Home / Romansa / Pengantin Pengganti / Bab. 1 Terpaksa Menikah Demi Membalas Budi

Share

Pengantin Pengganti
Pengantin Pengganti
Author: Aida Anida

Bab. 1 Terpaksa Menikah Demi Membalas Budi

Author: Aida Anida
last update Last Updated: 2023-03-28 13:00:48

Aku harap-harap cemas, semoga penghulu yang ditugaskan menolak pernikahan ini. Hatiku berdebar-debar menunggu, sudah sepuluh menit sejak Penghulu diminta bicara empat mata oleh Om Rudi. Sebenarnya bukan empat mata, karena di ruang keluarga itu ada ayah-bundaku, Tante Fifi, istrinya Om Rudi, dan aku juga sempat melihat kakakku Ciko menyusul di panggil ke sana.

“Alia….” Tante Fifi menghambur masuk mendekatiku, sedangkan di belakangnya Bunda menyusul dengan tatapan lekat memindai wajahku. Dan satu sosok di balik tubuh Bunda membuatku membuang muka.

“Lia, Erland mau bicara berdua dengan Kamu dulu, sayang? Pernikahan akan dilanjutkan, bapak penghulu bersedia menikahkan secara siri, nanti administrasi disusulkan secepatnya.” Kata-kata Tante Fifi membuatku lemas, doaku tidak terkabul!

Kamar pengantin yang dihias cantik begitu rupa terasa menyesakkan bagiku, terlebih sekarang lelaki muda itu duduk di hadapanku. Bunda, tante Fifi dan tiga orang tim MUA sudah meninggalkan kamar.

“Sebelum aku mengucapkan akad, apakah Kau benar-benar tidak berkeberatan dengan semua ini?” ucapannya disertai sosot mata yang menuntut jawaban.

“Seharusnya Ka Rivana yang kau nikahi hari ini!” cetusku menentang tatapannya, ingin aku meneriakinya kenapa dia sama saja dengan Om Rudi dan Ayah, bertekad meneruskan rencana pernikahan yang mendadak di tinggal pergi oleh kakak sepupuku, Rivana!

“Tak usah membahas soal Rivana. Aku bertanya padamu, apakah Kau bersedia melanjutkan pernikahan ini?” ucap Erland dengan tatapan yang datar.

“Bukankah sudah jelas jawabanku pada Ayah dan Om Rudi?” elakku sedikit kesal kenapa pula Erland merasa perlu meyakini sendiri kesediaanku menikah dengannya..

“Kamu ikhlas?” Erland masih mengejar.

“Aku tidak siap, Kamu puas? Sekarang keluarlah bila tak ada lagi yang mau ditanyakan?” cetusku menguatkan diri. Tak mungkin kujelaskan yang sesungguhnya di balik kepasrahanku hari ini.

Aku bersyukur lelaki itu akhirnya beranjak meninggalkanku sebelum airmata yang menggenang di pelupuk mata menganak sungai ke pipi. Bahkan di hadapan Ayah saja Aku berusaha untuk tak menangis, apalagi di depan Erland yang berkeras menikahi seorang pengantin pengganti setelah menerima kabar calon mempelai perempuannya kabur melarikan diri.

Ya, aku adalah pengantin pengganti. Nasibku yang begitu malang, tapi biarlah kutangisi sendiri.

“Om Kamu, sangat malu oleh kelakuan Rivana yang kabur di hari pernikahannya. Keluarga kerabat sudah berkumpul dan undangan untuk Resepsi besok pun sudah disebar. Ayah tak bisa menolak Nak, ketika Om memintamu menggantikan Rivana, kita terlalu banyak berhutang budi dengan keluarga Om Kamu.”

Ucapan Ayah yang sendu menggelegar di pendengaranku.

Kupandangi matanya berkaca-kaca dan yang kulihat di sana hanyalah semata kasih sayangnya saja. Duh, tak sanggup kubayangkan kesenduannya berlipat-lipat bila harus menyampaikan penolakanku kepada Om Rudi. Tak mampu kukecewakan hatinya di saat kusadari Ayah sangat jarang menuntut apapun padaku, anaknya.

Ayah yang karakternya tak banyak bicara, tapi cerita selalu mengalir dari bunda bahwa berulangkali orangtuaku harus meminta bantuan keuangan kepada Om Rudi yang kondisi ekonomi keluarganya sangat, sangat mapan.

Om Rudi bukan hanya membantu untuk keperluan kuliah Kakakku Ciko, terakhir juga membiayai pengobatan bunda. Wanita pintu surgaku itu harus rajin melakukan Kemoterapi setelah tiga tahun ini kanker payudara menggerogoti tubuhnya.

“Lia, Kamu cantik sekali Nak. Tersenyumlah dihari pernikahanmu ini, walaupun Bunda tahu Kamu tidak menginginkannya sepenuh hati.” Elusan lembut tangan bunda menarikku dari Lorong lamunan.

Ternyata MUA sudah selesai meriasku, seraut wajah flowless di cermin menyergap netraku. Seperti tak kukenali diri sendiri. Itukah Alia Miresti, Seorang Pengantin Pengganti?

Senyum bunda memaksa bibirku mengembang tipis. Tak sempat lagi berkata-kata karena Tante Fifi kemudian menyusul masuk lalu membisiki telingaku. Ternyata akad sudah dilangsungkan dan Tante Fifi menjemputku untuk disandingkan di pelaminan sebagai istri seorang laki-laki bernama Erland Satrio!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ozzy Ken
Apa pun resiko nya alia lah yang jadi korban rancangan kemungkinan kemauan nya
goodnovel comment avatar
Afniyantiboy maweikerejacobs
korban tu Alia
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
alia jadi korban harus mengganti sepupunya seebagai pengantin...karena sepupunya kabur menjelang akad
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti   Bab 85 Aku merindukannya

    Sepulang dari mendampingi kunjungan lapangan, aku jatuh sakit. Keletihan perjalanan darat hari kedua yang menguras tenaga ditambah hari-hari sebelumnya mentalku cukup tertekan setelah mengajukan berkas cerai ke pengadilan agama.Dengan tubuh meriang, aku bahkan tidak bisa melepaskan rindu pada baby Ghaazi. Tante Fifi melarangku langsung menemui putraku, terlebih karena aku baru datang dari daerah. Beliau khawatir masih tersisa penularan virus penyebab pandemi selama dua tahun lalu."Kamu sakit, Al?" Erland yang sore ini mengira baby Ghaazi sudah kubawa pulang ke rumah Citraland, terkejut mendapatiku demam. Aku yang tadinya meringkuk di tempat tidur mau tak mau membuka pintu yang sudah kukunci. Wajah yang pucat dan tubuh berlapis sweater tebal, mendorongnya secara otomatis meletakkan punggung tangan di dahiku."Egha dimana?" Tanyanya menyadari rumah yang sepi."Tante Fifi melarangku singgah untuk membawanya pulang, Mas. Di bandara tadi ak

  • Pengantin Pengganti   Bab.84 Bertemu Merlin lagi

    "Pergi ke Riau dengan bos-CEO? Baguslah, anggap saja kamu sedang healing?" Lontar Rivana tersenyum menggoda. Pagi ini kami bertemu secara tak sengaja. Aku mengantar suster dan baby Ghaazi untuk menginap di tempat orangtua Rivana sampai lusa. Besok ayah dan bunda juga akan datang ke sini menemani cucu mereka."Aku terpaksa diminta ikut, Va. Investor asing perlu penterjemah waktu dialog dengan pihak pemerintah daerah." kilahku berdalih."Nikmati saja, Al. Kurasa Pak Destanto bukan cuma membutuhkanmu di lapangan, tapi dia bermaksud supaya kamu sedikit melupakan perkara perceraian itu." Pungkas Rivana."Ngaco kamu ah, kemarin saja aku ditegur. Disarankan ambil cuti gegara ketahuan melamun?" Sergahku meringis."Haa...itu namanya bos-CEO menaruh perhatian padamu. Peduli dengan yang kamu sedang hadapi, betul gak?!" Rivana mengedipkan sebelah mata. Aku tak menggubrisnya lagi. Bisa jadi apa yang dikatakan Rivana benar, tapi bisa pula keliru. Mana bisa kutebak dengan pasti apa saja dipikiran l

  • Pengantin Pengganti   Bab.83 Menghitung Hari

    Dengan bantuan om Rudi aku memperoleh jasa pengacara untuk mengurus perceraian. Tak memakan waktu lama untuk menyiapkan berkas, kuserahkan lebih lanjutnya pada pengacara untuk mengajukan sidang.Benar kata Restu, pihak keluarga besarku sudah sangat memahami sejak tujuh bulan lalu. Dukungan terutama dari Rivana, juga Kak Ciko yang memberiku semangat dan meyakinkan pasti ada hikmah di balik semua ini.Hari sabtu Erland datang dan kumanfaatkan momen itu untuk bicara dari hati ke hati."Aku minta maaf sekali lagi, Mas. Senin depan berkas perceraian kita sudah diajukan ke pengadilan agama." Kata-kata itu terucap pelan, tapi mampu merenggut denyut jantungku sendiri hingga serasa berhenti.Erland berpaling ke arahku, tatapan matanya berkilat terluka. Tanpa kuduga ia kemudian berjalan mendekat, lalu menarikku dalam pelukan yang kuat."Aku tahu kau tersiksa menjalani rumah tangga kita, Al. Kau berhak mengambil jalan ini untuk merasa lebih bahagia?"Ya, Allah. Kenapa hatiku sangat sakit menerim

  • Pengantin Pengganti   Bab.82 POV Restu Karena Peduli

    Undangan Desta pada acara tahlilan empat puluh hari mendiang bapaknya, mempertemukanku lagi dengan Alia. Walaupun aku mengetahui kepindahannya ke Jakarta sudah hampir dua minggu, tak ada alasan tepat aku pergi menemui Alia. Terlebih ia disibukkan dengan profesi baru di Bthree Group milik teman baikku.Erlan tidak kau undang?" Tanyaku begitu kami bertemu sebelum acara tahlilan berlangsung"Dia tidak bisa datang, kesibukannya mulai padat menjalankan kembali bisnis milik Tyas." Alia tampak berusaha jujur, kedua bola matanya yang indah menghindar dari tatapan ingin tahuku."Aku permisi ke dalam, Res? Di dalam juga ada Rivana" ujarnya sebelum berlalu. "Rivana, putrinya om Rudi?" cegahku penasaran."Iya, suaminya Dipo juga bekerja di Bthree Group." Aku mengangguk paham dan membiarkan Alia berlalu. Nampaknya para wanita dan kerabat dekat keluarga Desta berkumpul di ruang keluarga rumah kediaman ini.Aku terpekur duduk di antara tamu undangan yang berdatangan. Wajah cantik Alia berkelebat.

  • Pengantin Pengganti   Bab.81 Jangan Gamang, Alia

    Tak kukira akan bertemu Restu di pelaksanaan tahlilan, sepupu Erland itu ternyata diundang langsung oleh CEO Destanto."Erlan tidak kau undang?" Tanya Restu."Dia tidak bisa datang, kesibukannya mulai padat menjalankan kembali bisnis milik Tyas." Sahutku sebagaimana kenyataannya. Erland tidak menjanjikan bisa hadir sewaktu kemarin kusampaikan bahwa bu Retno juga mengundang keluargaku ke acara ini. "Sepertinya aku masih sibuk menyelesaikan pekerjaan pada jam itu." Jawaban Erland kuartikan sebagai keengganannya untuk datang.Terlebih tahlilan almarhum Pak Amirudin dilaksanakan ba'da Ashar, sepertinya Erland memilih berkutat di kantornya daripada datang ke sini demi memantaskan hubungan baik semata.Rivana yang datang mewakili keluargaku, dan sekaligus mendampingi suaminya yang juga masuk di panitia kecil.Rangkaian acara pengajian Ayat Suci Alquran dan Dzikir Tahlilan berlangsung tepat waktu dan lancar karena Sholat Asha

  • Pengantin Pengganti   Bab.80 Menjalankan tugas

    "Alia, maaf mengganggumu dihari libur. Kalau ada waktu bisa ketemu dengan ibu ya, ada yang mau dibicarakan hari ini?" Suara di ujung telpon adalah milik CEO Destanto. "Baik Pak, kalau boleh tahu mengenai apa yang akan dibicarakan ini?" Tanyaku penasaran."Rencana tahlilan almarhum bapak tiga hari lagi, kamu bisa datang hari ini atau besok di jam kerja?" "InsyaAllah siang ini, Pak." Kusanggupi permintaannya."Baiklah, terimakasih. Kami tunggu," terdengar nada suara lega. Lalu telpon di tutup menyusul dikirim mapp lokasi kediaman yang nantinya kutuju.Hari masih pukul delapan, di depan rumahku suster membawa baby Ghaazi sarapan, bergabung dengan para tetangga komplek yang penampakannya hanya terlihat di hari minggu. Pada jam segini ada warga yang lalu lalang baru selesai berolah raga pagi, ada pula yang menemani anak bermain sepedaan, atau sekedar bersih-bersih pekarangan. Semua itu menggantikan suasana lenggang yang b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status