Share

Bab 6

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-06-19 07:19:50

Sebelum Neneknya benar-benar keluar dari ruangan itu, Javier yang tidak menyukai perkataan Nyonya besar pun membalas, “Wanita sama artinya dengan pakaian untukku. Kalaupun pengantinnya tidak berubah saat itu, hasil akhirnya pun akan sama.”

Nyonya besar mematung. Tangannya yang menyentuh handle pintu, bahkan juga sudah mulai terbuka itu tak bergerak untuk beberapa saat.

“Javier, tidak semua wanita seperti yang kau pikirkan. Nenek mengatakan ini bukan hanya karena gadis itu tidak pantas secara latar belakang, tapi gadis itu juga tidak bersalah.”

Javier hanya tersenyum sinis, tidak ada balasan kata-kata.

Tanpa mereka sadari, Jenn mendengar pembicaraan itu. Ditangannya ada nampan dengan dua cangkir teh.

Hatinya sakit mendengar ucapan Javier. Tapi, dia juga cukup sadar diri bahwa kenyataan dia adalah seorang pelayan jelas tidak akan cocok untuk Javier.

Hanya saja, Jenn sendiri juga tidak menginginkan posisi, dan status sebagai Nyonya Javier.

Sadar kalau Nyonya besar akan keluar dari ruangan itu, Jenn segera menghindar, bersembunyi di balik dinding dekat guci keramik berukuran besar.

Pikiran Jenn melayang entah ke mana. Ruangan itu sudah kosong. Hanya dirinya, denting waktu dari jam dinding antik, dan bisikan pikirannya sendiri yang terasa gaduh di dalam kepala.

Tentu ia tidak menangis karena tidak ada alasan untuk itu.

Percakapan antara Nyonya Besar dan Javier memang tidak ia dengar secara utuh sejak awal, tapi ia tidak bodoh. Ia tahu betul betapa dirinya tidak diinginkan. Bukan hanya oleh keluarga besar itu… tapi bahkan oleh pria yang kini menyandang status suaminya.

Javier tidak pernah melihatnya sebagai pasangan. Bahkan, sebagai manusia pun rasanya tidak.

Dia hanya pelayan. Dan sekarang, seorang istri kontrak yang hanya “bagian dari sebuah rencana”.

Jenn memejamkan mata sejenak. Bukan karena sedih, tapi untuk menahan gejolak yang menyesakkan dadanya. Rasa ingin marah, ingin membela diri, tapi tidak punya kekuatan. Karena dari awal pun, ini adalah sebuah ketidaksengajaan hingga menjadi kesepakatan yang tidak adil.

Dan yang gilanya adalah ia menyetujuinya.

Bodoh? Mungkin. Tapi ia punya alasannya. Ia butuh tempat tinggal, butuh keamanan, butuh sesuatu yang bisa menyelamatkan dirinya dari dunia luar yang bahkan lebih kejam dari rumah ini.

Ia harus menjaga hati. Harus membatasi diri sebaik mungkin.

Karena jika ia mulai berharap, mulai merasa nyaman, mulai menginginkan sesuatu dari Javier, maka semuanya akan berakhir lebih menyakitkan untuknya.

Jenn membuka mata perlahan dan menatap lurus ke depan, pada dinding penuh lukisan yang tidak pernah ia pahami. Suaranya pelan, hanya seperti gumaman lembut.

“Satu tahun. Hanya satu tahun saja, Jenn.”

Setelah itu, ia akan pergi. Menjauh sejauh mungkin. Dari rumah ini. Dari pria itu. Dari perasaan terhina yang mulai merayapi hatinya.

****

Siang itu langit mendung. Udara terasa lembap, seperti menyimpan hujan yang enggan untuk jatuh.

Javier sudah pergi sejak pagi, dan Nyonya Besar menyusul tidak lama kemudian. Rumah besar itu kini hanya diisi oleh suara pelayan yang hilir mudik dan denting peralatan makan dari bagian dapur.

Jenn memilih duduk di taman samping rumah, tepat di bawah pohon bunga yang bunganya mulai berguguran.

Angin lembut menyapu wajahnya, membawa aroma tanah basah dan udara sunyi yang menyesakkan dada.

Ia ingin menjernihkan pikirannya, menenangkan diri dari semua kekacauan yang terjadi sejak pagi.

Namun ketenangan itu tidak mampu bertahan lama.

Ia tidak sengaja melihat ke arah sisi teras dapur, tempat beberapa pelayan berdiri sambil membawa nampan kosong.

Salah satu dari mereka menoleh ke arahnya, tersenyum. Tapi senyumnya tidak sepenuhnya ramah.

Jenn hanya membalas dengan menunduk pelan.

Mata-mata lain ikut melirik. Beberapa menyapa dengan suara yang manis namun jelas terasa tidak tulus.

“Selamat siang, Nyonya…”

Jenn mengangguk pelan, mencoba bersikap sopan. Tapi ia tahu benar, sapaan itu bukan sebuah penghormatan. Itu sindiran. Itu ejekan halus yang menyamar dalam formalitas.

Ia bukan Nyonya mereka. Bukan seseorang yang mereka hormati. Hanya seorang yang dulunya seperti mereka, pelayan yang ‘diangkat derajatnya’ oleh permainan sang Tuan majikan.

Tertunduk, Jenn meremas jari-jarinya sendiri. Sakit itu datang diam-diam. Bukan seperti pukulan keras, tapi lebih seperti bisikan yang mengikis keyakinannya pelan-pelan.

Ia merasa tidak punya teman. Tidak punya siapa-siapa.

Rumah ini... tidak pernah benar-benar menerimanya.

Jenn menunduk makin dalam. Di hadapannya, bunga kamboja putih jatuh perlahan ke tanah.

Begitu pun dengan harga dirinya.

Ia tidak menangis. Tapi di dalam dadanya, ada sesuatu yang perlahan mulai membatu, perlindungan terakhir dari dunia yang tidak pernah menginginkannya sejak awal.

Jenn memutuskan untuk masuk ke kamar saja. Lebih aman untuk mentalnya supaya tidak melihat siapapun dulu.

Namun, pesan dari Javier membuat langkahnya terhenti.

“Bersiaplah malam nanti. Bersihkan dirimu, gunakan pakaian tidur yang ada di lemari. Gunakan juga parfum yang sudah disiapkan pelayan di kamar.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 11

    Jenn menarik napas pelan, jemarinya gemetar saat membuka satu per satu kancing kemeja Javier yang basah karena keringat dingin dan tetesan air dari kain kompres yang menyeka titik tubuhnya. Lelaki itu masih dalam keadaan setengah sadar, tubuhnya panas seperti bara api yang tertahan terlalu lama. Padahal, Jenn sudah mencoba mengompres dengan benar. ‘Apa aku harus membawa Tuan Javier ke rumah sakit?’ batin Jenn. Kain tipis di dahi Javier mulai mengering. Jenn menggantinya dengan yang baru, matanya sempat terhenti di dada Javier yang kini mulai terbuka sebagian. Sebuah tato kecil di sisi kiri dadanya mencuri perhatiannya. Hanya satu huruf saja di sana ‘A’. Terlukis sederhana, tanpa hiasan. Tapi entah mengapa, huruf kecil itu seperti membawa beban emosional yang sangat besar untuk Javier. Jenn tidak menyentuhnya. Ia hanya diam menatapnya sejenak, lalu membatin dalam hati, ‘Mungkin... wanita yang dia cintai berinisial A. Wanita itu pasti takut. Bagaimanapun, Tuan Javie

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 10

    Jenn perlahan membuka matanya saat merasakan ngilu di bagian telinga yang terus tertindih semalaman. “Akh....” lenguhnya pelan. Kepalanya berat, lehernya kaku, dan tubuhnya seperti tidak punya tenaga. Ia mencoba bergerak, tapi yang terasa justru nyeri di pundak dan punggungnya. Matanya mengerjap beberapa kali, lalu menatap jam kecil di meja sudut ruangan. Sudah pukul enam pagi. Udara di kamar masih dingin, menggigit kulit. Meski sudah berselimut, dingin dari pendingin ruangan tetap terasa seperti menembus hingga ke tulang. Ia bersyukur semalam sempat mengambil selimut cadangan dari lemari, kalau tidak... ia mungkin saja terbangun dalam keadaan menggigil, parahnya beku. Dengan perlahan Jenn mulai bangkit dari sofa. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Sunyi. Tidak ada lagi suara. Hanya denting jarum jam dan dengungan samar dari mesin AC. Pandangannya lalu beralih ke tempat tidur, dan di sana, Javier masih terlelap. Pria itu masih mengenakan kemeja semalam y

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 9

    Lampu utama pun menyala. Cahaya menyapu seisi kamar, memperjelas sosok Javier yang masih berdiri goyah di ambang pintu. Matanya merah, dasinya terjuntai sembarangan, dan beberapa kancing kemejanya terbuka, memperlihatkan dada bidangnya yang naik turun karena napas berat. Jenn berdiri terpaku di dekat ranjang, tangannya dengan refleks menarik selimut, mencoba menutupi tubuhnya yang hanya dibalut lingerie tipis yang dirasa sangat memalukan itu. Tatapan Javier langsung tertuju padanya. Lelaki itu menyeringai miring, senyum mabuk yang menggoda sekaligus menyakitkan itu, seolah mengejek sesuatu yang tidak bisa Jenn lawan. “Cukup patuh juga kau, ya…” gumamnya pelan namun tidak terlalu jelas. Jenn menunduk. Wajahnya memerah, bukan karena malu, tapi karena campuran marah, takut, dan bingung. Dia tidak tahu apa yang ada di kepala Javier malam ini, apalagi pria itu sedang tidak dalam keadaan yang sadar sepenuhnya. Namun sebelum Jenn sempat membuka mulut, Javier sudah melangkah pe

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 8

    Pria itu masih berdiri kokoh di antara mereka, menepis kasar tangan Anastasia. Wajahnya dingin, tajam, penuh ketegasan. Mata elangnya menatap lurus ke arah Anastasia, nyaris seperti ingin menembus isi kepala wanita itu. “Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan barusan?” tanyanya pelan tapi menusuk. “Menyentuh seseorang di bawah atapku, tanpa izin. Apa kau cukup yakin bisa menerima resikonya?” Anastasia terkejut. Wajahnya yang semula keras, kini mulai memucat. Tangan yang tadi terangkat kini turun perlahan, gemetar. Tatapan Javier bukan tatapan marah biasa. Itu peringatan yang sangat tajam, sangat jelas. “Tu-Tuan Javier, saya hanya sedang mencoba untuk—” “Aku tidak tertarik mendengar alasanmu,” potong Javier cepat. “Cepat pergi dari sini. Jangan paksa aku untuk mengulang kalimat ini lagi.” Anastasia menelan ludah. Mulutnya terbuka, tapi tidak ada kata yang k

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 7

    Membaca pesan itu, rasanya Jenn seperti tersambar petir. “Apa-apaan? Kenapa aku melakukan semua ini? Tuan Javier, dia benar-benar serius...?” Jenn sangat tidak paham, kenapa Javier bahkan mau melakukan hal itu dengan seorang pelayan. “Hah...” Jenn menggelengkan kepalanya. “Aku akan mendapatkan banyak uang. Dia pasti tidak mau rugi juga, kan?” Ia pun berniat melanjutkan langkah kakinya. Jenn baru saja hendak membuka pintu kamar ketika sebuah suara memanggil pelan dari ujung lorong ruangan. “Jenn, eh... maksudnya, Nyonya Jenn…” Jenn berbalik. Seorang pelayan berdiri setengah membungkuk, ragu-ragu menatap wajah Nyonya mudanya yang satu ini. Ia tahu betul, menyampaikan pesan seperti ini bisa membuat situasi jadi rumit. “Ada… seorang wanita di depan. Dia bilang dia kakak Anda. Menunggu di depan gerbang rumah ” Sejenak, dunia Jenn seperti membeku seketika. Wajahnya langsung berubah. Mata yang tadinya hanya lelah, kini menjadi suram. Nafasnya tertahan, dan tangannya yang

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 6

    Sebelum Neneknya benar-benar keluar dari ruangan itu, Javier yang tidak menyukai perkataan Nyonya besar pun membalas, “Wanita sama artinya dengan pakaian untukku. Kalaupun pengantinnya tidak berubah saat itu, hasil akhirnya pun akan sama.” Nyonya besar mematung. Tangannya yang menyentuh handle pintu, bahkan juga sudah mulai terbuka itu tak bergerak untuk beberapa saat. “Javier, tidak semua wanita seperti yang kau pikirkan. Nenek mengatakan ini bukan hanya karena gadis itu tidak pantas secara latar belakang, tapi gadis itu juga tidak bersalah.” Javier hanya tersenyum sinis, tidak ada balasan kata-kata. Tanpa mereka sadari, Jenn mendengar pembicaraan itu. Ditangannya ada nampan dengan dua cangkir teh. Hatinya sakit mendengar ucapan Javier. Tapi, dia juga cukup sadar diri bahwa kenyataan dia adalah seorang pelayan jelas tidak akan cocok untuk Javier. Hanya saja, Jenn sendiri juga tidak menginginkan posisi, dan status sebagai Nyonya Javier. Sadar kalau Nyonya besar akan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status