Share

4 - Kesepakatan

Penulis: Paus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 06:59:32

Pria itu gila. Itulah pendapat Evelyn mengenai Gabriel. Dia bahkan baru mengenalnya. Sebelumnya, Evelyn yakin dirinya bahkan tidak pernah sekalipun bersitatap dengan Gabriel entah di jalan atau di mana pun, tapi tiba-tiba saja pria itu menginginkannya untuk menjadi pengantin pengganti karena pernikahannya yang gagal dengan calon istrinya.

Dia sudah sinting.

"Maaf." Evelyn menundukkan kepalanya dan mulai mundur menjauh. "Tapi saya tidak bisa melakukan hal itu. Saya tidak mau bekerja seperti itu," kata Evelyn menolak langsung tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Evelyn langsung memutar tubuh kembali berjalan menuju pintu. Tapi tepat ketika tangannya ingin meraih gagang pintu, suara Gabriel menghentikan tindakannya membuka pintu.

"Wah, aku semakin menyukaimu. Kau pasti seorang wanita yang begitu menjunjung tinggi harga diri. Bagus. Seorang wanita memang harus bersikap seperti itu." Dia malah tertawa kesenangan.

Evelyn mengabaikannya dan langsung meraih gagang pintu. Tapi lagi-lagi Gabriel berusaha menarik perhatiannya.

"Kira-kira berapa lama lagi tubuhmu itu akan menerima pukulan dari penagih hutang ayahmu? Kau mungkin bisa menahannya, tapi kalau bisa dihentikan, kenapa harus menolaknya? Kau hanya perlu berbalik untuk menatapku lagi dan aku akan melunasi semua hutangmu. Kau tidak perlu repot saat ibumu meminta uang, karena kau hanya perlu menghubungiku. Aku akan memberikan berapa pun yang dia minta."

"Hidup menyenangkan itu, kenapa perlu ditolak?"

Evelyn mengepalkan kedua tangannya. Kalimat merendahkan itu berhasil menjatuhkan harga dirinya. Tapi mau tahu apa yang jauh lebih menyedihkan? Dirinya setuju dengan pendapat pria itu. Tawaran hidup menyenangkan itu, bahkan Evelyn sampai menghentikan gerakannya karena tahu tawaran itu begitu menggiurkan untuk diabaikan.

Lantas bagaimana dengan dirinya? Bagaimana dengan harga dirinya sebagai seorang perempuan? Bagaimana dengan cita-citanya yang ingin hidup bersama pria yang paling dicintainya? Apakah itu harus direlakan olehnya?

Evelyn terdiam untuk sejenak. Teringat dengan penagih hutang yang menemuinya semalam. Ucapan dua orang itu terngiang di telinganya.

Kalau kau tidak segera melunasi hutang-hutangmu minggu ini, aku akan menyebarkan video dan foto itu ke seluruh ke sekolah. Agar pihak sekolah tahu bahwa mereka mempekerjakan seorang guru yang merupakan pelacur.

Kepalan itu semakin kuat diiringi dengan bibirnya yang digigit keras oleh Evelyn. Harus bagaimana sekarang?

"Satu." Tiba-tiba Gabriel mulai menghitung di posisinya.

"Dua." Dia melanjutkan hitungannya dan tidak tahu kenapa setiap hitungan itu berlanjut, Evelyn berubah menjadi gelisah.

"Tiga. Empat." Dan sebelum Gabriel sampai pada hitungan kelimanya, Evelyn langsung memutar tubuh dan menatap Gabriel sepenuhnya. Membuat pria itu dengan cepat menarik seringai lebar. Membentuk kepuasan sempurna di wajahnya.

Kemenangan itu sudah ada di genggamannya. Untuk mereka yang hidup kesulitan dengan dorongan di sana-sini, kadang mereka tanpa sadar rela melakukan apa saja untuk keluar dari kesulitan yang mencekik itu. Gabriel tahu bahwa Evelyn yang berdiri di hadapannya sekarang mulai tertarik dengan tawarannya.

"Untung saja kau berbalik sebelum hitungan ke-5. Karena kalau kau tetap diam di tempat atau memilih berbalik setelah hitungan ke-5, aku akan langsung menendangmu keluar dari sini."

Pria itu menegakkan tubuhnya dan menautkan kedua tangannya di atas meja. Memberitahu bahwa di sana dialah yang tengah memegang kendalinya. Bukan Evelyn.

"Jadi bagaimana? Apa kau tertarik?" Gabriel menawarkan. Bibirnya menarik senyum lebih lebar ketika melihat Evelyn maju mendekati meja kerjanya lagi. Wah, sepertinya gadis itu bukan hanya tertarik, tapi pasti akan mempertimbangkannya.

Evelyn berhenti dua langkah di depan meja Gabriel. "Lalu apa yang harus aku lakukan kalau aku mau menerima tawaran itu?" Dia bertanya.

Gabriel menarik kursi putarnya lebih dekat dengan meja. Dia mendesis pelan dengan mata menyipit. "Apalagi? Kau akan menikah denganku tentu saja. Menjadi pengantin, itu artinya kau harus hidup bersamaku."

"Sampai?" Evelyn bertanya Sampai kapan dirinya harus melakukan hal itu.

"Tergantung. Aku bisa menjadikanmu pengantinku selamanya kalau aku tidak bosan denganmu. Tapi kalau suatu saat ada yang jauh lebih menarik, kita bisa berpisah. Atau mungkin hanya sampai aku bisa menyumpal mulut nenek sialanku yang berisik sekali berbicara perihal cucu."

"Cucu?!" Evelyn tanpa sadar menaikkan nada bicaranya. "Maksudnya kita akan melakukan hubungan—"

Dia bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya itu.

"Ya, tentu saja. Kau pikir kita hanya akan melakukan hubungan yang bersih? Tentu tidak. Aku tidak mau rugi. Kita akan menikah. Hidup layaknya suami istri pada umumnya. Aku ingin kau berperan sebaik mungkin sampai Semua orang berpikir bahwa kita adalah suami istri paling bahagia di muka bumi."

"Tapi—"

"Ah, kau tentu tidak akan berpikir kita akan menikah tanpa melakukan hal 'itu' bukan? Tidak usah munafik. Memangnya aku mau menjalani hubungan lurus seperti itu? Apa yang menarik kalau kita tidak tidur bersama? Apa yang akan aku dapatkan kalau bukan kepuasan semacam itu? Tentu saja kita akan melakukannya." Dia mengangkat bahunya santai.

"Aku akan menciummu kapan pun aku mau, aku akan memelukmu kapan pun aku mau, kita bisa berada di atas ranjang selama apa pun aku mau. Dan sebagai bayarannya, kau akan mendapatkan segalanya."

Seakan pria itu sedang mencabik-cabik harga dirinya. Evelyn mengepalkan kedua tangan dengan perasaan pedih yang terkungkung di dadanya. Lantas apa bedanya dirinya dengan seorang pelacur? Mungkin hanya status yang membuat derajatnya sedikit lebih tinggi. Tapi tetap saja, pria itu membayarnya untuk memakainya. Tidak ada yang berbeda dengan hal itu bukan?

Pada akhirnya Evelyn hanya diberitahu satu hal. Bahwa semua orang sama saja. Pada dasarnya manusia itu memang makhluk yang kerap memanfaatkan dan dimanfaatkan. Begitulah siklus yang selama ini dialaminya.

Siapa pun tentu tidak akan mau membayar sesuatu tanpa mendapatkan sebuah barang. Evelyn mengerti begitulah cara kerja dunia ini. Kau membeli dan kau akan mendapatkan apa yang kau mau.

"Kalau begitu aku ingin uang muka. Saat ini juga." Evelyn berbicara tanpa ragu. Mengusap basah pada pipinya dengan satu tangan.

Pria itu tertawa terbahak-bahak di kursinya. "Lucu sekali. Kupikir kau adalah seorang wanita yang menjunjung tinggi harga diri, tapi ternyata tetap seorang pelacur seperti kebanyakan wanita yang aku temui."

Dia berdecih sinis, tapi kemudian memilih mengangkat bahunya tak acuh. Tidak lagi mempedulikan hal itu.

"Tapi tidak perlu khawatir," katanya enteng. "Tidak hanya membayar uang muka, aku bahkan akan membelimu hari ini dengan melunasi semua hutang ayahmu itu. Setelah itu, kau tidak akan bisa lari dariku."

Kebanyakan manusia itu memang selalu munafik. Mereka sok naif. Berpura-pura polos. Berpura-pura suci. Tapi saat mereka mendapatkan penawaran lebih dari ekspektasi mereka, Mereka cenderung tidak bisa menolaknya.

Terutama saat mereka sedang terjepit. Harga diri bahkan tidak akan mereka pedulikan. Yang akan mereka lakukan hanyalah berusaha melepaskan diri dari jepitan tersebut. Agar mereka bisa bernapas.

Tapi tidak masalah. Gabriel tidak akan keberatan. Selama wanita itu tidak sekotor mantan kekasihnya, dirinya bisa menangani hal itu.

"L-lalu setelah ini—" Evelyn berbicara lagi, tapi Gabriel langsung memotongnya.

"Kita akan langsung menikah, tentu saja. Aku yang akan merencanakan semuanya."

"L-lalu soal rumah—"

"Kau akan tinggal di rumahku tentu saja." Gabriel memotongnya lagi. Mulai berpikir betapa murahannya Evelyn. Jauh dari yang dirinya duga. Sekarang dia bahkan tidak berpikir lagi dan langsung menanyakan semuanya.

"Kalau begitu aku ingin mengajukan beberapa hal."

"Tentu." Gabriel menjawabnya tenang. Lihat? Dia langsung termakan umpan uang yang ditawarkan olehnya.

"Aku tidak ingin kita berada di satu kamar yang sama." Evelyn menyebutkannya tanpa ragu.

Di kursinya, Gabriel menarik senyum tipis dan langsung berdiri dari posisi duduknya. "Baiklah, aku akan memikirkan hal itu. Mungkin aku bisa pergi ke kamarmu kalau butuh sesuatu dan kau juga bisa melakukan hal yang sama." Dia berkata sambil berjalan keluar dari area meja. Dengan kedua tangan tenggelam di saku.

Pria itu menghampiri Evelyn

"Lalu hal lainnya—"

"Sebentar." Gabriel memotong lagi ucapan Evelyn. Dia sampai satu langkah di hadapan Evelyn dan langsung menyambar cepat pinggang Evelyn saat Evelyn sudah bersiap ingin mundur.

Pria itu memajukan tubuhnya dan berbisik di samping telinga Evelyn. "Permintaanmu terlalu banyak, Nona. Bagaimana kalau kau tawarkan dulu sesuatu yang bisa aku cicipi. Sekarang juga. Agar aku tidak kecewa setelah nanti membayar semuanya?"

Suaranya berat dan rendah. Yang dirasakan oleh Evelyn kemudian adalah embusan nafas di bagian lehernya. Gabriel lantas memberi kecupan halus di bagian bawah dagunya. Evelyn sudah merinding sebadan-badan, tapi untungnya Gabriel segera menjauhkan diri.

"Ah, tidak menyenangkan kalau aku mencobanya sekarang." Dia tersenyum lebar. Merasa terhibur melihat wajah panik Evelyn

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   14 - Kepercayaan

    "Cepat buka pintunya!" Gabriel berteriak pada sopir pribadinya yang saat itu sedang menunggu di samping mobil. Pintu mobil bagian belakang langsung dibuka dengan cepat dan Gabriel berjalan ke arahnya dengan langkah lebar. Dia membawa Evelyn masuk terlebih dahulu, baru kemudian dirinya memutari mobil untuk masuk lewat pintu satunya. Dalam langkahnya itu, Gabriel menyempatkan menarik ponselnya keluar dari dalam jas kemudian membuka jasnya sebelum kembali masuk ke dalam mobil. Dia menggunakan jasnya itu untuk dipakaikan kepada Evelyn. Yang hanya diterima oleh Evelyn. "Apa kita perlu pergi ke rumah sakit?" Gabriel bertanya kepada Evelyn saat mobil sudah mulai melaju pergi meninggalkan parkiran utama hotel. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya ingin pulang," katanya masih ketakutan dan Gabriel hanya merapatkan jas miliknya yang terpasang di tubuh Evelyn. "Baiklah, kita akan pulang," kata Gabriel menjanjikan hal itu. Dia langsung mengangkat ponsel untuk menghubungi

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   13 - Kecelakaan

    "Tunggulah di sini, aku akan pergi sebentar." Gabriel berbisik di samping telinga Evelyn ketika salah seorang kenalan melambaikan tangan padanya memintanya untuk mendekat dan bergabung di mejanya. Sontak saja hal itu membuat Evelyn langsung menatap Gabriel kebingungan. "Tidak bisakah aku ikut denganmu saja?" Dirinya menatap tiga orang yang berada di seberangnya. Menduduki meja yang sama juga dengannya dan Gabriel. "Kenapa? Aku hanya akan menyapa seseorang sebentar. Setelah itu aku akan berpamitan kepada pemilik pesta dan kita bisa pulang ke rumah." "Tapi aku tidak nyaman berada di sini sendirian. Lagi pula aku tidak mengenal siapa pun di pesta ini. Aku hanya tahu dirimu." Ah, benar juga. Pasti rasanya sangat canggung dan tidak nyaman saat berada di satu ruangan dengan penuh orang asing. Hal itu jadi membuat Gabriel ikut bingung. Di satu sisi dirinya merasa kasihan kalau harus meninggalkan Evelyn sendirian di sana, tapi di sisi lain itu adalah hal yang buruk untuk membawa E

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   12 - Suamimu ... di Sini

    Seumur hidupnya Evelyn tidak pernah mendatangi acara-acara seperti itu. Jangankan pergi untuk merayakan acara ulang tahun orang lain, atau semacam acara untuk merayakan anniversary, bahkan dirinya tidak merayakan ulang tahunnya sendiri. Terlalu membuang waktu dan membuang dana. Daripada untuk membeli kue, lebih baik uangnya disimpan untuk keperluan yang lain.Untuknya yang selalu menghargai uang dan berusaha untuk tidak membuangnya terlalu banyak, menurut Evelyn acara itu benar-benar berlebihan dan pasti menghabiskan banyak sekali uang. Itu adalah acara anniversary dari teman Gabriel. Acara itu di langsungkan di sebuah hotel berbintang. Sangat mewah dan elegan. Evelyn hanya tahu bahwa hotel itu biasanya hanya didatangi oleh orang-orang berduit, atau untuk sebuah acara dari mereka yang berasal dari kaum atas.Tapi di sanalah dirinya berada. Menghadiri acara mewah itu sebagai istri dari Gabriel.Evelyn tidak perlu bertanya. Hanya perlu sedikit memperhatikan dan dirinya akan tahu bahwa s

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   11

    Gabriel 11Malam ketika Gabriel kembali, dia tidak menemukan Evelyn di mana pun di lantai dasar. Matanya langsung melirik ke arah salah satu asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan makan malam. Dia sedang mengisi meja makan."Apa Evelyn sudah kembali?" Gabriel bertanya dan wanita itu langsung bergerak menghampirinya."Maaf, Tuan Muda?" Dia meminta Gabriel untuk mengulang pertanyaannya karena dirinya tidak terlalu mendengar hal itu.Gabriel langsung mengembuskan napas. "Kutanya, apa Evelyn sudah kembali?""Oh, itu." Wanita itu mengganggukan kepalanya. "Ya, Nona sudah kembali. Sore ini. Sekarang dia berada di kamarnya. Perlu saya panggilkan?""Tidak perlu. Aku sendiri yang akan mendatanginya. Apa dia melakukan sesuatu yang aneh setelah kembali?" Gabriel bertanya lagi dengan mata sedikit menyipit. Penasaran.Wanita itu mengerutkan dahinya bingung. Tidak mengerti aneh bagaimana yang dimaksud oleh tuannya itu. "Sepertinya tidak ada." Dia berkata."Setelah kembali, Nona hanya membuat mi

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   10 - Berita

    Tidak ada bulan madu. Seluruh staf perusahaan dibuat terkaget-kaget ketika menyadari kehadiran atasan mereka–Gabriel– melewati pintu perusahaan dengan setelan rapinya seperti biasa. Beberapa dari mereka bertanya-tanya kenapa pria itu muncul di sana? Baru hari kemarin dia melangsungkan pernikahannya dan sekarang dia memilih tetap bekerja seperti biasa? Apa kebetulan malam bulan madunya tidak berjalan sempurna? Atau ada sesuatu yang lebih parah. Tapi tentu, tidak ada siapa pun yang berani mengatakan apa-apa kepada Gabriel. Pria itu berjalan dengan langkah santai. Kedua tangannya tenggelam di saku. Dia menuju lift. Ada dua orang perempuan sedang berbicara di depan lift. Menunggu pintu lift terbuka. Mereka sama sekali tidak sadar bahwa ada atasan mereka tepat di belakang mereka. "Bukankah wanita itu terlihat terlalu biasa untuk Pak Harrison?" Salah satunya berbicara dan Gabriel hanya mendengarkan tanpa menyela. "Lihatlah atasan kita. Dia muda, memiliki tubuh yang sangat bagus, rupan

  • Pengantin Pengganti Tuan Gabriel   9 - Kecup di Pipi

    Pagi pertama sebagai pengantin baru. Tidak ada yang terlalu spesial. Baik Gabriel ataupun Evelyn menjalani pagi mereka seperti biasanya. Tidak ada malam panas, tidak ada pelukan hangat, atau ciuman penuh hasrat.Mereka berdua bangun di kamar masing-masing dan langsung mempersiapkan seluruh kesibukan mereka sendiri. Sebelum akhirnya keduanya sama-sama keluar melewati pintu di waktu yang bersamaan. Sungguh suatu kebetulan.Pada jarak yang cukup jauh itu, Evelyn langsung menundukkan kepalanya ketika melihat Gabriel menatapnya dari posisi pria itu. Dirinya kemudian mulai mengambil langkah, begitu juga dengan pria itu.Gabriel yang paling pertama tiba di bagian ujung anak tangga dan dia menunggu sampai Evelyn menghampirinya."Bagaimana tidurmu malam ini, Nona?" Pria itu bertanya. Sedikit menggoda Evelyn.Hal itu langsung membuat Evelyn menundukkan kepalanya. "Ah, cukup nyenyak." Dirinya menjawabnya jujur."Ya, tentu saja. Karena kamar di rumahmu tidak sebesar kamar di rumahku, 'kan? Kasurn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status