Share

Terpesona

"Ma-maafkan Arini, Mas," kata Arini segera menjauh dari Dave. Sedangkan Dave yang terkejut hanya diam mencoba menata kembali detak jantungnya yang tidak karuan.

Namun, semuanya berlalu begitu saja ketika Dave dan Arini kini sudah berada di meja makan untuk makan malam dibantu Mbok Ijah. Selama makan malam berlangsung, keduanya hanya diam dan saling mencuri pandang satu sama lain. Tidak lama, Arini selesai makan terlebih dulu. Gadis cantik itu beranjak dari tempat duduknya bergegas ke kamar tidur.

Di dalam kamar Arini merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Rupanya ada pesan yang masuk, pesan dari Keysia mengingatkan Arini tentang ulang tahun Morgan. "Hmm ... besok ulang tahun Morgan. Hadiah, bahkan pakaian pun aku belum sempat memilihnya. Semua itu karena lelaki brengsek itu."

Puas bermain dengan ponselnya, Arini meletakannya di meja samping pembaringan, lalu mencoba memejamkan matanya. Sesaat berlalu, daun pintu kamar terbuka. Nampak Dave masuk, lalu duduk di sofa sudut kamar itu sambil memeriksa ponselnya. Arini berpura-pura tertidur saat itu. Akan tetapi, jantungnya bergemuruh manakala Dave melangkah mendekatinya. "Apa dia akan tidur di pembaringan?" pikir Arini.

"Aku tidak akan tidur di pembaringan. Kau tidurlah dengan tenang," bisik Dave sedikit membungkuk seraya menarik bantal untuk digunakannya tidur di sofa. Arini sedikit malu, rupanya Dave tahu kalau dia hanya berpura-pura tertidur. Gadis itu duduk di tengah pembaringan dan menatap Dave "Kenapa menatapku? Kecewa karna aku tidak tidur di sampingmu? Atau ...," kata Dave yang tadinya sudah berdiri tegak kembali membungkuk. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke telinga Arini. "Kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Ck! Jangan harap."

"Kau ...," kata Arini.

Setelah mengucapkan kata-kata yang sedikit menyakitkan, Dave kembali menjauhi Arini. Dia hanya ingin mengambil bantal dan selimut untuk tidur di sofa.

Perasaan bergemuruh yang dirasakan Arini tadi berubah menjadi rasa kesal yang amat sangat menyiksanya. Sumpah serapah Arini dalam hati untuk Dave. "Sebegitu bencinyakah dia terhadapku? Sampai dia tidak ingin tidur di pembaringan bersamaku?" batin Arini. Sesungguhnya, gadis itu merasa Dave mempermainkannya. Bagaimana tidak? Terkadang lelaki pengantin pengganti itu baik terhadapnya. Terkadang pula dia mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati. Membuat Arini terus-terusan memaki Dave dalam hati sambil meremas-remas selimut bahkan menggigitnya.

"Tidurlah, besok aku akan menemanimu berbelanja."

"Sungguh?"

"Em ..."

Rasa kesal yang dirasakan Arini langsung hilang begitu saja. Gadis itu merebahkan diri di pembaringan sembari menarik selimut dan menutup matanya. Tidak butuh waktu lama baginya menjemput sebuah mimpi yang indah. Sementara Dave, setelah memastikan Arini tertidur, dia mendekatinya dan duduk di sisi pembaringan. Lelaki itu menyingkirkan beberapa helai rambut yang menerpa wajah cantik Arini. Lagi-lagi Dave terpesona dengan wajah cantik istrinya. Alis yang tertata rapi, bulu mata yang berjejer rapi dan lentik, bibir mungil yang merona meski tanpa memakai lipstik, garis wajah yang halus. Sungguh gadis yang masih begitu muda dan cantik.

"Ugh ..." leguh Arini mengubah posisi tidurnya, hingga selimutnya berpindah dan tidak menutup tubuhnya lagi.

Ketika Dave hendak menarik selimut untuk menutupi tubuh Arini, mata nakalnya singgah pada sebuah gundukan yang padat dan berisi, benda lunak yang sempat Dave remas beberapa waktu lalu.

Ingin sekali rasanya Dave untuk menyentuhnya lagi. Namun, mengingat Arini bukanlah untuknya, dia menepis keinginan itu dan beranjak dari sana kembali ke sofa setelah melayangkan satu kecupan hangat pada dahi Arini.

Dave berbaring meletakkan tangannya di jidatnya, menatap langit-langit kamar. "Marvin, abang harap kamu segera sadar dan kembali. Sampai saat itu tiba, aku jamin Arini akan baik-baik saja," gumamnya dalam hati sebelum menutup matanya dan tertidur.

***

Esok hari, seperti yang dijanjikan Dave pada Arini, lelaki itu membawa Arini untuk berbelanja. Sesampainya di pusat perbelanjaan, Arini terlebih dulu membeli sebuah gaun malam yang sederhana, tapi kelihatan anggun dan elegan. Dia memilih gaun yang sesuai dengan usianya. Sedangkan Dave langsung tertegun ketika melihat Arini dengan gaun yang begitu indah melilit tubuhnya. Lelaki itu kembali sadar, rupanya dia benar-benar menikahi gadis muda yang masih sembilan belas tahun.

"Mas Dave," kata Arini sambil berputar. "Apakah ini cantik?"

"Em ..." jawabnya singkat

Bukan cuma Dave yang tertegun, bahkan seorang pegawai toko itu terpesona dengan Arini dan memuji gadis itu. Namun, pujian yang dilontarkan pegawai toko membuat Dave kesal. Bagaimana tidak, pegawai toko itu berkata kalau adik Dave sangatlah cantik mengenakan gaun itu.

Arini terkekeh.

"Kenapa ?" tanya Dave datar.

"Tidak ada," sahut Arini kembali tetawa kecil.

Dave semakin kesal, dia tahu kalau Arini menertawainya. Lelaki itu segera membayar dan membawa Arini pergi dari toko itu, akan tetapi sebelum pergi Deve memberitahu pegawai toko kalau Arini bukanlah adiknya. Melainkan istrinya.

"Ma-maaf, Tuan. Saya tidak tahu," ucap pegawai itu seperti berhamba pada Dave.

Saat hendak keluar dari pusat perbelanjaan, Arini mengingat bahwa dia juga harus menyiapkan hadiah untuk Morgan, karena Dave sudah jenuh dan tidak mau lagi orang-orang mengatakan Arini adalah adiknya, lelaki itu megajak segera kembali. Namun, karena belum memilih hadiah, Arini meminta Dave menunggunya di mobil saja. Tidak lupa gadis itu meminta blackkard milik Dave.

Awalnya Dave menolak, tetapi Arini bersikeras dan memohon bahkan mengancam Dave untuk memberi tahu orangtua Dave, kalau dia tidak memperlakukan Arini dengan baik. Terpaksa Dave mengikuti kemauan gadis itu.

Setelah berbelanja dan mendapatkan semua yang diinginkan Arini, Dave mengantarnya pulang. Laki-laki dengan kesan dingin itu juga memberi tahu Arini, kalau malam ini dia tidak akan pulang ke rumah. Tentu saja Arini begitu gembira mendengarnya. Sebab, itu bisa jadi kesempatanya untuk menghadiri ulang tahun Morgan. Arini juga sudah memberitahu Dave tentang ulang tahun Morgan itu, hanya saja dia tidak mengatakan detailnya kalau itu dirayakan di sebuah bar.

Ketika malam tiba, di sebuah bar xx, di mana pesta ulang tahun Morgan dirayakan, Arini dan Keysia beserta teman-teman yang lain sudah hadir semua. Mereka memang mengadakan pesta di bar itu. Namun, tidak ada alkohol, hanya ada minuman dan makanan ringan saja.

Saat sedang becanda bersama Morgan dan Keysia, seorang pria muda mendekati Arini.

"Malam, Nona. Mau berdansa?"

"Boleh," kata Arini turun dari konter. "Tapi aku minta jangan terlalu dekat."

"No problem. Mari," ajak pria itu tanpa menyentuh Arini sedikitpun. Arini beranjak mengikuti langkah pria itu kemudian berdansa.

Sementara itu, di sisi lain bar nampak ada empat lelaki tampan sedang menikmati minumannya. Mereka adalah Raditya Celio, Arvin Damian, Diandra Davin, dan Dave Nero. Bar itu memang tempat mereka berkumpul bersama. Mereka memilih bar itu karena memang bar itu tidak seperti bar-bar pada umumnya yang kebanyakan menjual alkohol. Di bar itu hanya menyediakan jus dan semacamnya. Alkohol akan dikeluarkan hanya untuk orang-orang tertentu seperti Dave dan teman-temannya. Meski begitu, Dave tidak sekalipun menyentuh alkohol, dia hanya memesan jus atau es capucino saja.

Raditya orangnya jika ingin mengatakan sesuatu langsung dikatakannya tanpa berpikir terlebih dulu, saat tidak sengaja melihat Arini sedang berdansa dengan seorang pria, dia tanpa pikir panjang langsung mengutarakan apa yang ingin dikatakannya kepada Dave.

"Dave," kata Raditya sambil meletakkan tangannya di pundak Dave. "Aku punya satu pertanyaan untukmu."

"Apa itu?"

"Apakah kau tidak memuaskan istrimu di rumah?"

"Apa maksudmu?"

"Ah, maksudku apakah saat melakukan itu dengan istrimu -," Berhenti sejenak untuk mengumpulkan napasnya. Takut kalau-kalau Dave akan langsung menghadiahinya sebuah tinju. "Apakah dia merasa terpuaskan?"

"Ah, kau tahu sendiri kan, aku menikahinya karena apa? Jadi mana ada terpikirkan untuk menidurinya," jawab Dave. Namun, ada sedikit kebohongan di dalam perkataannya itu.

"Benarkah? Pantas saja istrimu mencari lelaki lain."

"Apa maksudmu?"

Raditya mencoba menghela napas panjang lagi. Baru kemudian berkata kembali,

"Dave, berbaliklah. Di sana istrimu ...," kata Raditya sambil menuding ke arah Arini. "Dia sedang berdansa dengan lelaki lain."

Dave berbalik, raut wajahnya berubah menjadi begitu geram seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya. Dia tanpa pikir panjang langsung menghampiri Arini

"Arini!"

Plak!

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status