Share

Perjanjian

Author: Yenita Wati
last update Last Updated: 2022-01-22 20:40:16

Hari ini adalah pertemuan keluarga Aiden dan Selena. Rencananya, mereka akan memberitahukan masalah pertukaran pengantin dimana Selena akan menikah dengan Harry, bukannya William.

Kini mereka tengah berada di sebuah restoran yang sudah direservasi. Ada Aiden, Haira, Harry, William, Ella dan juga kedua orang tua Selena yang sebenarnya sudah mengetahui hal ini.

Sejak mereka datang ke restoran itu, Selena melihat kejanggalan dimana Ella terus bersama William. Setahu dia, Ella harusnya terus bersama dengan Harry. Bahkan kini William dan Ella duduk bersebelahan.

Aiden dan Haira tau bahwa saat ini, Selena sedang bingung. Mereka pun memulai pembicaraan penting malam itu.

"Begini, Selena. Pertemuan kita ini untuk membicarakan tentang pernikahan." Haira tampak ragu menyebutkan pernikahan Selena dan Harry.

"Ya, bibi." Selena terlihat menunggu lanjutan kalimat Haira.

"Sayang, maafkan kami. Karena kesalahan yang tidak disengaja, kau tidak jadi menikah dengan William. Melainkan dengan Harry."

Kalimat Haira sukses membuat kedua mata Selena membulat sempurna. "Apa? Apa ini sebuah lelucon?" Selena masih tidak percaya.

"Tidak sayang. Ini bukan lelucon. Ini serius. Beberapa hari yang lalu, Ayah Ella meninggal dunia. Dan permintaan terakhir nya adalah melihat Ella menikah. Namun karena Harry tidak datang dan kondisi ayah Ella semakin memburuk, maka William menggantikan Harry."

Selena tampak sangat syok. Dari sorot matanya tampak keterkejutan dalam dirinya. Ia menyenderkan tubuhnya ke kursi dengan raut wajah lesu. Seperti hal nya William, sepertinya Selena sudah tertarik dengannya.

"Maafkan kami sayang. Ini bukanlah kesengajaan. Kami tidak punya pilihan karena kami tidak mengetahui keberadaan Harry. Kau sudah tau kan Harry ini sering melupakan hal-hal penting."

'Karena aku tau dia pelupa makanya aku syok, bibi. Bagaimana bisa aku menikah dengan orang sepayah dirinya' Batin Selena.

"Selena." Ibu Selena yang bernama Stefani mencoba menenangkan putrinya.

"Kau harus menerima nya sayang. Kita tidak punya pilihan lain. Kau mau kan?" Ayah Selena yang bernama Feri juga ikut menenangkan. (Di Season 1, Feri adalah wakil Aiden selalu disebut si botak. Namun setelah Feri keluar dan sukses dengan perusahaannya sendiri, mereka menjadi rekan bisnis).

Selena menatap Ella yang sedang menunduk. Tampaknya disini dia yang merasa bersalah karena dirinya menjadi benang pemisah antara dua orang yang telah jodohkan.

"Angkat lah wajahmu. Ini bukan salahmu. Semua atas kehendak Tuhan. Aku turut berduka cita," ucap Selena yang langsung membuat semua orang terkejut.

Ella mengangkat wajahnya. "Terima kasih." Tersenyum.

'Karena ada orang lain yang pantas untuk disalahkan' Batin Selena. Kini ia mengarahkan pandangan nya kepada Harry yang tengah menatap Ella dengan perasaan sedih. Selena bisa melihat bahwa Harry sudah menaruh hati pada Ella. Tapi apa mau dikata, mereka tidak berjodoh karena kesalahan fatal yang Harry lakukan.

Selena mengarahkan padangan ke William yang tampak diam saja dan memasang wajah dingin seperti biasa. Bisa dikatakan, bahwa ia tidak menyukai pertemuan ini.

"Bagaimana sayang?" Haira kembali bertanya pada Selena.

"Aku setuju, bibi. Aku akan menikah dengan Harry."

William yang mendengarnya langsung menatap Selena dengan tatapan tidak percaya. Jadi benar, Selena mau dijodohkan karena harta?

Sementara yang lain tersenyum mendengar jawaban Selena. Mereka pun mulai menentukan tanggal akad nikah. Dan untuk resepsi tetap akan di laksanakan sesuai tanggal. Mereka akan bersanding di pelaminan di hari yang sama. Untungnya undangan belum dipesan. Jadi mereka tidak perlu mengulang untuk mengganti nama kedua pengantin yang ditukar itu.

Selagi kedua keluarga tengah berembuk bersama, William memilih pergi ke luar untuk cari angin. Sedangkan Ella terpaksa mendengar rembukan para orang tua tanpa berbicara sepatah katapun sambil menikmati makan malam.

Selena mengajak Harry ke meja lain untuk berbicara.

"Ada hal penting apa?" tanya Harry.

"Aku akan menuliskan semua yang aku sukai dan tidak aku sukai. Berikan buku agenda pribadi mu," pinta Selena.

"Tidak, itu privasi ku." Harry menggeleng.

"Aku tidak punya waktu untuk mengintip semua agenda pentingmu. Percayalah, berikan padaku!" Selena menadahkan tangan ke arah Harry.

Harry pun menyerahkan buku agenda pentingnya kepada Selena. Selena mulai membuka lembar kosong pada buku agenda kecil itu dan mulai menuliskan apa-apa saja yang dia suka dan tidak sukai. Cukup lama Harry menunggu karena tulisan Selena memakan dua lembar halaman.

"Ini, bacalah!" Selena menyerahkan buku agenda tersebut.

Harry mulai membacanya. Semakin lama membaca, keningnya semakin berkerut membaca poin-poin yang Selena tulis. Bukan karena banyak, melainkan karena beberapa diantaranya, tertulis kalimat yang menurutnya aneh. Bayangkan saja, di poin tidak suka, Selena menuliskan bahwa dia tidak suka diajak bercanda, tidak suka diajak bicara lebih dari tiga puluh menit, tidak suka diajak pergi selain urusan pekerjaan, tidak suka melihat Harry tertawa dengan mulut lebar, tidak suka menunggu, tidak suka berbicara hal yang tidak penting, tidak suka mendengar lelucon.

Sedangkan yang ia sukai hanya satu, yaitu tidak melihat semua hal yang tertulis di poin yang tidak ia sukai.

"Baiklah, aku juga akan mengatakan padamu. Aku tidak suka mendengar suara bentakan kemarahan. Jangan menunjuk wajahku dan jangan bertengkar di depan orang tua."

Selena mengangguk mengerti. "Jadi kita sepakat?" tanyanya lagi.

"Deal." Harry mengangguk.

"Oh ya jangan lupakan satu hal." Selena kembali mengingatkan.

"Apa itu?"

"Aku tidak ingin kau sentuh."

"Tapi kita tadi bersentuhan."

"Bukan itu, maksudku melakukan hubungan suami istri."

"Tapi bukanya itu lumrah saja bagi pasangan yang sudah menikah? Beberapa rekan kerjaku melakukan itu bahkan sebelum menikah."

Mata Selena membulat mendengar pernyataan Harry.

"Ya, tapi kita dijodohkan. Tidak ada rasa cinta. Jadi aku tidak mau melakukan nya."

"Bagaimana kalau aku meminta hakku? Bukanya itu kewajiban mu?"

Wajah Selena semakin memerah mendengar ucapan Harry.

"Hahaha, tenanglah. Aku hanya bercanda." Harry tertawa dengan mulut yang cukup lebar.

"Harry, mulutnya."

Harry langsung menutupi mulutnya. "Oh iya maaf." Masih cekikikan dengan mulut yang ditutupi tangan.

"Jangan melakukan hal itu lagi. Kau harus baca lagi buku mu. Aku tidak suka diajak bercanda."

"Siapa yang mengajakmu. Aku mengajak diriku sendiri bercanda."

"Tidak ada yang bercanda dengan dirinya sendiri, kecuali orang gila." Selena mengingatkan.

"Kau benar. Maaf. Ya sudah, ayo kita kembali ke orang tua kita." Harry hendak beranjak dari duduknya namun kalimat Selena mengurungkan niatnya.

"Apa kau menyukai Ella?"

Harry menatap Selena dan tersenyum. "Aku tambah poin masing-masing untuk kita. Yaitu, jangan menanyakan privasi masing-masing."

"Baiklah." Selena mengangguk setuju.

Mereka pun kembali ke orang tua mereka. Kasihan juga melihat Ella yang sudah seperti orang bodoh disana. Jelas terlihat dia sangat kikuk berada di situasi itu sendirian.

Tak berselang lama, William pun masuk. "Apa anginnya sudah dapat?" tanya Harry.

"Diamlah." William mendudukkan dirinya di samping Ella yang kini tengah menghembuskan nafas lega.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin yang Tertukar   Tamat

    William, Ella, Jane, dan Haira sedang makan malam bersama."Ella, ingat, ya. Saat melahirkan normal, pengaturan nafas sangat penting. Dan kau juga tidak melahirkan hanya satu bayi, melainkan dua bayi. Dulu ibu memilih operasi caesar karena tidak memungkinkan melahirkan secara normal. Jika kau ingin merubah pikiranmu, masih sempat. Kita ke rumah sakit sekarang dan melakukan operasi." Haira menjelaskan panjang lebar."Benar, Nak. Jarang ada yang melahirkan bayi kembar dengan normal. Satu bayi saja rasanya sangat sakit, apalagi dua. Dan juga, kalau kau pingsan atau tak sadarkan diri setelah melahirkan anak pertama, maka itu akan membahayakan keselamatanmu. Ibu juga dulu operasi caesar saat melahirkan kau dan Selena." Jane menambahkan."Ibu, sudahlah. Aku selalu mendengar ini setiap hari. Dan keputusanku tetap sama, aku ingin melahirkan normal." Ella menengahi ceramah kedua ibunya.Sedangkan William hany

  • Pengantin yang Tertukar   Menanti Kehadiran

    Beberapa bulan telah berlalu. Ella dan William tengah menanti kehadiran buah hati mereka. William bahkan sudah mengambil cuti untuk menjadi suami siaga jika Ella sewaktu-waktu mengalami kontraksi. Memang, Ella ingin agar kelahiran anaknya dilakukan secara normal.Namun, semakin mendekati kelahiran anak mereka, William bertambah pusing karena ibu dan mertuanya tinggal di rumahnya."Bu, aku tau kalian ingin menjaga Ella. Tetapi tidak perlu satu kamar dengan kami, kan," ucap William kepada Haira dan Jane yang merupakan ibu dan mertuanya.Kini mereka sedang berada di kamar William dan Ella."Memangnya kenapa? Kami kan ingin menjaga Ella. Ella itu anak kami," ucap Jane."Tapi tidak begini konsepnya. Aku dan Ella kan butuh privasi.""Privasi apa? Agar bisa berduaan? Bermesraan?" cibir Haira."Astaga, ibu bukan itu. Ada kalanya aku ingin m

  • Pengantin yang Tertukar   Akibat

    Dua minggu kemudian, William dan Ella baru saja pulang dari rumah orang tua Ella. Mereka piknik bersama di taman belakang rumah orang tua mereka."Aku senang sekali hari ini." William berseru saat memasuki rumahnya."Kenapa kau sangat gembira sekali? Apa karena Kak Alex hanya datang sebentar?" Ella menatap penuh selidik."Tentu saja, tanpa adanya si berengsek itu, aku bisa leluasa melakukan apa yang aku ingin tanpa perlu waspada terhadapnya.""Itu kan karena dia tiba-tiba mendapat tugas penting. Ada pembunuhan yang sulit diungkap detektif kepolisian.""Memangnya sampai kapan dia akan menjadi detektif dadakan?""Tidak ada batas. Dia akan menjadi detektif kasus tersulit seumur hidupnya. Itulah kesepakatannya. Lagi pula, dia selalu dengan mudah memecahkan masalah.""Bagaimana denganmu? Kau juga mempunyai otak cerdas dan bisa memecahkan beber

  • Pengantin yang Tertukar   Kesal

    "Bisa-bisanya kau bersekongkol dengan ibu dan Harry, Ella!" gerutu William saat berjalan memasuki rumah mereka. Mereka baru saja sampai rumah setelah acara piknik di taman tadi selesai."Aku tidak bersekongkol." Ella membela diri."Apa kau kira aku tuli? Jelas sekali aku mendengar ucapan Harry saat aku dan Alex mengejarnya."William mengingat kembali saat ia dan Alex mengejar Harry."Ibu, tolong akuuuu!""Kemari kau, adik laknat!" William mempercepat larinya hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan Harry.Harry jatuh tersungkur. Bukannya memukul, William malah ikut tergeletak di atas rerumputan tepat di samping Harry. Sedangkan Alex memilih duduk di samping mereka dan mengatur nafas.Jelas saja, mereka berkejar-kejaran selama setengah jam. Untung saja taman yang sepi tidak membuat mereka terlihat seperti orang gila."N

  • Pengantin yang Tertukar   Kekuatan Cinta

    Setahun telah berlalu. Kini, Selena telah melahirkan seorang bayi perempuan lucu yang diberi nama Hazel Alexander. Sedangkan Ella tengah mengandung anaknya dan William.Hari ini, mereka baru pulang dari berziarah dan memutuskan untuk piknik bersama di sebuah taman."Lihatlah Hazel, dia cantik sekali, ya," puji Ella."Anak siapa dulu?" Harry membanggakan diri."Apa kalian memang suka bersenang-senang tanpa aku?" Alex datang sambil menggandeng tangan Anisa istrinya yang kini sudah memberikannya seorang anak yang usianya hampir sama dengan anak Harry dan Selena. Anak laki-lakinya itu diberi naman Jimmy Wilson."Kau saja yang dayang terlambat." Ella mencibir."Jangan kebanyakan mencibir, nanti anakmu bisa tampan seperti aku.""Enak saja, dia akan tampan seperti aku." William tak mau kalah."Dasar calon ayah amatir."

  • Pengantin yang Tertukar   Berkumpul

    "Alex." Ella tersenyum melihat kedatangan Alex yang tiba-tiba itu."Bereskan wanita ini!" perintah Alex kepada anak buahnya."Alex, jangan! Jangan bunuh dia. Jangan terjerat lebih dalam lagi," cegah Ella."Siapa juga yang mau mengotori tangan dengan membunuhnya. Dia harus merasakan dulu penderitaan dibalik jeruji baru boleh mati.""Kau! Dimana anak buahku?" tanya Margareth sambil memegangi lengannya yang berdarah karena tembakan Alex barusan."Anak buah? Maksudmu para pengecut itu? Mereka sudah lari saat melihat aku datang. Kau bilang itu anak buah." Alex menggelengkan kepalanya.Memang, saat kedatangan Alex tadi. Semua anak buah Margareth langsung ciut. Mereka lansung pucat dan ketakutan. Bahkan saat Alex melangkah mendekat, mereka langsung lari kocar kacir."Kau! Siapa kau sebenarnya?""Aku adalah Alex Julian. Jika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status