Share

Bab 5

Author: Nadira Dewy
last update Huling Na-update: 2025-06-19 07:19:45

Jenn duduk kaku di atas sofa panjang berlapis kain beludru mahal.

Ruang tamu itu begitu mewah, penuh aroma bunga segar dan kesunyian yang menekan. Tapi yang paling menyesakkan bukanlah kemewahan ruangan itu, melainkan sosok yang menatapnya tajam kini tengah duduk tegak di hadapannya.

Nyonya Besar.

Nenek dari Javier, kepala keluarga yang dikenal dengan sikap dingin namun disegani.

Perempuan tua dengan rambut keperakan yang disanggul dengan rapi, mengenakan gaun kebesaran bernuansa marun dan perhiasan zamrud di jemarinya.

Tatapannya tajam, menyelidik seperti hendak menembus hati siapa pun juga yang berani duduk di hadapannya.

Jenn menggenggam jemari tangannya sendiri di pangkuan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, punggungnya basah oleh kegugupan. Ia tidak berani mengangkat wajah. Matanya hanya tertuju pada ujung kaki polosnya.

“Jadi,” suara Nyonya Besar terdengar akhirnya. Tajam. Pelan. Tapi berat, seperti beban yang jatuh di atas dada Jenn. “Kau... pelayan rumah yang diceritakan Javier itu?”

Jenn menggigit bibir. Ia menunduk semakin dalam. “Iya. Maafkan saya, Nyonya…”

“Aku tidak bertanya untuk kau meminta maaf. Aku hanya ingin memastikan telingaku tidak salah dengar,” sambung wanita tua itu, nada suaranya sinis. “Seorang pelayan... kini menyandang marga keluarga kami. Menjadi Nyonya Javier?”

Jenn meremas tangannya makin erat. “Saya tidak pernah bermaksud mengambil tempat siapa pun, Nyonya. Hanya saja, saat itu—”

“Tapi kau tetap duduk di sana,” potong Nyonya Besar cepat. “Di rumah ini. Dengan status itu, kan.”

Tak ada kemarahan yang meledak, tapi setiap kata yang keluar dari wanita tua itu seperti pisau yang tajam dan dingin. Jenn tidak perlu ditegur keras untuk tahu, keberadaannya jelas sangat tidak diinginkan.

“Saya hanya menjalani apa yang diperintahkan oleh Tuan Javier,” ucap Jenn pelan, suaranya nyaris tenggelam. “Saya tidak punya pilihan, Nyonya besar.”

Nyonya Besar menatapnya lama. Hening menggantung begitu berat. “Javier memang keras kepala. Tapi aku juga tidak bodoh. Aku tahu anak itu hanya sedang bermain-main. Dan kau, pastilah kau hanya pion kecil dalam permainannya.”

Jenn tidak mampu membalas. Karena sesakit apa pun kata-kata itu... memang benar. Ia hanyalah pelayan yang terseret dalam keputusan pria itu, pria yang bahkan tidak memandangnya sebagai seorang istri sungguhan pastinya.

“Aku tidak suka permainan seperti ini,” ujar Nyonya Besar. “Dan aku tidak akan membiarkan seorang pelayan mempermalukan garis darah keluarga ini. Aku juga tidak akan menerima menantu yang memiliki tujuan terselebung.”

‘Apa lagi maksudnya terselubung?’ batin Jenn.

“Bersiap. Aku akan segera bicara dengan Javier,” timpal Nyonya besar, mirip seperti perintah tanpa bantahan.

Saat Jenn menunduk makin dalam, seulas senyum tipis namun dingin muncul di bibir wanita tua itu.

“Jangan anggap remeh ucapan ku. Karena berada di sisi Javier… tidak semudah membersihkan lantai rumah ini.”

Jenn hanya bisa terdiam.

Langkah wanita tua itu mulai menjauh. Jenn baru berani menatap punggungnya yang makin menjauh.

Ah, lega sekali rasanya setelah Nyonya besar benar-benar pergi.

Jenn memegangi dadanya. Menepuk pelan, menenangkan dirinya.

Di sudut lain, langkah sepatu terdengar dari arah tangga. Tegas. Teratur. Dan hanya ada satu orang di rumah ini yang melangkah seperti itu. Javier.

Ia baru saja keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi dalam setelan abu-abu gelap, rambutnya tertata sempurna seperti biasa. Aura dingin dan tidak tersentuh langsung memenuhi ruangan ketika matanya menangkap pemandangan di ruang tamu.

Ia pun berpapasan dengan Nyonya besar yang sengaja mencari keberadaannya.

“Javier,” panggilnya. Dingin. Tegas.

Javier menghentikan langkahnya, lalu berjalan mendekat tanpa ekspresi yang berarti. Ia menatap sang nenek tanpa senyum, seolah sudah tahu apa yang akan dibahas.

“Kita bicara. Sekarang,” ujar Nyonya Besar tanpa memberi ruang untuk penolakan. “Di ruang kerja mu saja.”

Javier pun hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian.

Pintu ruang kerja ditutup. Sunyi.

Nyonya Besar berdiri di depan meja kerja kayu jati tua yang selama ini jadi simbol kekuasaan keluarga mereka.

Javier tetap berdiri, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, menatap tenang namun jelas tidak ada kesan ramah.

“Nenek tidak akan mengulangi dua kali, Javier,” suara wanita tua itu tegas. “Apa maksudmu menikahi pelayanmu sendiri? Di depan umum seperti itu?”

“Kontrak. Hanya satu tahun saja,” jawab Javier datar.

“Itu bukan jawabannya. Kau mempermalukan nama keluarga kita. Apa kau benar-benar berpikir orang tidak akan membicarakan ini? Bahkan, kau masih saja bisa menggunakan pernikahan kontrak? Kau sudah gila...”

“Biarkan saja mereka bicara semau mereka,” balas Javier dingin. “Aku tidak peduli.”

“Jelas kau tidak peduli. Karena kalau kau peduli, kau tidak akan membawa perempuan kelas bawah itu ke rumah ini lalu menyebutnya istri hanya untuk tujuanmu saja!” Suara Nyonya Besar meninggi.

Javier tetap tidak bergeming. Ia bahkan tidak menunjukkan tanda marah. “Aku tidak butuh restu siapa pun, bahkan dari Nenek sekalipun. Aku melakukan ini dengan alasan yang tidak akan aku jelaskan kepada siapapun juga.”

Nyonya Besar terdiam sejenak, menatap cucunya dengan mata penuh dengan kekecewaan.

“Dia akan menghancurkan mu, Javier. Atau kau sendiri yang menghancurkan hidupmu untuk sesuatu yang bodoh seperti ini.”

Javier mendekat satu langkah, tatapannya menjadi lebih tajam.

“Aku tahu apa yang aku lakukan. Dan aku tidak pernah bermain dengan perasaanku sendiri. Dia hanya bagian dari rencana, tidak lebih dari pada itu.”

Nyonya Besar menyipitkan mata. “Kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan dengan ‘rencanamu’ itu.”

Javier hanya tersenyum tanpa minat membalas.

“Javier, kau sudah menjadi pria yang dingin selama ini. Cukup itu saja, jangan menjadi pria brengsek yang mempermainkan gadis,” timpal Nyonya besar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 273

    Pada pemeriksaan lanjutan itu, suasana ruang dokter terasa lebih ringan dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Javier duduk tegak, tidak lagi tampak tegang seperti saat awal menjalani terapi, sementara Jenn duduk di sampingnya, jemarinya menggenggam tangan Javier dengan tenang dan berharap itu dapat menguatkan. Dokter membuka berkas hasil evaluasi paling baru, meninjau catatan demi catatan lalu mengangguk dengan puas. “Tuan Javier,” ucapnya dengan senyum profesional, “perkembangan Anda sangat signifikan. Respons kognitif membaik, konsentrasi stabil, dan gejala pascatrauma juga jauh berkurang dari prediksi awal.” Jenn tampak menahan napas, menunggu dengan berdebar kalimat berikutnya. “Namun,” lanjut dokter sambil menutup berkas, “meski kondisi Anda sudah jauh lebih baik, saya tetap menyarankan untuk melakukan kontrol rutin minimal enam bulan sekali. Ini penting untuk memastikan tidak ada regresi atau masalah baru yang akan muncul.”

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 272

    Sejak hari itu, semuanya benar-benar berubah. Javier kembali mengambil alih perusahaan seperti sebelumnya, bersama Ken. Langkahnya tegas, tatapannya dingin, wibawanya muncul kembali seakan empat tahun terakhir tak pernah menggerogoti dirinya. Di bawah kepemimpinan Javier, perusahaan perlahan kembali stabil, bahkan orang-orang yang sebelumnya meremehkan Jenn kini tertunduk tanpa suara saat Javier berada di ruangan CEO. Sementara itu… tugas Jenn jadi berubah total. “Sayang, mulai hari ini,” Javier pernah berkata sambil merapikan rambut Jenn, “pekerjaan wajib mu hanya satu saja, memanjakan diri sendiri.” Jenn tertawa waktu itu, mengira Javier hanya sedang bercanda. Tapi ternyata tidak sama sekali. Setiap pagi, Javier selalu mengirim pesan sebelum berangkat, “Ingat pesan ku. Hari ini dan seterusnya kau harus senang. Tidak boleh stres.” “Kalau kau pergi keluar rumah, aku ingin foto buktinya. Biar

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 271

    Jack akhirnya tertidur pulas di pangkuan Javier setelah bermain sepanjang sore. Tubuh kecil itu naik turun perlahan seiring napasnya yang tenang. Javier mengusap rambut Jack pelan-pelan dan lembut, memastikan anak itu benar-benar nyaman sebelum ia mengalihkan pandangannya kepada Jenn. Jenn duduk sedikit lebih dekat, mengelus lengan Javier. “Apa yang ingin kau bicarakan? Kelihatannya sangat serius saat kau bicara,” tanyanya lembut. Javier terdiam. Ia menelan napas, pandangannya jatuh ke wajah Jack sebelum akhirnya kembali kepada Jenn. Ada sebuah keraguan, bahkan rasa takut, di mata pria itu. “Sayang…” ucapnya akhirnya, suaranya rendah dan berat. “Aku sudah memikirkannya sejak kejadian di kantor tadi. Keadaanmu… sudah sangat berbahaya untuk keselamatan mu.” Jenn mengerutkan dahi. “Maksudmu bagaimana?” “Ada banyak oknum, banyak pihak yang punya kepentingan kotor saat ini. Mereka tidak hanya

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 270

    Javier terkekeh geli melihat mata Jenn membulat penuh kekesalan. “Oke oke, Sayang. Kau cuma mau bilang kalau aku ingin memijat mu sebentar. Tapi... sepertinya kau berpikir lain, ya?” Mendengar itu, Jenn pun terperangah tak percaya. “Jangan bohong! Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, hah?!”Javier menanggapi semua itu dengan tawa renyah. Setelah itu, mereka pun memutuskan untuk pergi ke ruang pertemuan guna mengakhiri konflik secara tuntas untuk hari ini. Beberapa saat kemudian, di ruangan itu. “Urusan kantor sudah selesai untuk hari ini jangan dibuat rusuh lagi,” ucap Javier akhirnya, suaranya tenang namun berat seperti palu godam. Ia menoleh kepada Jenn, yang berdiri di sisinya, masih terlihat gugup meskipun kini sudah mengenakan pakaian yang lebih rapi. Javier meraih tangannya dengan lembut. “Kita pulang sekarang,” katanya singkat. Jenn mengangguk kecil, memandang Javier yang begitu tegas begitu berbeda dari beberapa hari terakhir, dan hatinya mencelos oleh ra

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 269

    Javier mencium bibir Jenn. Ciuman yang begitu hangat perlahan menjadi panas. Kerinduan yang terlalu besar, seperti bendungan jebol yang sulit untuk ditahan lagi. Sosok Javier yang dulu telah kembali, Javier yang tidak akan mungkin menahan diri untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan pada Jenn. Sejenak Javier menghentikan ciuman bibirnya, menatap Jenn dengan sorot mata yang begitu dalam. “Sayang, aku sangat merindukan mu...” Jenn hanya bisa terdiam. Entah kenapa mulutnya seperti terkunci, dia hanya ingin memeluk pria itu terus. Meski begitu, Javier juga bisa merasakan kerinduan yang sama, yang Jenn rasakan. “Sayang...” Javier kembali mencium bibir Jenn. Tubuh Jenn reflek mundur, Javier mengangkat tubuh kurus itu hingga duduk di meja kerjanya. Tangannya juga sudah menyingkirkan barang yang mengganggu. Semakin dalam ciuman itu, maka semakin sulit bagi Javier

  • Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan   Bab 268

    Setelah memberi peringatan keras, Javier tidak memberi kesempatan siapa pun untuk berbicara lagi. Ia mengangkat tangan, memberi isyarat pada Ken untuk mengambil dokumen di tangannya. Ken segera maju dan mengambil, meletakkan map tebal di atas meja rapat. “Ini,” ujar Javier dengan suara datar namun penuh tekanan, “adalah seluruh bukti yang membantah setiap tuduhan yang kalian lemparkan kepada istri dan asisten sekretaris kepercayaan ku.” Beberapa direktur menelan ludah, sementara yang lain tampak mulai panik. Javier memilih untuk membuka map itu, mengeluarkan beberapa lembar dokumen, rekaman, serta laporan investigasi. “Ini yang pertama…” Ia menekan tombol remote, menampilkan rekaman CCTV serta data lokasi ponsel di layar besar. “Istriku dan Ken tidak pernah berada di lokasi yang sama seperti yang diberitakan dalam rumor hubungan gelap itu.” Ia menunjuk timestamp rekaman. “S

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status