Home / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 15. Putus Cinta

Share

Bab 15. Putus Cinta

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2021-01-31 18:27:42

“Aku masih mencintaimu …. Tapi, kita nggak mungkin bisa kayak dulu lagi. Aku udah menjadi istri orang lain,” ucapnya. “Hubungan kita cukup sampai di sini aja. Maafkan aku, udah nyakitin hati kamu.” Andin menunduk menyembunyikan kesedihannya.

Bagaimanapun, ia masih sangat mencintai Roy. Walaupun semua keluarganya tidak menyukai Roy, tapi ia tetap berhubungan dengannya. Menurut Andin Roy pemuda yang baik, tidak pernah berbuat tidak sopan padanya.

Roy memang terlihat seperti berandal karena pakaiannya yang tidak pernah rapi dan slengean. Sering berkumpul dengan anak-anak jalanan. Tapi, ia pemuda yang baik dan setia kawan.

“Andin sudah sah menjadi istri saya. Dia calon ibu dari anak-anak saya,” kata Haidar. “Saya harap kamu nggak mengganggu hubungan kami.” Haidar menggenggam tangan istrinya, lalu menciumnya dengan mesra.

Andin sama sekali tidak terbuai dengan ucapan suaminya. Ia tahu Haidar hanya berpura-pura bersikap manis di depan Roy, hanya untuk membuat Roy sadar kalau wanita pujaannya sudah menikah.

“Roy … maafkan aku!” ucap Andin. Suaranya lirih terdengar sangat pedih. Ia berusaha keras untuk menahan air matanya agar tidak tumpah.

“Dulu aku berharap, kamu adalah wanita yang akan terus berada di sampingku. Mendukung setiap langkahku. Mencintaiku untuk selamanya, tapi semua itu kini tinggal kenangan,” kata Roy. “Semoga kalian bahagia!” 

Dengan langkah yang berat Roy meninggalkan gadis yang sangat ia cintai yang sekarang sudah menjadi istri orang lain. Hatinya menjerit merasakakan sakit yanng tidak berdarah.  

Dadanya terasa sesak, hatinya bagai tersayat sembilu. Andin, gadis cantik yang menerima dia apa adanya sebagai seorang kekasih, kini telah menjadi milik orang lain.

“Tunggu di sini sebentar!” kata Haidar. Ia melepas genggaman tangannya, lalu mengejar Roy.

Haidar berjalan cepat mengejar Roy, ia menyejajarkan langkahnya dengan mantan kekasih sang istri setelah berhasil mengejarnya.

“Berubahlah! Jangan terlalu santai menjalani hidup,” ucap Haidar, yang membuat Roy menoleh ke arahnya.

“Maksud kamu apa?” tanya Roy.

“Kejarlah cita-citamu! Buktikan pada orang yang meremehkanmu, kalo kamu juga bisa sukses dengan caramu.” Haidar menepuk pundak Roy.

“Semangat hidupku telah kamu ambil,” jawab Roy ketus. 

Mereka mengobrol sambil berjalan menyusuri danau buatan dekat kafe x.

Haidar tersenyum menanggapi ucapan Roy. “Bekerja keraslah, jika kamu ingin sukses! Setelah kamu sukses, kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan dengan mudah.”

Roy menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik badan menghadap laki-laki jangkung yang menjadi suami gadis pujaannya.

“Kalo aku sukses, aku akan mengambil kembali cintaku dari tanganmu,” tukas Roy sambil tersenyum sinis.

“Kalo dia sudah bukan jodohku lagi, aku akan menyerahkannya padamu. Tapi, kalo dia ditakdirkan menjadi jodoh dunia akhiratku, silakan cari orang yang mencintaimu dengan tulus.”

“Ok,” sahut Roy.

Haidar menepuk pundak Roy. “Semoga sukses!”

Setelah berbicara dengan mantan kekasih istrinya, ia berbalik badan dan melangkah menuju kafe. Menemui sang istri yang sedang menunggunya.

“Ayo kita pergi!” Haidar mengulurkan tangan pada sang istri.

Andin menyambut uluran tangan suaminya. Wajahnya terlihat murung. Haidar menggenggam tangan istrinya dengan erat. Ia tahu kalau saat ini Andin tidak baik-baik saja.

Andin dan Haidar masuk ke dalam mobil. Haidar memasang seat belt sang istri, ia hanya diam saja tanpa bereaksi apapun. Tatapannya kosong menerawang ke depan.

Haidar melajukan mobilnya menuju sebuah pantai. Sepanjang perjalanan Andin hanya diam saja. Haidar jadi merasa kehilangan sosok Andin yang berisik dan menyebalkan.

Setelah satu jam akhirnya mereka sampai. Haidar menepikan mobilnya. Ia menoleh pada Andin. Lalu membuka seat belt“Ayo kita turun!”

Andin hanya diam saja tanpa menjawab ucapan sang suami. Lalu Haidar turun dan berjalan ke arah Andin.

Ia membuka pintu mobil, lalu mengulurkan tangannya di depan wajah sang istri. Andin menoleh pada sang suami. Lalu menyambut uluran tangan suaminya dan keluar dari mobil.

Haidar mengajak Andin duduk di pinggir pantai, di sebuah batu besar. Ia membelai kepala sang istri, lalu menarik ke dalam pelukannya. “Menangislah! Di sini nggak ada orang, udah di sterilkan oleh bodyguardku.”

Andin mendongakkan wajahnya menatap sang suami.

“Jangan ditahan! Itu hanya akan membuatmu semakin sakit. Menangislah! Keluarkan rasa sakit di hatimu!” Haidar membelai rambut Andin dengan lembut.

Andin mulai terisak, lalu menangis sejadi-jadinya. Ia menumpahkan rasa sakit yang tak berdarah. Sakit karena berpisah dengan orang yang sangat ia cintai. Berpisah di saat hati sedang sayang-sayangnya, itu sangat menyakitkan.

Satu jam sudah Andin menangis tanpa henti. Setelah menangis, hatinya terasa sangat lega.

“Minumlah! Pasti kamu haus, satu jam menangis tanpa henti,” sindir Haidar. “Habiskan! Aku takut kamu dehidrasi,” lanjutnya.

Andin tersenyum mendengar ucapan sang suami. Ia menenggak air minumnya dengan sekali tegukan.

“Mau lagi?” tanya Haidar.

Andin menggelengkan kepalanya. “Terima kasih,” ucapnya dengan tulus.

Andin bangun dari duduknya. “Aku udah tenang. Ayo kita pulang! Kita harus ke rumah Mami.”

Haidar menarik Andin ke dalam pelukannya. Ia memeluk Andin dari belakang.

“Kita lihat sunset dulu. Tunggu sebentar ya,” bisik Haidar di telinga sang istri.

Hari ini Haidar akan bersikap manis pada sang istri. Ia merasa bersalah atas kandasnya hubungan mereka berdua.

“Kita harus ke rumah Mami,” sahut Andin.

“Besok aja ke sananya. Hari ini kita bersenang-senang dulu,” ucap Haidar. Ia semakin erat memeluk istrinya.

“Tumben, nih orang waras,” kata Andin dalam hati. “Perlakuannya membuat hatiku sedikit lebih tenang.”

“Hari ini aku akan menuruti semua keinginan kamu?” kata Haidar. 

Andin berbalik menghadap sang suami yang sedang duduk di atas batu besar. Sementara ia sedang berdiri di hadapan suaminya.

“Janji ya.” Andin mengacungkan jari kelingkingnya di hadapan Haidar.

“Apa ini?” tanya Haidar sambil memegangi jari kelingking Andin. 

Andin menarik tangan Haidar, kemudain menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Haidar.

“Ini simbol, kalo kita saling berjanji, tidak akan mengingkari,” jelas Andin sambil tersenyum.

Haidar membalikkan tubuh sang istri. “Lihat itu! Cantik sekali bukan?” 

Haidar memeluk erat istrinya. Dagunya ia tempelkan di bahu sang istri.

“Iya, cantik sekali,” sahut Andin, saat melihat matahari yang sudah setengah tenggelam di bawah garis cakrawala.

“Seperti kamu … cantik,” ucap Haidar sambil tersenyum.

Deg … jantungnya seakan berhenti sesaat, setelah mendengar ucapan suaminya. Walaupun ia tahu, kalau Haidar bebuat seperti ini hanya ingin menghibur dirinya.

Andin berbalik badan menghadap suaminya. “Ternyata Om bisa ngegombal juga?” tukas Andin sambil tersenyum.

“Ini bukan gombalan, tapi kenyataan,” jawab Haidar. Ia berusaha menghibur sang istri. Mungkin hanya ini yang bisa ia lakukan untuk membalas budi pada Andin karena ia sudah membantu untuk mendapat warisan orang tuanya.

“Om benar, kenyataannya memang aku sangat cantik dan mempesona,” tukas Andin sambil tersenyum.

“Syukurlah, si gesrek udah kembali,” ucap Haidar dalam hati.

“Kamu benar, istriku ini sangat cantik ,” kata Haidar sambil menyubit pipi

sang istri dengan gemas.

“Om …!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status