Share

Bab.2 Privacy yang gagal

Tamu undangan resepsi sudah berangsur sepi, Aku gelisah merasa sesak oleh gaun pengantin warna off white yang membalut tubuh sepanjang lima jam ini.

Kulirik Erland yang sedang berdiri, berbincang dengan kawannya. Lelaki itu tidak mengenakan stelan jas, melainkan set pakaian pengantin bergaya maroko dengan atasan model tunik beskap, lengkap dengan kalungan bunga melati.

“Setelah dari sini, bisa nggak kita langsung ke rumah Citraland?” Aku meluncurkan pertanyaan yang membuat Erland mengerutkan kening. Lelaki itu kembali duduk di kursi pelaminan begitu kawannya pamit setelah sebelumnya meminta foto bersama kami.

“Aku ingin cepat istirahat, dari sini langsung ke sana saja,” desakku lagi. Erland tak menjawab, tangannya melambai membalas salam pamit beberapa kerabat yang sudah melangkah menuju pintu keluar ballroom.

“Setidaknya kita pamit dulu ke rumah Om Rudi, sekalian mengambil koper pakaianmu,”

“Please….itu bisa minta antarkan sopir saja?” Aku memohon tak peduli bujukannya.

Saat ini keinginanku hanya segera membersihkan diri lalu mengistirahatkan tubuh dan pikiran ini.

Kamar Pengantin memang disiapkan di kamar Rivana, karena sepupuku itu yang seharusnya bersanding hari ini. Tak minat sama sekali aku pulang ke sana, lagipula aku sedang tak mau berinteraksi dengan siapa pun saat ini.

Tadi malam setelah digelarnya akad nikah, Tante Fifi menceritakan bahwa Erland itu serius dan memang siap berumah tangga, sayangnya Rivana yang dipilihkan sebagai calon istri malah kabur.

Kesiapan Erland bukan hanya memiliki pekerjaan mapan, lelaki itu sudah pula menyediakan hunian yang layak. Kediamannya setelah menikah itu terdiri dari 3 kamar, yang terdiri dari kamar utama, kamar tamu dan kamar untuk ART. Dilengkapi dapur yang nyaman dan taman samping yang teduh. Begitulah kira-kira yang diceritakan adik ayahku itu.

“Baiklah, kita pulang sekarang. Pasang senyummu Lia, setidaknya untuk menghargai kerabat kita , Hmh?” Erland meraih lenganku, menggamit kedalam gandengannya.

“Ishh, kamu tahu? Gaun ini sudah membuatku benar-benar gerah!” tandasku kesal. Kusadari wajah ini memang sudah tak sedap lagi dipandang.

Beberapa pasang mata menyertai langkah kami pergi sambil setengah berbisik-bisik. Mereka yang tersisa di ballroom adalah panitia acara yang terdiri dari keluarga kerabat kami dari kalangan anak muda.

Barangkali mereka mentertawai nasib malangku, atau menginginkan posisiku ini? Huh,Lelaki di sampingku ini memang mampu meluluhkan wanita . Buktinya Rivana awalnya juga bersedia menjadi teman hidup Erland karena tampilan Erland termasuk kategori pria idaman.

Lihat saja, dia tidak mencukur habis jambangnya di hari bersanding ini. Alhasil wajah macho itu melengkapi postur tinggi tegap yang mengkonstruksikan betapa gagahnya lelaki ini.

Perjalanan menuju rumah kami lalui dengan sibuk dalam alam pikir masing-masing. Sesekali kurasakan Erland melirikku tanpa bicara, selebihnya fokus kembali pada kemudi.

“Masuklah, ini sekarang rumahmu.” Erland membukakan pintu mobil begitu tiba di sebuah rumah di Kawasan Perumahan citraland. Kuikuti langkahnya menuju kamar utama yang lumayan luas dengan kamar mandi dalam.

“Aku mandi duluan, Kau masih menunggu koper pakaian untuk ganti kan?” Erland mengucapkan itu sambil melepaskan set pakaian marokonya yang elegan itu. Aku membuang muka mendapati dada bidangnya hanya dilapisi kaos dalam dan… Ah, aku tak sudi menonton pemandangan berikutnya.

“Ini Jubah mandi untukmu, sini kubantu” Eh,

dia malah mendekat lalu tanpa komando tiba-tiba membalik tubuhku. Astaga aku tak sempat mencegah dan justru jadi terdiam begitu menyadari siutasiku sendiri.

Gaun yang kukenakan memiliki bukaan kancing bungkus mungil yang berderet rapat di sepanjang tengah punggung hingga ke pinggang. Mana bisa kubuka sendiri?

Erland melepaskan satu persatu dalam diam dan hanya hembusan napasnya menyapu kudukku. Aduh! Adegan kedekatan seperti ini di luar dugaanku, karuan saja membuatku merinding karena sekarang dia jadi bisa memindai kulit punggungku. Huffff.

Begitu selesai, Erland masuk ke kamar mandi dan aku melangkah cepat keluar menuju kamar tidur tamu. Pintunya tidak terkunci, akan tetapi pemandangan di sana membuatku melongo dengan rasa kecewa. Kamar itu terlihat kosong tidak terdapat perabot ranjang, almari atau kursi pun!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
akhirnya nikah juga..walaupun jadi istri penghanti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status