Share

ingin hidup lebih lama dari kupu-kupu

Selamat membaca.

Di kereta tua. Nike menandangku penuh tanya, tetapi aku juga tahu. Kalau sebenarnya ia juga cemas pada kondisiku.

"Jadi bagaimana kamu bisa sampai terkena penyakit itu?" tanya Nike akhirnya. "Aku takut loh Emabell?"

Aku lantas tersenyum. "Sama aku?"

"Bukan, kapan sih kamu pernah serius?" kesal Nike karena aku malah mengajaknya berkelahi dengan kata-kata.

"Iya, maaf-maaf!" ucapku meminta maaf. Sebelum aku menjelaskan asal mula mengapa aku bisa sampai sakit seperti ini, sembari membalik lebaran demi lembaran kertas pada sebuah buku besar, yang ada pangkuanku.

Tapi mataku berhenti pada sebuah kalimat sederaha namun bermakna. "Darah sang turunan penguasa utara!" Pikirku membatin.

"Jadi mana penjelasannya?" tuntut Nike.

"Iya." jawabku singkat, sebelum kembali membalik buku dan menjelaskan. "Untuk mendapatkan batu karang perak, aku menyelam sampai ke kedalaman lautan terdalam. Aku hampir gagal karena sulit bernafas, tapi seekor ikan pari membantuku. Selama beberapa saat aku baik-baik saja, tapi malamnya. Malam ini, aku sakit!" jelasku sembari tersenyum menatap ke arah Nike yang mengerutkan keningnya sedih. "Tapi tenanglah, kata tabib. Masa kritisku sudah lewat!" tambahku mencoba menenangkannya.

"Jadi kamu bisa menyembuhkan sakitmu? Sama seperti, kamu menyembuhkanku waktu kecil dulu?"

Pertanyaan itu, membuat aku senang. Karena aku yang bahkan sudah melupakan bantuan kecilku pada Nike dulu, justru diingat dengan sangat baik olehnya. Pelan. Aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban atas pertanyaannya barusan. "Aku akan sembuh, aku kan, Emabell!"

Barulah senyuman sumprigah terukir di sudut bibir gadis tomboy itu—Nirmala-Nirmala. Hanya bisa membatin sembari mengeleng-gelengkan kepala pada tingkahnya.

Lalu beberapa saat terhanyut dalam bacaan masing-masing. Nike malah membacakan sesuatu padaku. "Emabell, coba dengar deh!"

"Iya, apa?"

Nike mulai membaca buku besar bersampul coklat itu pelan. "Sejarah Maledictus sanguis, atau yang lebih di kenal sebagai penyakit darah terkutuk. Telah menewaskan setidaknya 5000 manusia pada masa kepemimpinan King Darka Terkasus l (satu) yang masih sangat muda saat itu. Di katakan, obat dari penyakit itu hanyalah darah dari sang raja utara saja. Sebabnya karena Ignis Curios yang bisa berbentuk apa saja, bisa juga karena airTapi sebuah peraturan membuat sang raja tak bisa membantu! Karena...."

"Hanya sang ratu saja yang bisa memiliki darah sang raja!" sambungku sembari tersenyum miris, menelan salivaku pelan. Karena tau kalau, penyakitku ini tak akan pernah bisa di sembuhkan selamanya.

Jika nekat. Maka bayarannya adalah kematian. "Emabell!"

"Ya?"

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanya Nike yang membuat aku bingung. "Emabell, jangan bilang kalau...."

"Apa?"

"EMABELL!" Nike tiba-tiba saja memelukku dengan eratnya. "Kamu sudah janji ya. Kamu akan sembuhkan, kamu Emabellku kan!"

Aku membalas pelukannya tak kalah erat sembari tersenyum. "Iya," begitu jawabanku yang penuh ketidaktahuan akan hari esok.

Memang. Sakit rasanya, saat mengetahui kalau umurku tidak lebih lama dari kupu-kupu. Meski tak menjangkit, tapi aku tetap cemas pada diriku sendiri. Karena besar keinginanku untuk hidup dan mengubah Clossiana Frigga.

Tekadku untuk hidup jelas salah, tapi berhenti lebih salah lagi. Jadi, apa hukumanku nantinya? Kalau pilihannya sama-sama kematian.

Raja Darka Askalar pasti akan memeganggal kepalaku, menawarkan kematian paling menyakitkan yang pernah ada. Tapi, jika tetap bertahan maka Clossiana Frigga.... Itu dia, itu bedanya. Raja menawarkan kematian paling kejam, sedang desaku. Menawarkan kematian paling indah.

Tapi apakah aku bisa mengatakannya indah saat ujungnya tetaplah kematian?!

Sesingkat itulah hidupku? Jika iya, buatlah sedikit lebih berarti, lebih berguna, lebih menenangkan. Agar jiwaku, tak tinggal dengan segala kecemasan nantinya.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status