Home / Romansa / Pengantin Pria Pengganti / Bab 4. Bisakah aku tinggal bersamamu?

Share

Bab 4. Bisakah aku tinggal bersamamu?

last update Last Updated: 2024-09-06 00:33:03

Di belakang Nenek Limanto, Arka menahan senyum. Dari semua orang yang ada di kota ini hanya neneknya yang berani memanggil Rayyan dengan sebutan nama. Tetapi ekspresi wajah Rayyan tetap terlihat tenang, dia bahkan menjawab dengan lembut dan sopan. “Jangan khawatir, Nenek. Aku pasti menjaganya dengan baik.”

Mendengarnya memanggil Nyonya besar Limanto sebagai nenek, bukan hanya Evelyn saja yang kaget, Arka bahkan hampir terjengkang ke belakang.

Dasar sial! Dia benar-benar pandai berakting!

Nyonya besar tampak terlihat lelah, jadi ibu dan ayah Evelyn pun mengantarnya kembali ke rumah sakit. Karena saat ini tubuhnya memang sudah tidak dapat dipisahkan dari perawatan serius tim dokter rumah sakit.

Arka disuruh menjadi sopir untuk mengantar mereka. Sebelum dia pergi, Arka tidak lupa untuk memberi tatapan penuh peringatan dulu pada Rayyan Miga .

Akhirnya di ruangan ini hanya tersisa Evelyn dan Rayyan saja. Suasana mendadak berubah menjadi sunyi dan canggung. Mata Evelyn yang sebelumnya menunduk sekarang mulai terangkat, lalu menatap Rayyan dengan gelisah. “Tuan Rayyan, Terima kasih sekali untuk hari ini.”

“Tidak perlu.” Mungkin karena orang-orang sudah pergi jadi ekspresi pria itu kembali dingin, bahkan dia tidak menatap Evelyn sedikitpun.

Evelyn tidak tersinggung, dia sadar semua yang dilakukan Rayyan hari ini hanyalah karena sebuah kesepakatan yang ia tawarkan. Dia masih sangat bersyukur karena pria ini mau bekerja sama dengannya untuk berakting di depan neneknya.

“Tuan Rayyan, Aku akan segera menyembuhkan adikmu, tapi aku masih memiliki satu permintaan lagi yang mungkin sedikit lebih lancang.”

Mata Rayyan terangkat lagi, lalu dia menatap dingin, “Katakan.”

Evelyn mengulum bibir bawahnya, lalu berkata dengan pelan. “Bisakah kalau untuk sementara aku tinggal bersamamu?”

Rayyan tercengang, namun dia belum menjawab.

Karena takut Rayyan menolak, Evelyn buru-buru berkata lagi, “Anggap saja aku menyewa satu kamar di rumahmu. Aku bisa membayar sewanya. “ Begitu selesai mengatakan itu, Evelyn menggigit bibir bawahnya sendiri saat menyadari telah mengatakan sesuatu yang terlalu bodoh. Bukankah Rayyan Miga adalah pewaris tunggal perusahaan Brahmana? Perusahaan yang berbisnis properti internasional? Mana mungkin dia akan peduli dengan uang sewa?

“Ah, baiklah. Kalau begitu lupakan saja ucapanku. Aku akan mencari jalan cara lain lagi. Terima kasih.”

Rayyan Miga menegakkan duduknya, jari-jarinya yang ramping bertumpuk di atas celananya. Entah sadar atau tidak, ujung jarinya tengah mengetuk-ngetuk lututnya seolah dia sedang berpikir serius. Sedangkan bola matanya diam-diam menangkap semua ekspresi di wajah mungil Evelyn.

Lalu kemudian suara keluar dari mulutnya, “Baiklah. Kamu bisa tinggal bersamaku.”

Akhirnya, Rayyan pun membawa Evelyn pergi ke tempat tinggalnya, yaitu Villa Bunga Mawar.

Robi menyerahkan koper hitam milik Evelyn kepada pengurus Villa, kemudian dengan lembut mengingatkan Evelyn.

“Nona Evelyn, Tuan Rayyan tidak suka jika ada orang asing yang memasuki kamarnya. Jadi anda bisa pergi kemanapun yang anda suka, kecuali kamar dan ruang kerjanya.”

Evelyn tahu, mungkin alasan terkuat yang membuat Rayyan menginginkan dirinya untuk pindah ke sini adalah karena kakaknya. Dia sama sekali tidak tersinggung dengan peringatan dari Robi, dia justru tersenyum kemudian mengangguk, “Iya, aku paham. Terima kasih.”

Robi menoleh pada kepala pelayan. Kepala pelayan langsung mengerti kemudian mempersilahkan Evelyn untuk mengikutinya.

Evelyn berjalan mengikuti pelayan itu menuju lantai atas.

Sebelum dia menaiki tangga, dia teringat sesuatu. Kemudian dia menoleh pada Robi yang akan pergi, lalu dia berkata. “Tuan Robi, itu bagaimana dengan Nona,”

Mendengar ini, Robi langsung paham. Dia berhenti dan berbalik kemudian menjawab dengan singkat, “Ada seseorang yang akan menjemput anda besok.”

Evelyn mengangguk, “Baiklah kalau begitu.”

Kepala pelayan membawa dirinya menuju ke sebuah kamar. “Nona Evelyn, bagaimana kalau dengan kamar ini? Apa anda suka? Jika tidak, saya akan mencarikan kamar yang lain.”

Evelyn berdiri di depan pintu kamar itu, dia melihat ke dalam. Kamar itu sangat besar, rapi.

‘Tuan Rayyan ternyata pria yang baik, bukan hanya setuju aku tinggal di sini, tapi dia juga memberikan kamar yang sebagus ini untukku.’

“Sepertinya kamar ini sudah sangat baik untukku.”

Kepala pelayan mengangguk. Karena Evelyn tidak ingin mengganggu Rayyan, jadi dia meminta kepala pelayan untuk membawakan makan malam ke kamarnya saja. Setelah makan malam, dia mengambil baju piyama dari kopernya dan pergi mandi. Setelah itu dia berbaring di atas tempat tidur besar yang empuk ini.

Hari ini dia telah melewati hari yang sangat berat baginya. Dia merasa sangat lelah, tapi dia tidak bisa tidur. Pikirannya terus saja seperti terisi penuh. Dia tidak bisa menahan kesedihan saat teringat akan kepergian Revan.

“Dia benar-benar tidak menyukaiku. Dia bahkan tega meninggalkanku di hari yang sangat penting itu. Dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan dan nama baikku.”

Evelyn beranjak duduk, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian menyemangati dirinya sendiri.

‘Evelyn, kamu hanya boleh bersedih malam ini saja. Sebelum matahari terbit besok, kamu sudah harus melepaskan dirinya. Kamu harus bisa melanjutkan hidup dengan baik.’

***

Semalaman Evelyn hampir tidak bisa tidur, dia baru terlelap saat hari sudah mulai subuh. Tidak lama setelah dia tertidur, suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar. Kepala pelayan datang, mengatakan jika seorang sopir telah tiba.

Evelyn melirik ponselnya dan mendapati jam sudah menunjukkan jam setengah sembilan, dia buru-buru menjawab, mengangkat selimut dan turun dari tempat tidur untuk mandi lalu bergegas untuk berganti baju.

Saat dia turun, kepala pelayan sudah menunggunya di bawah tangga.

“Nona Evelyn, anda ingin sarapan apa? Saya akan segera menyiapkan.”

Evelyn menggeleng, “Tidak perlu.” dia kemudian menoleh kepada sang sopir yang sudah berdiri di ujung sana.”Ayo kita berangkat sekarang saja, Pak.”

Sang sopir mengangguk, lalu mengantar Evelyn ke sebuah rumah sakit terbesar di kota ini. Sopir mengantarnya sampai di depan pintu bangsal, kemudian dia pergi.

Robi yang sudah menunggu di sana pun langsung membukakan pintu dan mempersilahkan Evelyn masuk.

Evelyn masuk, dia melihat seorang pria yang sedang duduk di samping tempat tidur ranjang sakit. Pria itu tidak memakai jas, hanya kemeja putih tanpa dasi. Lengan bajunya digulung sampai di siku memperlihatkan lengannya yang kokoh.

Pria itu terlihat baru saja selesai menyeka wajah seorang gadis yang tengah berbaring di ranjang sakit itu. Setelah menyerahkan handuk dari tangannya pada perawat, matanya langsung menoleh pada Evelyn.

Cahaya matahari di luar masuk melalui jendela dan menyinari tangan gadis yang tengah berbaring itu. Kulit putihnya tampak begitu lembut, sepertinya dia berusia sekitar 17-an tahun.

Meskipun katanya gadis itu adalah adiknya, tapi jika dilihat-lihat, dia sama sekali tidak mirip dengan Rayyan Miga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 187. Happy Ending

    Mereka paham akan maksud dari ucapan Amara, mereka juga mengerti kegelisahan yang Amara rasakan.Pada akhirnya Amar pun menepuk pundak Arka, “Ada baiknya memang seperti itu Arka, kamu tidak keberatan kan, atas permintaan Amara?”Arka mengangguk, “Ya, Paman. Jika itu permintaan Amara, aku pasti akan menurutinya.”Amar kemudian keluar, dia menemui pihak rumah sakit untuk mengutarakan niatnya. Dokter tidak mempermasalahkan itu dan mengizinkan. Beberapa orang juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang akan mereka lakukan. Menikah di rumah sakit, karena saat salah satu dari pasangan dari mereka kritis. Bahkan ada yang meninggal setelah mereka menikah. Dokter mengerti dan tidak mempersulit semua itu.Amar menghubungi Rayyan dan mengatakan hal ini. Lalu Rayyan menghubungi mertuanya dan menyampaikan apa yang dikatakan Amar.Siang ini di ruangan rawat inap tempat dimana Amara dirawat, nampak ramai orang. Tetapi mereka masih tetap menjaga ketenangan dan jarang yang berbicara. Sekali berbi

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 187. Menikah di Rumah sakit

    Evelyn menceritakan semuanya tentang kakaknya. Laras bukan tidak khawatir, dia bahkan menangis membayangkan jika hampir saja dia akan kehilangan putra satu-satunya milik mereka.Arka menoleh pada Azura, calon ibu mertuanya itu mengangguk. Dan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh ibunya. Akhirnya Arka pun menurut.“Baiklah Bu, aku akan pulang.” Pada akhirnya Arka pun berpamitan pada Azura dan Amar untuk pulang dahulu.Ketika dia memasuki pintu, Laras dan Sofyan sudah berdiri menunggunya. Laras menatap putranya itu berjalan dengan lesu ke dalam rumah dengan wajah yang kusut dan pucat. Penampilan Arka sangat berantakan. Tetapi wajahnya tersirat sebuah kedewasaan. Jauh berbeda dengan Arka sebelum ini. Hati Laras sakit rasanya melihat keadaan putranya seperti itu. Langsung berlari dan memeluk Arka serta menangis tersedu-sedu.“Arka, jangan khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja. Cinta kalian pasti akan bersatu.”Arka mendorong lembut tubuh ibunya kemudian mengangkat dagu

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 186. Mendapatkan Donor penganti

    Pintu ruangan dimana Amara dirawat terbuka, beberapa suster masuk dan hanya memerlukan waktu sekitar dua menit, mereka sudah keluar dengan mendorong tubuh Amara.Semua orang mengikuti, namun langkah mereka harus terhenti ketika pintu ruangan operasi tertutup, menyisakan cahaya lampu halogen dan lampu LED yang sinarnya menembus kaca jendela. Tapi itu hanya beberapa detik saja, cahaya lampu di dalam ruangan itu menghilang karena tirai jendela telah ditutup dengan rapat.Amar merengkuh tubuh Azura dan membawanya ke ruang tunggu, sementara Rayyan merengkuh tubuh Arka dan membawanya ke ruangan tunggu juga, Rayyan memperlakukan Arka seperti memperlakukan anak kecilnya saja, bahkan dia melupakan istrinya yang bengong melompong melihat suaminya yang bukannya merengkuh dirinya justru malah merengkuh kakaknya.Sejenak Evelyn tertegun kemudian dia langsung tersadar. Dia ikut menyusul mereka dengan berlari kecil, lalu duduk di samping Arka.Dia segera memeluk Arka kembali, menyisihkan tangan Ray

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 185. Gagal Mendonorkan Jantungnya

    Suasana kembali hening. Kembali tidak ada suara dari mereka, kembali tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Mata mereka hanya terfokus pada satu titik saja yaitu ke arah dimana Dokter membawa Arka.Ingin rasanya mereka berlari menyusul kemudian berteriak memanggil Arka. Namun mereka menahan keinginan itu dengan sekuatnya. Bahkan cenderung dengan berat hati hanya bisa pasrah menghargai keinginan dan pengorbanan Arka.Sambil terus menekan dadanya, membayangkan apa yang sedang dilakukan para Ahli medis di dalam sana pada tubuh Arka. Membelah dadanya dan mengeluarkan jantungnya hidup-hidup? Atau Arka di bius dulu hingga mati kemudian diambil Jantungnya?Semua orang hanya bisa membisu ngeri dan menahan sakit dalam hati.Hingga beberapa saat lamanya, di tengah-tengah ketegangan yang meraja, seorang perawat berlari mendekati mereka. Semua berdiri."Tuan Rayyan, Dokter memanggil Anda. Mari silahkan ikut saya.""Aku ikut." Evelyn cepat ikut bangun."Mohon maaf Nyonya. Hanya Tuan Rayyan saja.

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 184. Pengorbanan

    Suasana semakin Pilu dan terasa sangat mencekam saat Arka menandatangani surat itu.Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Pengorbanan Arka saat ini sungguh tidak bisa dikatakan main-main. Arka akan menyerahkan jantungnya untuk kelangsungan hidup Amara. Dia akan mati, demi Amara bisa hidup."Ikut lah bersama kami." Dokter melangkah. Arka mengikutinya."Kak Arka!" Evelyn yang sejak tadi membeku kini tidak bisa lagi menahan diri. Dia memanggil Arka sambil menarik lengannya.Arka menghentikan langkahnya kemudian dia menoleh.“Kak Arka, apa kamu akan meninggalkan kami?”Arka membalikkan badannya dia menatap lekat wajah adiknya yang teramat ya sayangi itu. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap air mata Evelyn ini yang sejak tadi sudah membasahi pipinya.“Kak Arka tidak pernah pergi. Kak Arka akan tetap ada di hati kalian.” Dia meraih kedua tangan Evelyn kemudian menggenggamnya dengan erat.“Evelyn dengarkan kakak, tanpa Kakak, kamu akan tetap hidup lebih baik asalkan ada Rayyan di

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 183. Demi cinta Arka Mendonorkan Jantungnya

    Tidak perlu menunggu waktu lama, seseorang yang dihubungi oleh Rayyan itu langsung mengangkat panggilan teleponnya.[Robi, segera mungkin hubungi semua tim kita, untuk bergerak keseluruh rumah sakit atau kemana saja untuk mencari seseorang yang bisa mendonorkan Jantungnya untuk Amara. Berapapun harganya, kita akan membayarnya! Dengar berapapun, itu aku tidak peduli!]Tanpa bertanya, Robi sudah paham dengan maksud dari perintah yang diutarakan oleh Rayyan dan cepat mengiyakan.Baru saja Rayyan mengakhiri panggilannya, Seorang Perawat masuk dan berseru."Dokter! Nona Amara kritis!"Tanpa bertanya, Dokter pun segera berlari menyusul langkah perawat itu yang dengan sigapnya disusul juga oleh yang lainnya.Dokter segera masuk ke dalam ruangan tempat Amara berbaring."Amar, kondisi Amara, Putri kita memburuk! Dia tidak sadarkan diri lagi!" Azura langsung menubruk tubuh Amar dan menangis histeris saat sang suami muncul di hadapannya.Amar cepat membawa tubuh Azura ke luar ruangan mengikuti i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status