"Aku dengar putra ku berkelahi dengan seorang anak perempuan. Makanya aku segera kemari. Tunggu! Jangan bilang kalau anak perempuan yang berkelahi dengan anakku adalah anakmu?" tanya Martin langsung bisa menyimpulkan situasi yang terjadi.
Aiden pun langsung menoleh ke arah dua bocah yang duduk di sofa yang letaknya tidak begitu jauh dari mereka berdua.
"Sepertinya tebakanmu benar, Martin. Anak perempuan yang berkelahi dengan anakmu, adalah anak ku." Ujar Aiden sambil menghela nafas.
"Sebaiknya kita masuk dulu untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi? kenapa dua bocah ini malah berkelahi seperti itu." Ajak Aiden kemudian.
"Kau benar! Ayo.." balas Martin.
Kini kedua papa muda ini telah berdiri di belakang anak - anak mereka masing- masing sambil memegangi pundak anak mereka masing- masing.
"Apa yang sebenarnya terjadi bu? Kenapa dengan dua anak ini?" Tanya Martin Ruiz ke ibu wakil kepala sekolah tanpa memihak pada siapa pun. Meskipun
"Papa dengar sendiri, kan? Aku itu datang menolon nya karena dia menangis dan tangannya ditarik- tarik oleh seorang anak laki- laki! Ya mana aku tahu kalau anak laki- laki itu adalah kakak kembar nya?! secara wajah mereka sama sekali tidak mirip, pa. Dan aku hanya tidak suka jika ada warga di kelasku dibuli oleh warga kelas lain!" Bela Asher Ruiz.Martin Ruiz dan Aide pun saling pandang. Sepertinya mereka sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kedua bocah ini. Yang satu memang niat menolong tapi kata- katanya malah lebih terdengar sebagai sebuah bullian. Dan yang satu, tentu saja emosi karena dikata- katain seperti itu. Jadi rasanya wajar jika hal itu berakhir dengan insiden saling jambak seperti tadi."Sepertinya putraku lah yang bersalah di sini, Aiden. Aku harap kau dan putrimu, bersedia memaafkan kesalahan putr ku. " Ucap Martin Ruiz, merendah pada Aiden."Aku malah merasa sebaliknya. Putramu tidak bersalah sama sekali. Dia memiliki jiwa setia k
"Benarkah?" tanyaGwen curiga."Benar sekali ma, menu makan malam hari ini sungguh enak. Dan terasa sangat berbeda. Benarkan, Axeon~?!!" Alexander menyenggol tangan kembarannya.Axeon langsung mempelototin Alexander. Mungkin kalau bisa mengatakan sesuatu, Axeon sangat ingin mengatakan mengapa dia harus dilibatkan ke dalam obrolan yang akan mengundang amarah ibu mereka? Axeon sangat keberatan akan hal ini.Melihat Axeon hanya melotot padanya tanpa mengatakan apapun untuk mendukung perkataannya, Alexander pun menginjak kaki Axeon dan mengulang pertanyaannya dengan nada yang berbeda.. "Benarkan Axeon? Masakan Mama sangat lezat hari ini, kan?" Tanya Alexander sekali lagi penuh penekanan."Ya! betul sekali. Menu malam ini sangat luar biasa. " Jawab Axeon pada akhirnya."Jadi karena menunya enak dan sangat luar biasa makanya kalian tidak bertingkah aneh hari ini?"Tanya Gwen menatap kedua putranya bergantian.Keduanya pun reflek menunduk
"Apa karena aku tidak membesarkanmu dengan seorang ibu makanya kamu tidak bisa menghargai perempuan Asher? Kata - katamu itu sungguh sangat menyakitkan hati. Pantas saja Axeira sampai menjambak rambutmu!" Cecar Martin pada Asher."Pa? Memangnya salah jika Asher mengatakan fakta? Atau papa lebih suka Asher bohong gitu?" protes Asher secara tidak langsung."Bukan begitu Asher! Tapi tidak semua yang kamu lihat itu harus kamu ucapkan apa adanya! Kalau itu menyakitkan hati seseorang maka lebih baik apa yang ingin kamu katakan itu kamu telan saja Asher!" tekan sang ayah."Asher tidak suka berbohong! Kalau A ya A! Kalau jelek ya jelek!!" Tegas Asher tidak kalah tegasnya dengan sang ayah."Papa rasa memang sebaiknya papa mencarikamu seorang mama Asher! Kau tidak bisa dibiarkan terus- terusan begini. Lusa papa akan bawa tante Esmeralda kemari. Kau dan dia akan mengakrabkan diri beberapa hari. Setelah itu papa akan melamarnya." ucap sang ayah lalu pergi meninggalka
"Alexander! Kau ingat apa yang papa katakan padamu, kan?" tanya Aiden sambil membersihkan mulutnya setelah selesai makan."Tentu saja aku ingat pa. Papa tenang saja." Jawab Alexander malas- malasan."Bagus! hari ini papa tidak bisa mengantar kalian bertiga ke sekolah. Mama kalian juga tidak bisa mengantar kalian ke sekolah. Karena mama dan papa akan pergi ke rumah sakit. Kalian akan di antar oleh tante Maya! Ingat! Jangan nakal karena tante Maya sedang hamil." Aiden memperingatkan ketiga boccah ajaib ini supaya tidak berulah di sekolah."Dan kau Aira! Kenapa kau masih berpenampilan seperti itu? Nanti kalau ada yang membulimu bagaimana?" tanya Aiden ke putrinya."Aku sudah anti buli sekarang papa. Papa dan mama tenang saja. Karena hasil bertapaan ku tadi malam sudah mengilhami ku, kalau kecantikan itu bukan dari apa yang kita kenakan di luar. Tapi kecantikan itu akan terpancar dari dalam. Jika hati kita baik, maka aura kita pun sudah pasti akan cantik." jawab Axeira dengan sangat amat
Sambil berjalan ke dalam rumah sakit milik Dennis Hardata itu, mataGwen terus melihat ke kiri dan ke kanan. "Apa kau tidak memberitahu Dennis kalau kita akan ke sini? TanyaGwen."Sudah! Tapi beberapa hari yang lalu Dennis mengatakan kalau dia mungkin akan ke luar negeri hari ini. Sebab ada dia harus menangani pasien yang ada di Malaka. Dia memang banyak sekali memiliki pasien VIP di luar negeri. Kau masih ingat kan awal pertama kali kau bertemu dengannya? Yang di kapal pesiar? Nah waktu itu dia sedang menangani pasien VIP di kapal pesiar itu. Dan kau tahu siapa pasiennya? Dia adalah orang gila yang memasang bom di sepanjang kapal dan di dalam perut veronika." jawab Aiden panjang kali lebar sambil geleng- geleng, teringat betap kacaunya keadaan saat itu di kapal pesiar."Benar! Dia memang sangat luar biasa! Ide Dennis kan memasukan bom mini itu ke dalam perut penjahat itu? Wah! Sungguh ide yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Dennis memang sangat be
"Sebaiknya aku kembali ke ruangan operasi. Mereka pasti sudah selesai dengan hal yang aku perintahkan tadi." Ujar Adrian yang kemudian kembali masuk ke ruangan operasi Dennis untuk melanjutkan operasi itu."Bagaimana Zee? Ansel? apa kalian sudah menemukan pengemudi itu?" Tanya David."Sudah ayah. Orang- orang Will dan juga orang- orang ku sedang melakukan interogasi. Kau tenang saja. JIka ini adalah ulah seseorang maka akan ku pastikan dia membayar ini hingga dia memohon padaku untuk membunu nya saja. " Jawab Zee dingin penuh amarah.David belum pernah melihat putra tertuanya seperti ini. Aura Zee sungguh menakutkan."Ayah percayakan hal ini pada kalian berdua. Raya dan Lea tetap saja di rumah untuk menjaga anak- anak. Mereka tidak perlu ke rumah sakit. Saka dan Azzura pasti sangat terguncang saat ini." Ujar David."Hm- aku pun berpikir begitu." Jawab Ansel. "Lalu keadaan ibu bagaimana ayah? Siapa yang menjaga ibu?" tanya Ansel la
"Tit..TIt..Tit......." Di dalam ruang operasi itu Dennis terbaring tidak berdaya dengan mata terpejam.JIka biasa nya dia lah yang memainkan pisau bedah di dalam ruangan itu, hari ini untuk pertama kali nya dia berada di posisi pasien yang terbaring pasrah dengan semua tindakan yang akan dokter berikan.Memang ini bukanlah kecelakaan pertama yang Dennis alami, tapi ini adalah kecelakaan paling parah yang menimpa nya. Dimana di benar- benar berada di ambang hidup dan mati.Dan di dalam bawah alam sadar nya Dennis pun melihat sesuatu....................................***"Anne? Anne?!" Panggil Dennis berkali- kali sambil melihat ke kiri dan ke kanan mencari sosok istrinya di dalam kabut tebal yang menyelimuti tempat itu.Dennis terus mencari tapi dia tidak melihat sosok sang istri."Kau mencari siapa paman?" tanya seorang gadis kecil bermata biru yang sangat indah."Aku sedang mencari istri ku? Apa kau melihat istri ku?" tanya De
"Dennis Hardata!! cepat bangun! Bangun Dennis!! Anak- anakmu menunggu mu di rumah! Cepat bangun bodoh!!" Dennis sayup- sayup mendengar suara yang tdiak asing di telinganya."Kakek Adrian?" Ujar Dennis antara batas kesadarannya.."Sepertinya papa di cari oleh kakek buyut! Sana pulanglah sebelum dia murka." Ucap Aurora dengan senyuman manisnya."Aku sayang papa..." Aurora pun melepas tangan nya dan pelan- pelan menghilang di dalam tebal nya kabut saat itu.*******"Dokter Adrian, detak jantung dokter Dennis kembali menghilang!!" Teriak salah seorang dokter yang menangani Dennis."Dokter!! Gawat!! Organ vital yang lain mulai melemah dokter!" teriak dokter yang lainnya."Dennis! Kau kenapa! Jangan seperti ini Dennis!!!" teriak Adrian panik. Dia tidak pernah sepanik ini ketika mengoperasi pasien- pasien nya yang lain."COme on Dennis! Jangan tinggalkan kami!!" Adrian terus memberikan sentruman ke jantung Dennis dengan alat kejut jan