Share

45. KACAU

Penulis: Purple Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-14 21:54:42

​Samudra menunggu suara langkah kaki Dirga menjauh, memastikan kepergiannya yang terburu-buru. Setelah keheningan kembali, ia menarik napas, lalu mengecup puncak kepala Evelyn.

​“Baiklah, kita perlu mengunci pintu lain kali,” ujarnya pelan, mencoba meringankan suasana, meskipun matanya masih menunjukkan ketegangan. Ia menyentuh dagu Evelyn, memaksanya menatapnya. “Jangan pikirkan itu, Sayang. Fokus pada kita.”

​Evelyn menangkup wajah Samudra, matanya bergetar. “Mas… kamu baik-baik saja?” tanyanya, lebih mengkhawatirkan reaksi Samudra daripada perasaannya sendiri. Ia tahu betapa sulitnya bagi Samudra melihat pengganggu masa lalu muncul lagi.

​Samudra mengangguk tegas. “Aku baik-baik saja. Aku sudah tidak cemburu padanya, Eve. Aku hanya merasa… kasihan. Dan sedikit kesal karena dia selalu mengganggu momen penting kita,” katanya dengan nada yang mengandung kejujuran. “Tapi aku sudah memilikimu. Itu yang terpenting.”

​Ia membenamkan wajahnya di lekukan leher Evelyn, menghirup aroma mawar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pengantin Untuk Tuan Lumpuh    55. AKHIRNYA AKU MENYERAH

    Langkah kaki Cassie yang menjauh terdengar bergema di lorong marmer yang dingin, setiap ketukan tumitnya seolah memaku pada peti mati rencana masa depan mereka. Di ruang tengah, Dirga masih mematung. Keheningan kembali merayap, namun kali ini terasa lebih tajam, seperti pecahan kaca yang siap melukai siapa pun yang bergerak.“Evelyn, tunggu…!” titahnya.Namun perempuan yang sudah sangat kesal itu tidak menghiraukannya.“Evelyn, berhenti!” Dirga tetap tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang kepala keluarga di sini, Cassie menolaknya.​Ia menunduk, menatap gaun putih yang teronggok di lantai. Kain Chantilly itu kini tak ubahnya bangkai mimpi yang tergeletak tak berdaya. Noda darah kecoklatan di sana tampak seperti lubang peluru.​"Egois..." gumam Dirga pada udara kosong. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring yang penuh penghinaan pada dirinya sendiri.​Ponsel di tangannya kembali bergetar. Bukan panggilan, melainkan sebuah foto yang dikirim oleh Samudra. Gambar seora

  • Pengantin Untuk Tuan Lumpuh    54. PRIA EGOIS

    Hening yang menyusul setelah kepergian sang penjahit terasa lebih menyesakkan daripada teriakan mana pun. Di bawah lampu kristal ruang keluarga yang megah, Cassie merasa seperti pajangan yang rapuh. Setitik darah di pinggangnya mulai mengering, meninggalkan noda kecokelatan yang kontras di atas kain Chantilly putih.​Dirga membelakanginya. Ia menatap layar ponsel itu lama sekali, seolah-olah kata-kata di sana adalah kode rahasia yang sulit dipecahkan, bukan sebuah kabar kelahiran.​"Aku harus terbang ke Braveheart," suara Dirga terdengar sangat rendah, hampir seperti geraman yang tertahan di tenggorokan. "Semua urusan wedding, aku serahkan pada Corla."“Mas,” panggil Cassie ​Dirga berbalik. Wajahnya yang tadi sempat melunak kini berubah menjadi topeng pualam yang dingin. Matanya berkilat—bukan oleh kesedihan, melainkan oleh pengkhianatan yang murni.“Ada wedding organizer, Cass. Kamu nggak perlu khawatir.” Kata Dirga seperti kerbau yang dicolok hidungnya.​"Mas… buat apa kamu ke sana

  • Pengantin Untuk Tuan Lumpuh    53. GAUN PENGANTIN YANG TERNODA

    Lantai kayu yang dingin seolah menyerap seluruh energi dari tubuh Cassie. Kata-kata Dirga terus bergema di kepalanya, tumpang tindih dengan fakta-fakta yang baru saja ia saksikan.​Epsilon. Tragedi. Samudra yang lumpuh. Serta kematian Lily.​Setiap kepingan informasi itu seharusnya membuat Dirga tampak seperti korban, namun botol pil di sakunya menjadi pengingat pahit akan ketidakpercayaan yang sudah terlanjur mengakar. Jika Dirga memang tidak bersalah, mengapa ia harus bersikap sedingin itu? Mengapa ada aura kegelapan yang selalu menyelimuti setiap langkahnya?​Cassie menarik napas panjang, mencoba menghentikan getaran di tangannya. Ia harus bisa memilih: menjadi istri dari pria yang mungkin adalah seorang korban yang disalahpahami, atau melarikan diri dari pria yang mungkin adalah manipulator ulung.​Ia bangkit dengan lutut yang masih lemas. Dirga memberinya pilihan, sebuah kemewahan yang jarang pria itu berikan. Namun, Cassie tahu, di dunia Dirga, "pilihan" seringkali hanyalah sebu

  • Pengantin Untuk Tuan Lumpuh    52. JIKA HARUS MEMILIH

    Jantung Cassie seolah berhenti berdetak. Suara pantofel Dirga yang beradu dengan lantai kayu di lorong terdengar seperti hitung mundur menuju eksekusi. Dengan tangan yang basah oleh keringat dingin, Cassie menyambar ponselnya sendiri yang ternyata tertinggal di atas meja kerja. Dan dengan gerakan kalap, ia memotret layar laptop yang menampilkan dokumen autopsi Lily.​Cekrek.​Suara bidikan kamera itu terasa memekakkan telinga di ruangan yang sunyi. Cassie segera mematikan layar laptop, namun ia tidak punya waktu untuk lari ke pintu.​Pintu jati itu terbuka lebar. Dirga berdiri di sana, masih dengan senyum tenang yang kini tampak seperti seringai monster di mata Cassie. Matanya langsung tertuju pada Cassie yang berdiri mematung di balik meja kerjanya.​"Sedang apa kamu di sini, Sayang?" suara Dirga merendah, ada nada peringatan yang tajam di balik kelembutannya.​Cassie menyembunyikan ponsel di balik punggungnya, berusaha mengatur napas agar tidak terlihat seperti buronan. "Aku... aku

  • Pengantin Untuk Tuan Lumpuh    51. ARCHIVE TERSEMBUNYI

    Sinar matahari menerobos masuk melalui celah gorden sutra di kamar Cassie, namun kehangatannya tidak sedikit pun menyentuh kulit wanita itu. Cassie terjaga sepanjang malam. Matanya sembab, duduk meringkuk di sudut tempat tidur dengan tatapan kosong yang mengarah ke pintu yang terkunci.​Terdengar bunyi klik. Pintu terbuka.​Dirga masuk dengan nampan berisi sarapan mewah dan segelas susu hangat—pemandangan yang ironis setelah badai semalam. Ia tampak rapi, wangi maskulinnya memenuhi ruangan, seolah-olah teriakan dan cengkeraman kasar beberapa jam lalu hanyalah mimpi buruk yang tidak pernah terjadi.​"Selamat pagi, Sayang," suara Dirga lembut, kembali ke nada hangat yang dulu Cassie puja.​Cassie tidak bergeming. "Di mana ponsel itu?"​Dirga meletakkan nampan di nakas, lalu duduk di tepi tempat tidur. Ia mengabaikan pertanyaan Cassie dan justru mengulurkan tangan untuk membelai rambut wanitanya. Cassie menghindar dengan gerakan refleks yang kentara.​Tangan Dirga menggantung di udara se

  • Pengantin Untuk Tuan Lumpuh    50. PRIA EGOIS

    Ketegangan di udara mendadak berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap. Dirga tidak lagi tampak seperti pria hangat yang tadi mengecup puncak kepala Cassie. Matanya berkilat penuh amarah, namun ada semburat kepanikan yang berusaha ia sembunyikan di balik rahangnya yang mengeras.​"Jangan bermain api, Cassie," suara Dirga merendah, vibrasinya terasa mengancam hingga ke tulang belakang Cassie. "Berikan ponsel itu. Sekarang!"​Cassie tertawa, namun kali ini bukan tawa manja yang biasa ia sandiwarakan. Itu adalah tawa getir seorang wanita yang baru saja melihat dunianya runtuh. Ia melangkah mundur hingga pinggangnya menabrak pinggiran tempat tidur, sementara tangan kanannya masih menyembunyikan ponsel itu di balik punggung.​"Kenapa, Mas? Apa yang kamu takutkan? Takut aku melihat betapa bahagianya kamu dengan Evelyn?" Cassie menantang, suaranya bergetar hebat meski ia berusaha keras untuk tetap tegak. "Kapal itu... ciuman itu... semuanya terasa sangat nyata, ya? Jauh lebih nyata darip

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status