Share

Tersinggung

Author: Queeny
last update Last Updated: 2021-02-12 19:14:18

"Mau kemana?" tanya Dewa saat melihat istrinya sudah berganti pakaian.

"Mau ke pasar. Beli sayur. Di kulkas cuma ada lauk," jawab Dara.

"Mas anter, ya."

"Gak usah. Aku sama bibik. Cia juga mau ikut."

"Cia gak usah pergi. Kan baru sembuh. Kamu sama bibik aja berdua," cegah Dewa.

"Kasian, Mas. Lagian aku cuma bentar. Dapat yang dicari langsung pulang," pinta Dara.

Tak tega dia melihat anak itu saat memohon tadi. Dara juga sebenarnya sudah menolak halus, tapi Ciara merajuk dan menekuk bibir. Akhirnya dia luluh dan mengizinkan. 

"Jadi mas sendirian di rumah?"

"Kami sebentar aja, kok. Itu di kulkas isinya makanan instan semua. Masa Cia makannya nugget sama sosis terus. Kurang bagus untuk pertumbuhan," jelasnya.

Makanan siap saji memang disukai anak-anak dan praktis. Namun, jika dikonsumsi terlalu berlebihan tidak bagus juga buat kesehatan.

"Siap Bu Guru."

"Kalau gitu aku jalan dulu," pamitnya.

"Kalian naik apa?"

"Pake motor. Aku pinjem, ya." Dia mengambil dompet kecil dan menyelipkan di saku celana.

Dewa membuka dompet, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan menyerahkannya kepada istrinya.

"Buat kamu belanja."

Wanita itu mengambil dengan ragu-ragu lalu memasukkannya ke dalam dompet.

"Makasih, Mas."

"Beli apa aja yang kalian suka. Kalau aku apa aja doyan," lanjut Dewa.

Dara tersentak untuk beberapa saat. Pantas saja Laura sangat sayang kepada Dewa. Lelaki ini sungguh baik hati dan bertanggung jawab.

Apakah dia beruntung bersuamikan Dewa sekalipun pernikahan ini hanya sandiwara?

"Iya. Aku pergi dulu," katanya berpamitan.

Dewa mengulurkan tangan. Dara terdiam lalu meraih lengan lelaki itu dan mencium punggung tangannya.

"Tanda bakti kepada suami," kata-kata ibunya masih terngiang.

"Hati-hati. Nanti mas transfer uang bulanan." Lelaki itu mengambilkan kunci motor. 

"Buat apa?" Dara menerimanya lalu menyelipkan di saku sebelahnya. 

"Buat jajan kamu."

"Gak usah, Mas. Kita kan cuma pura-pura."

Ucapan Dara membuat Dewa terdiam. Entah mengapa dia tak ingin pernikahan ini hanya sebatas status. 

Lelaki itu berharap mereka bisa menjalani kehidupan normal seperti pasangan yang lain. Apalagi melihat Dara yang cukup telaten mengurus putrinya, walaupun tak sama seperti Laura dulu. 

"Kamu istri mas. Sudah kewajiban mas buat nafkahin," ucap lelaki itu dengan tenang.

"Tapi aku gak enak. Aku sendiri juga gak bisa ngurusin mas kayak istri yang lain," kata Dara.

Dewa tahu apa maksud dari ucapan istrinya tadi.

"Itu udah jadi kesepakatan kita di awal, kan?"

"Iya."

"Tapi kalau mas mau dikasih juga boleh," jawabnya sambil menatap istrinya lekat.

Deg!

Jantung wanita itu berdetak hebat. Jika menyinggung soal ini, lebih baik dia berpura-pura tak mengerti.

Dara balas menatap suaminya dengan hati yang gamang, lagi-lagi mengabaikan apa yang diucapkan Dewa. Dia tak mau membahas itu lebih lanjut. 

"Aku pergi dulu. Kalau kesiangan, sayur segarnya pada habis."

Dia berjalan keluar dan mendapati Ciara sudah menunggu di depan dengan bibik. Anak itu asyik bercerita sementara si bibik mendengarkannya sambil ikut berkomentar.

Melihat Dara muncul, matanya berbinar senang.

"Mama. Ayo kita pergi sekarang." Ciara memeluk dengan manja. 

Wanita itu membalas pelukan putrinya dengan menggendong tubuh mungilnya dan mendudukkan di motor.

Ciara besorak kegirangan karena mendapatkan perlakuan seperti itu. Ternyata Dara pandai juga membujuk anak-anak.

Begitu semua sudah siap, Dara menghidupkan mesin dan membawa motor dengan pelan. 

Si bibik yang memberitahukan arah karena dia belum begitu hafal dengan daerah perumahan sekitar sini. 

Tanpa mereka sadari, sejak berangkat tadi, diam-diam Dewa mengintip dari balik jendela dan mengulum senyum.

***

Tergesa-gesa, mereka memasuki rumah. Ciara tampak terbaring lemah di dalam gendongan Dara sementara bibik membawa barang belanjaan ke belakang. 

"Cia kenapa?" tanya Dewa saat melihat tubuh putrinya diletakkan di ranjang. 

Wajah si mungil itu pucat dengan bibir gemetaran. 

"Badannya panas," jawab Dara. 

"Kok bisa? Tadi pas pergi baik-baik aja?"

"Mungkin kecapean, Mas." jawab Dara. 

Dengan cekatan dia membuka baju Ciara dan menggantikannya. Dara juga mengambil termometer dan terkejut saat melihat suhunya, 39 derajat.

"Aduh panas banget," lirihnya. 

"Tadi kan aku udah bilang, dia gak usah dibawa. Kamu gak mau dengerin," tegur Dewa.

Dara menoleh ke arah suaminya dan kembali mengurus Ciara.

"Lain kali dengerin. Kayak Laura itu nurut sama aku," lanjut Dewa sambil memandang putrinya dengan cemas.

Hati Dara bergolak mendengarnya. Kenapa mereka harus dibandingkan? 

"Kalau belum reda juga, nanti kita bawa ke dokter anak."

Lagi-lagi Dara tak menangapi. 

"Permisi, Nyonya. Ini obatnya." Tiba-tiba bibik datang dan membawakan sebotol paracetamol sirup juga segelas air.

Dengan sabar Dara membantu Ciara duduk untuk meminum obatnya. 

"Anak pintar," Dara mengusap kepala putrinya dengan lembut. 

"Papa." Ciara memeluk Dewa dengan erat, yang dibalas dengan pelukan hangat. 

"Cia kan baru sembuh. Terus habis jadi pengantin sama mama papa. Jadinya masih capek. Harusnya gak usah keluar dulu. Di rumah aja." Nasihat Dewa. 

Memberikan pengertian kepada anak-anak memang gampang-gampang susah. Tapi jika sabar, maka mereka akan mengerti. 

"Huum," jawab gadis itu. Dia menatap mama papanya secara bergantian dengan perasaan bersalah. 

"Cia tidur dulu sekarang. Nanti bibik bikinkan bubur. Sementara main di rumah dulu. Nanti kalau udah sehat lagi kita jalan-jalan," bujuk Dara.

Gadis kecil itu mengangguk lalu kembali berbaring dan memejamkan mata. 

"Makasih ya," ucap Dewa tulus namun Dara susah terlanjur tersinggung karena ucapannya tadi.

Tanpa menoleh dia langsung keluar membantu bibik memasak di dapur. 

Lelaki itu bertanya dalam hati apa yang tadi telah diucapkannya sehingga raut wajah istrinya berubah seperti itu. 

Lalu dia teringat, tadi sempat menyebut nama Laura dan mungkin itu penyebabnya. 

Hingga Ciara tertidur, Dewa masih berada di kamar putrinya. Saat melihat Dara masuk ke kamar, dia segera menyusul.

"Kamu masak apa?" Basa-basi karena Dewa tahu harus berkata apa. 

"Liat aja nanti di dapur. Bentar lagi masak." Dara hendak keluar kamar saat tangannya dicekal lembut.

"Kamu marah?"

"Marah kenapa?"

"Kata-kata aku tadi."

"Yang mana?"

"Maaf aku gak bermaksud bandingin kamu sama dia." Dewa tak mau menyebut nama Laura lagi di depan Dara.

Sekalipun mereka bersaudara kandung, wanita memang tak suka jika dibandingkan dengan yang lain.

"Aku mau lanjut masak dulu."

"Yaudah, aku juga mau ngeliat email," kata Dewa.

"Oh iya, Mas. Malam ini aku tidur di kamar Cia. Takut badannya panas lagi."

Dara membuka pintu dan menghilang dari pandangan. Meninggalkan Dewa yang speechless dengan apa yang baru saja didengarnya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti   Harapan Baru (Ending)

    Dara mengernyitkan dahi ketika mobil Dewa berbelok ke arah rumah. Tadinya, dia berpikir kalau mereka akan menjemput anak-anak setelah acara akad nikah Riri. "Kita gak jemput anak-anak, Mas?" tanya wanita itu heran. Dewa menjawab pertanyaan istrinya dengan gelengan dan bersiul sembari menyetir. Lelaki itu sudah mengatakan kepada mamanya bahwa mereka akan datang ke sana setelah Magrib. Jadi, masih ada beberapa jam untuk bisa berduaan. "Kasihan Sarah, Mas. Nanti dia cari aku," ucap Dara. Setiap ada undangan pernikahan, mereka memang jarang membawa anak-anak. Namun, Dara juga tak akan pergi lama. Setelah acara selesai dia akan menjemput mereka. "Mas kenapa, sih? Kok aneh?" tanya Dara saat mobil sudah terparkir di halaman rumah. Dewa menarik lengan istrinya saat mereka akan masuk. Suasana sepi siang ini karena tak banyak kendaraan yang berlalu lalang di sekitaran komplek. Apalagi cuaca agak mendung, sehingga membuat

  • Pengantin Pengganti   Riri dan Radit

    Dara menuntun Riri memasuki ruangan itu. Sahabatnya itu adalah anak tunggal sehingga hanya dia sendiri yang mendampingi. Ada sepupu dan keponakan, tetapi justeru dia yang dipilih. Acara pertunangan ini mirip dengan yang biasa dilakukan oleh para artis di televisi. Hanya saja dibatasi dan dihadiri oleh keluarga. Namun, dekorasi yang mewah sudah menjawab bahwa Radit tak main-main dalam mempersiapkan masa depannya. Seserahan yang dibawa dari pihak laki-laki cukup banyak. Dara sampai tertegun saat melihat isinya. Apalagi ketika Riri memperlihatkan cincin berlian yang dibeli Radit untuknya. "Radit royal banget ya, Ra. Aku tegur dia biar gak terlalu berlebihan," curhat Riri sehari sebelum acara dilangsungkan. "Ya gak apa-apa. Kan buat istri sendiri. Lagian dia memang udah mapan. Udah punya rumah sendiri. Nanti habis nikahan bisa langsung kamu tempati. Kayak aku sama Mas Dewa dulu.

  • Pengantin Pengganti   Hari Bahagia Untuk Keysa

    Satu minggu kemudian. Suasana di ballroom hotel itu begitu meriah. Setiap sudut ruangannya berhiaskan bunga-bunga, juga penggung tempat kedua mempelai bersanding. Berbagai lampu kristal menhiasi setiap sudut ruangan. Dekorasi yang begitu mewah menandakan bahwa yang mempunyai acara adalah keluarga terpandang. Apalagi saat melihat sajian dan souvenir untuk para tamu. Juga bagusnya pakaian yang dikenakan oleh para bridesmaid dan groomsmen. Keysa tampak anggun dengan gaun pengantin putih rancangan seorang designer terkenal. Sebuah mahkota bertahtakan berlian tersemat di kepalanya. William memesan itu sebagai tanda bahwa wanita itu adalah ratu di hati dan hidupnya. Keysa menyambut para tamu dengan antusias sekalipun perutnya begitu kentara terlihat. Wanita itu tampak santai, begitu pula dengan keluarganya. Bahkan William kerap mengusap perut istrinya selama acara berlangsung. William terlihat begitu gagah dengan jas hitam ya

  • Pengantin Pengganti   Pilihan

    Dara menatap wajah Dewa dengan gamang. Ucapan suaminya tadi cukup membuat hatinya galau setengah mati. Jika dia mengiyakan penawaran itu, maka mereka akan memulai hidup baru di kota lain. Bukannya Dara tak mau mengikuti Dewa bertugas dan mengabdi sebagai istri yang taat. Hanya saja beradaptasi dengan lingkungan baru itu cukup melelahkan. Apalagi Sarah masih kecil. Sekolah Ciara juga harus pindah jika sampai itu terjadi. "Ini kesempatan emas buat kita. Kalau menjadi kepala cabang, tentunya penghasilan aku bakalan lebih besar. Jadi kalian bisa lebih sejahtera," bujuk Dewa lembut. Dara masih menatap suaminya dengan perasaan tak menentu. Istri mana yang tidak tergiur jika dijanjikan kemewahan dunia. Namun, hatinya masih bimbang. Dewa yang melihat Dara tampak meragu, akhirnya memilih untuk mengalah dan tak mau memaksakan kehendak. "Tapi tentunya kalau kamu setuju. Kalau gak mau, aku ikhlas walau cuma jadi manager di sini,"

  • Pengantin Pengganti   Ketegasan Hati

    Sebuah panggilan membuat Dewa menoleh. Tampak sosok Keysa, dengan perut yang terlihat membulat, berjalan agak cepat untuk menghampirinya."Wa!""Ada apa?" tanya lelaki itu malas. Dia sudah menduga apa yang akan dilakukan oleh Keysa."Kamu udah lunch?"Dewa membuang pandangan karena kesal. Hampir setiap hari Keysa datang dan mengajaknya makan siang. Hal itu membuatnya malas karena tak enak hati kepada William. Lelaki itu pastilah menyimpan rasa cemburu karena calon istrinya berduaan dengan lelaki lain.Hanya saja Dewa belum tahu apa yang harus dilakukan untuk menolak keinginan Keysa. Jika dia bersikap kasar, dikhawatirkan akan berdampak pada pekerjaan."Udah," jawab Dewa berbohong. Padahal dia baru saja akan makan di ruangan, karena hari ini memesan secara online."Yah, aku telat, dong!"Raut wajah Keysa berubah kecewa. Sekalipun begitu, wanita itu tetap terlihat cantik. Kehamilan membuat tubu

  • Pengantin Pengganti   Lamaran

    Radit menggosok tangan karena gugup. Sementara itu kedua orang tuanya malah tersenyum geli. Hari ini mereka akan melamar Riri, berdasarkan musyawarah kedua belah pihak. Acaranya tidak formal, hanya pertemuan dua keluarga inti. Nanti jika mereka mencapai kesepakatan, baru akan diadakan acara pertunangan yang melibatkan keluarga besar."Ayo pencet belnya. Masa' gitu aja takut," ucap papanya.Radit menarik napas panjang untuk mengurangi rasa gelisah. Lelaki itu menatap mamanya berulang kali untuk meminta kekuatan."Anak mama ini. Ngobatin gigi yang parah aja berani, masa mau ke rumah calon mertua takut," ledek mamanya.Radit kembali hendak menekan bel ketika tiba-tiba saja pintu rumah terbuka. Hal itu membuatnya terkejut dan hampir berteriak. Sosok Riri yang berbalut gamis muncul menyambutnya."Eh, calon istri," ucapnya spontan.Semua orang tergelak mendengar ucapannya. Lalu, Radit langsung membuang pandangan dengan wajah mero

  • Pengantin Pengganti   Feeling

    Riri tertegun saat membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Gadis itu mengusap dada karena tak percaya dengan apa yang baru saja dia baca.'Hari Minggu nanti Mama sama Papa aku aku mau datang ke sini. Apa boleh kami ke rumah kamu?'Radit mengirim pesan itu satu jam lalu dan Riri belum sempat membalas. Gadis itu masih mengajar hingga siang hingga tak sempat menyentuh ponsel. Ketika jam istirahat tiba, dia langsung membaca kotak masuk dan terkejut membacanya.'Oke.'Hanya itu yang Riri ketikkan saat membalas. Dia kelaparan karena tadi pagi hanya sarapan sedikit. Gadis itu bergegas ke kantin dan memesan semangkuk bakso sebagai pengganjal perut."Sendirian, Neng?"Sebuah suara mengejutkan Riri. Gadis itu menoleh dan mendapati Dara sedang menghampirinya."Loh, kamu kok ke sini?""Kangen sekolah. Kangen mie ayamnya."Riri menggeser posisi dan membiarkan Dara duduk di sebelahnya. Gadis itu melambaikan tangan ke

  • Pengantin Pengganti   Perjuangan Riri

    Riri menepikan motor di parkiran rumah sakit dan membuka jaketnya. Cuaca cukup dingin pagi ini. Dia tidak mengajar karena ini hari Sabtu. Wanita itu ingin bertemu dengan kekasihnya. Sudah lama mereka lost contact. Sejak keberangkatan Radit untuk mengikuti seminar, lelaki itu seperti hilang ditelan bumi.Padahal Radit berjanji akan melamarnya sepulang dari luar kota. Riri menunggu dengan sabar. Sayangnya, entah mengapa lelaki itu sulit dihubungi."Poli gigi di mana ya?" tanya Riri kepada salah satu petugas resepsionis yang berjaga di depan."Mbak sudah daftar?""Saya bukan pasien. Saya mau ketemu Dr. Radit," jawabnya dengan yakin.Resepsionis itu memandang Riri dengan lekat seolah-olah mencari tahu identitasnya. Radit adalah salah satu dokter favorit di rumah sakit ini. Selain berwajah tampan, lelaki itu juga ramah kepada karyawan lain dan pasien.Status Radit yang masih lajang juga menambah nilai plus, sehingga banyak

  • Pengantin Pengganti   Keysa Berulah

    Kantor pagi itu terlihat lebih meriah dari biasanya. Seluruh ruangan tertata rapi dengan tambahan beberapa perabotan baru. Para karyawan berpenampilan terbaik hari ini karena pemilik perusahaan akan berkunjung. Ada banner ucapan selamat datang di depan pintu masuk. Nama William tertulis besar sebagai penghormatan. Sepasang kekasih itu turun dari mobil sembari bergandengan tangan. Mereka saling bertatapan mesra dan tersenyum senang. Keysa tampak semakin cantik karena tubuhnya terlihat lebih berisi. Perutnya memang membuncit karena ada janin yang sedang bersemayam di dalamnya. "Kenapa aku harus ikut ke kantor?" bisik Keysa ketika beberapa orang menghampiri mereka. "Karena aku ingin memperkenalkan kamu kepada semua karyawanku," jawab William dengan bahasa yang kaku. Sejak Keysa menyetujui perjodohan mereka, William mulai mempelajari banyak hal mengenai Indonesia. Dia mulai mencicipi berbagai menu khas daerah, juga belajar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status