadapannya. Matanya berulang kali memperhatikan gedung itu dan gantian melihat kartu nama yang sedang dipegang olehnya.

Alamatnya sama persis dengan nama perusahaan yang sedang ditatap olehnya itu. Harrison Company. Itulah nama perusahaan tersebut. Sama persis dengan yang ada di kartu nama. Dengan bagian atasnya yang menyebutkan nama seseorang.

Gabriel Harrison.

Evelyn tidak tahu. Tapi sepertinya itu adalah nama pria yang pernah berbicara dengannya di sekolah. Posisi pria itu tertulis sebagai CEO di kartu nama tersebut. Satu hal yang masih membuatnya tidak mengerti kenapa seseorang dengan jabatan setinggi itu bisa mengenalnya. Bisa mengetahui hal-hal pribadi yang hanya diketahui olehnya.

Tapi anggaplah Evelyn sudah berada di jalan buntu. Dirinya tidak tahu lagi harus pergi ke mana dan sudah merasa cukup menyusahkan beberapa orang belakangan. Terutama teman-temannya. Jadi dirinya tidak punya pilihan selain mendatangi tempat tersebut.

Evelyn akhirnya memutuskan untuk memasuki perusahaan tersebut. Ada seorang petugas keamanan di bagian depan dan pria itu bertanya mengenai maksud dan tujuannya sebelum akhirnya mengarahkannya ke petugas resepsionis.

"Tapi maaf, yang ingin Anda temui adalah pemilik dari perusahaan ini. Sebelumnya saya ingin bertanya apakah Anda kebetulan sudah memiliki janji dengan Pak Harrison?" Petugas resepsionis itu bertanya dengan menggunakan nama belakang Gabriel

"Oh, untuk itu." Evelyn kebingungan. "Belum. Saya belum ada janji." Tentu saja dirinya tidak sebodoh itu. Untuk menemui seseorang dengan jabatan setinggi itu, tentu saja harus memiliki janji terlebih dahulu. Pria itu pastilah orang yang sangat sibuk dengan banyak jadwal. Tidak sembarangan bisa menemuinya tanpa janji temu.

"Kalau begitu sangat disayangkan. Sepertinya Anda tidak bisa menemui Pak Harrison sekarang. Tapi tidak perlu khawatir, sekarang Anda bisa membuat janji terlebih dahulu, dan saya akan membuatkan jadwal khususnya supaya Anda bisa bertemu nanti dengan Pak Harrison."

"Tidak! Saya harus bertemu dengan orang itu sekarang juga." Evelyn tanpa sadar sedikit berteriak. Dirinya kemudian langsung menutup mulutnya rapat sambil menoleh ke sana ke mari. Sadar bahwa itu tidak sopan.

"Ah, Maaf. Saya tidak bermaksud untuk membuat keributan. Tapi pria yang barusan kau sebutkan itu, dia sendiri yang memberikan saya kartu nama ini." Evelyn memperlihatkan kartu yang dipegangnya kepada petugas resepsionis dan wanita itu langsung memperhatikan dengan lebih dekat. Bertanya apakah dia boleh menyentuhnya atau tidak dan Evelyn pun langsung memberikannya.

Dia meneliti kartu nama itu dan sama persis seperti yang juga dimiliki olehnya.

"Atau setidaknya mungkin kau bisa mengkonfirmasinya sekarang juga. Saya akan langsung pergi dari sini kalau dia memang tidak bisa ditemui."

"Baik, kalau begitu tunggu sebentar." Petugas resepsionis itu menyerahkan kembali kartu nama kepada Evelyn dan dia langsung menghubungi seseorang lewat telepon.

Evelyn menunggu tidak sampai satu menit. Wanita itu menjelaskan siapa dirinya dan apa tujuannya datang. Setelahnya Dia terlihat menganggukkan kepala kemudian menutup panggilan.

"Pak Harrison bilang Anda bisa menemuinya sekarang juga," katanya dan Evelyn tanpa sadar langsung semringah mendengar hal itu.

Si petugas resepsionis kemudian memanggil petugas keamanan yang berdiri di depan. Evelyn diantarkan oleh petugas keamanan atas perintah langsung dari petugas resepsionis.

Keduanya pergi ke arah lift dan bergabung dengan beberapa orang yang juga ingin naik. Evelyn turun di lantai teratas mengikuti petugas yang berjalan di depannya. Mereka kemudian berhenti di depan sebuah pintu. Di depan ruangan tersebut, ada sebuah ruangan lain yang sebagian besar bagian dalamnya bisa terlihat lewat kaca. Seorang perempuan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Seperti sudah menunggu kehadiran Evelyn.

"Ibu Evelyn?" Wanita muda itu bertanya. Evelyn pun menganggukan kepalanya. "Mari ikut saya," katanya tersenyum lebar dan dia langsung mempersilahkan petugas keamanan yang datang bersama Evelyn untuk kembali bekerja.

Setelahnya Evelyn diajak masuk melewati pintu yang ada di hadapan Evelyn. Ruangan di dalamnya sangat luas. Bernuansa hitam. Masuk lebih jauh, Evelyn menemukan seorang pria sedang duduk di sebuah kursi dengan meja besar di hadapannya.

"Pak," panggil wanita yang datang bersama Evelyn.

"Ya, terima kasih sudah mengantarnya. Kau bisa kembali bekerja." Gabriel yang duduk di balik meja memberi isyarat mengusir lewat tangan dan sekretaris pribadinya itu langsung undur diri dengan sedikit membungkukkan kepalanya.

Setelah kepergian asisten pribadinya, barulah Gabriel berbicara lagi. "Sudah satu minggu berlalu sejak aku memberikan kartu namaku itu. Kupikir kau membuangnya." Gabriel berbicara. Bahasa yang digunakannya berbeda dari yang pertama kali didengar oleh Evelyn.

"Maaf, saya—"

"Ah, berhenti." Gabriel memberi isyarat lewat tangan agar Evelyn berhenti berbicara. "Jangan terlalu formal. Aku tidak menyukainya." Dia meneruskan ucapannya dan Evelyn hanya semakin bingung.

Mata itu mengkilat menatap Evelyn dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Evelyn berbeda dari terakhir kali dilihat olehnya. Bukan apa-apa, seingat Gabriel, saat itu dirinya sama sekali tidak melihat memar di bagian sudut bibir dan dahi Evelyn.

"Ah, itu, a-ku datang ke sini karena kartu nama yang kau berikan padaku hari itu." Akhirnya Evelyn mengikuti cara bicara Gabriel yang santai.

"Ya, sudah tentu. Aku mengetahuinya. Jadi?"

Untuk sejenak, Evelyn langsung meneliti ruangan tersebut secara keseluruhan. Ruangan itu besar sekali. Mewah. Ukurannya dua kali lipat jauh lebih besar daripada apartemen yang ditinggalinya bersama temannya. Hanya melihat hal itu saja membuat Evelyn tahu bahwa pria yang berada di seberang meja itu bisa membeli apa pun yang diinginkannya.

"Aku ingin tahu bagaimana caranya kau bisa mengetahui tentang ayah dan ibuku. Aku tidak pernah memberitahu hal itu kepada siapa pun."

Gabriel langsung tertawa. Dia menyandarkan tubuhnya dengan kedua kaki bertumpuk. "Oh, ayolah. Kita sudah hidup di zaman dengan teknologi sangat canggih. Bahkan kalaupun tidak menggunakannya, aku punya banyak orang untuk mencari tahu hal itu."

"Ya, justru itu." Evelyn memandang Gabriel serius. "Itu maksudku. Kenapa?" Dia menunjuk dirinya sendiri.

"Aku bahkan tidak mengenalmu. Aku sama sekali tidak punya urusan denganmu. Kalau kau mungkin memiliki urusan denganku, aku tidak peduli. Aku tidak mengingat entah kita pernah bersinggungan di suatu tempat atau bagaimana. Tapi yang pasti, kita tidak saling mengenal satu sama lain."

"Aku juga tahu itu. Aku memang tidak mengenalmu. Baru satu minggu lalu aku mengetahui namamu. Tapi bukankah itu tidak penting? Kenapa tidak kita bicarakan saja hidupmu yang susah itu? Berapa uang yang kau butuhkan untuk membayar semua hutang ayahmu? Berapa lama lagi kau harus bekerja untuk melunasi hutang itu?"

Gabriel kemudian menyipitkan mata dengan desis pelan. "Atau berapa lama lagi kau harus bersabar menghadapi ibumu yang terus datang untuk meminta uang itu?"

Saat itulah Evelyn langsung terdiam. Dirinya jelas tidak perlu bertanya siapa pria itu. Semuanya sudah tergambar di hadapannya. Dia adalah seseorang yang memiliki segalanya. Bisa melakukan apa pun hanya dengan satu perintah kecil.

"Kenapa aku?" Evelyn bertanya bingung.

"Karena kau memiliki segala yang aku butuhkan. Begitu juga sebaliknya. Aku memiliki semua hal yang kau butuhkan. Bukankah kebetulan itu cocok sekali untuk dijadikan kesepakatan?"

Wajah angkuh dengan senyum meremehkan itu membuat Evelyn muak. Tapi mau tahu apa yang jauh lebih menyedihkan daripada itu? Yaitu dirinya sendiri. Keadaannya sendiri. Dibanding wajah memuakkan itu, kehidupannya jauh lebih parah. Karena kedatangannya sekarang, karena posisinya sekarang yang berhadapan dengan pria itu malah semakin menegaskan betapa menyedihkan dirinya.

"Jadi kau bisa memberiku pekerjaan?" Evelyn bertanya karena itulah yang dibicarakan oleh pria itu minggu lalu. Tentang pekerjaan yang dibutuhkan olehnya.

"Ya, tentu saja." Gabriel membenarkannya. Meski Evelyn bingung setengah mati. Wanita itu sudah punya sekretaris. Dia tidak membutuhkannya. Dia juga punya asisten.

Apa mungkin dirinya diminta untuk menjadi salah satu staf perusahaannya?

"Jadi jenis pekerjaan apa yang harus aku lakukan? Aku tidak menerima pekerjaan kotor untuk menjadi pemuas nafsumu. Aku tidak ingin membunuh seseorang, atau melakukan hal buruk lainnya."

Sontak saja hal itu langsung membuat Gabriel tertawa terbahak-bahak. Pria itu mengangkat kedua tangannya dan bertepuk tangan. "Wah, isi kepalamu liar sekali," katanya entah memuji atau menyindir. "Tapi bukan semua itu. Tenang saja. Menurutku ini bukan pekerjaan kotor."

"Jadi apa?" Evelyn semakin mengerutkan dahi

"Tiga minggu lalu aku ditinggalkan di hari pernikahanku oleh mempelai wanitaku. Jadi yang sekarang aku lakukan adalah mencari pengantin pengganti. Itulah yang harus kau lakukan. Menjadi pengantin pengganti untukku."

Detik berikutnya Evelyn tersentak kaget sampai tidak sadar mengambil satu langkah mundur.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   14 - Kepercayaan

    "Cepat buka pintunya!" Gabriel berteriak pada sopir pribadinya yang saat itu sedang menunggu di samping mobil. Pintu mobil bagian belakang langsung dibuka dengan cepat dan Gabriel berjalan ke arahnya dengan langkah lebar. Dia membawa Evelyn masuk terlebih dahulu, baru kemudian dirinya memutari mobil untuk masuk lewat pintu satunya. Dalam langkahnya itu, Gabriel menyempatkan menarik ponselnya keluar dari dalam jas kemudian membuka jasnya sebelum kembali masuk ke dalam mobil. Dia menggunakan jasnya itu untuk dipakaikan kepada Evelyn. Yang hanya diterima oleh Evelyn. "Apa kita perlu pergi ke rumah sakit?" Gabriel bertanya kepada Evelyn saat mobil sudah mulai melaju pergi meninggalkan parkiran utama hotel. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya ingin pulang," katanya masih ketakutan dan Gabriel hanya merapatkan jas miliknya yang terpasang di tubuh Evelyn. "Baiklah, kita akan pulang," kata Gabriel menjanjikan hal itu. Dia langsung mengangkat ponsel untuk menghubungi

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   13 - Kecelakaan

    "Tunggulah di sini, aku akan pergi sebentar." Gabriel berbisik di samping telinga Evelyn ketika salah seorang kenalan melambaikan tangan padanya memintanya untuk mendekat dan bergabung di mejanya. Sontak saja hal itu membuat Evelyn langsung menatap Gabriel kebingungan. "Tidak bisakah aku ikut denganmu saja?" Dirinya menatap tiga orang yang berada di seberangnya. Menduduki meja yang sama juga dengannya dan Gabriel. "Kenapa? Aku hanya akan menyapa seseorang sebentar. Setelah itu aku akan berpamitan kepada pemilik pesta dan kita bisa pulang ke rumah." "Tapi aku tidak nyaman berada di sini sendirian. Lagi pula aku tidak mengenal siapa pun di pesta ini. Aku hanya tahu dirimu." Ah, benar juga. Pasti rasanya sangat canggung dan tidak nyaman saat berada di satu ruangan dengan penuh orang asing. Hal itu jadi membuat Gabriel ikut bingung. Di satu sisi dirinya merasa kasihan kalau harus meninggalkan Evelyn sendirian di sana, tapi di sisi lain itu adalah hal yang buruk untuk membawa E

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   12 - Suamimu ... di Sini

    Seumur hidupnya Evelyn tidak pernah mendatangi acara-acara seperti itu. Jangankan pergi untuk merayakan acara ulang tahun orang lain, atau semacam acara untuk merayakan anniversary, bahkan dirinya tidak merayakan ulang tahunnya sendiri. Terlalu membuang waktu dan membuang dana. Daripada untuk membeli kue, lebih baik uangnya disimpan untuk keperluan yang lain.Untuknya yang selalu menghargai uang dan berusaha untuk tidak membuangnya terlalu banyak, menurut Evelyn acara itu benar-benar berlebihan dan pasti menghabiskan banyak sekali uang. Itu adalah acara anniversary dari teman Gabriel. Acara itu di langsungkan di sebuah hotel berbintang. Sangat mewah dan elegan. Evelyn hanya tahu bahwa hotel itu biasanya hanya didatangi oleh orang-orang berduit, atau untuk sebuah acara dari mereka yang berasal dari kaum atas.Tapi di sanalah dirinya berada. Menghadiri acara mewah itu sebagai istri dari Gabriel.Evelyn tidak perlu bertanya. Hanya perlu sedikit memperhatikan dan dirinya akan tahu bahwa s

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   11

    Gabriel 11Malam ketika Gabriel kembali, dia tidak menemukan Evelyn di mana pun di lantai dasar. Matanya langsung melirik ke arah salah satu asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan makan malam. Dia sedang mengisi meja makan."Apa Evelyn sudah kembali?" Gabriel bertanya dan wanita itu langsung bergerak menghampirinya."Maaf, Tuan Muda?" Dia meminta Gabriel untuk mengulang pertanyaannya karena dirinya tidak terlalu mendengar hal itu.Gabriel langsung mengembuskan napas. "Kutanya, apa Evelyn sudah kembali?""Oh, itu." Wanita itu mengganggukan kepalanya. "Ya, Nona sudah kembali. Sore ini. Sekarang dia berada di kamarnya. Perlu saya panggilkan?""Tidak perlu. Aku sendiri yang akan mendatanginya. Apa dia melakukan sesuatu yang aneh setelah kembali?" Gabriel bertanya lagi dengan mata sedikit menyipit. Penasaran.Wanita itu mengerutkan dahinya bingung. Tidak mengerti aneh bagaimana yang dimaksud oleh tuannya itu. "Sepertinya tidak ada." Dia berkata."Setelah kembali, Nona hanya membuat mi

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   10 - Berita

    Tidak ada bulan madu. Seluruh staf perusahaan dibuat terkaget-kaget ketika menyadari kehadiran atasan mereka–Gabriel– melewati pintu perusahaan dengan setelan rapinya seperti biasa. Beberapa dari mereka bertanya-tanya kenapa pria itu muncul di sana? Baru hari kemarin dia melangsungkan pernikahannya dan sekarang dia memilih tetap bekerja seperti biasa? Apa kebetulan malam bulan madunya tidak berjalan sempurna? Atau ada sesuatu yang lebih parah. Tapi tentu, tidak ada siapa pun yang berani mengatakan apa-apa kepada Gabriel. Pria itu berjalan dengan langkah santai. Kedua tangannya tenggelam di saku. Dia menuju lift. Ada dua orang perempuan sedang berbicara di depan lift. Menunggu pintu lift terbuka. Mereka sama sekali tidak sadar bahwa ada atasan mereka tepat di belakang mereka. "Bukankah wanita itu terlihat terlalu biasa untuk Pak Harrison?" Salah satunya berbicara dan Gabriel hanya mendengarkan tanpa menyela. "Lihatlah atasan kita. Dia muda, memiliki tubuh yang sangat bagus, rupan

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   9 - Kecup di Pipi

    Pagi pertama sebagai pengantin baru. Tidak ada yang terlalu spesial. Baik Gabriel ataupun Evelyn menjalani pagi mereka seperti biasanya. Tidak ada malam panas, tidak ada pelukan hangat, atau ciuman penuh hasrat.Mereka berdua bangun di kamar masing-masing dan langsung mempersiapkan seluruh kesibukan mereka sendiri. Sebelum akhirnya keduanya sama-sama keluar melewati pintu di waktu yang bersamaan. Sungguh suatu kebetulan.Pada jarak yang cukup jauh itu, Evelyn langsung menundukkan kepalanya ketika melihat Gabriel menatapnya dari posisi pria itu. Dirinya kemudian mulai mengambil langkah, begitu juga dengan pria itu.Gabriel yang paling pertama tiba di bagian ujung anak tangga dan dia menunggu sampai Evelyn menghampirinya."Bagaimana tidurmu malam ini, Nona?" Pria itu bertanya. Sedikit menggoda Evelyn.Hal itu langsung membuat Evelyn menundukkan kepalanya. "Ah, cukup nyenyak." Dirinya menjawabnya jujur."Ya, tentu saja. Karena kamar di rumahmu tidak sebesar kamar di rumahku, 'kan? Kasurn

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status