Share

Bab 4

Author: Mama Uwa
last update Last Updated: 2024-02-24 00:11:26

Mata Maya langsung terbuka. Di depannya tampak seorang wanita berperawakan gendut dan berkacak pinggang. "Maaf Bu," hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Maya 

"Memang aku ibumu kamu panggil bu," ujar wanita tersebut.

"Kalau tidak mau dipanggil bu lalu minta dipanggil apa coba. Masak Pak," pikir Maya dalam hati.

"Panggil aku tante," ujar wanita tersebut seperti memahami kebingungan Maya.

"Oemjii, apakah anda Tante Berlian?" tanya Maya dengan sangat ketakutan. 

Percakapan dua laki laki yang mengejarnya tadi malam berseliweran di otaknya. Betapa ngerinya,  andai dia tertangkap dan berujung di rumah bordir Tante Berlian.

Kakinya ditekuk dan beringsut duduk di pojok warung. Kedua tangan menutupi wajahnya. "Hei kenapa kau ketakutan seperti itu? Aku hanya ingin tahu mengapa kamu bisa tidur di warungku?" tanya perempuan tersebut kepada Maya dengan nada yang lebih lembut. Tampaknya ia kasihan melihat Maya yang begitu ketakutan.

"Jadi Anda bukan Tante Berlian kan?" tanya Maya sekali lagi untuk mempertegas.

"Aku tidak punya berlian. Jadi aku bukan Tante Berlian،" tegas wanita tersebut.

"Syukurlah kalau Anda bukan Tante Berlian," seru Maya.

"Sudahlah bagaimana ceritanya kamu bisa masuk ke warungku?" tanya wanita tersebut.

"Saya dikejar penjahat Te saat saya keluar dari terminal. Tas saya dijambret, koper saya juga entah di mana sekarang," ujar Maya sambil menangis sesenggukan. 

Ia memilih berterus terang dengan kondisinya saat ini. Meskipun wanita tersebut baru dikenalnya. Ia menyesal telah membohongi bu Anggi yang dikenalnya di bus. Andai saat itu dia berterus terang, mungkin ia bisa bekerja sebagai baby sitter cucu bu Anggi. Atau minimal dia dapat tumpangan gratis untuk mencari penginapan. Tapi nasi sudah menjadi bubur.

Wanita gemuk itu duduk di kursi panjang dekat Maya. "Kasihan sekali nasibmu Nak," ujarnya tampak ikut sedih. Sangat kontras dengan perlakuannya saat pertama kali mereka bertemu.

"Jadi saya mohon maaf terpaksa masuk tanpa izin ke warung Tante, bersembunyi di sini sampai ketiduran," tambah Maya lagi.

"Kalau begitu ceritanya, Tante bisa memaklumi Nak," ujarnya.

"Baiklah saya akan pergi dari sini. Terima kasih banyak ya Te, sudah memberikan tumpangan tidur semalam di sini," ucap Maya seraya bersiap siap untuk pergi.

"Terus, kamu akan pergi ke mana sekarang?" tanya wanita itu.

"Saya juga belum tahu Te. Mengikuti saja ke mana kaki ingin melangkah," ujar Maya.

"Di luar sana juga bahaya kalau kamu jalan sendirian. Bagaimana kalau kamu bantu Tante saja di warung. Bisa ikut bersih bersih atau korah-korah. Setidaknya kamu bisa makan gratis di sini," ujar wanita itu.

"Benarkah?" tanya Maya balik, dengan mata berbinar.

Wanita tersebut mengangguk.

"Siapa namamu dan dari mana asalmu?" tanya wanita itu lagi.

"Nama saya Maya, Te," ujar Maya seraya menyebutkan dari mana ia berasal 

"Mengapa kamu sampai meninggalkan kampung halamanmu sejauh itu?" tanya wanita itu.

"Ceritanya panjang Te. Oiya saya memanggil Tante siapa?" tanya Maya.

"Tante Tari saja," jawabnya singkat.

Akhirnya Maya menceritakan apa yang dialaminya pada Tari. 

"Yang sabar saja ya Maya. Kalau begitu kita langsung bekerja ya. Kasihan nanti kalau ada pelanggan yang mau beli," ujar Tari.

"Mari Tante apa yang bisa Maya bantu?" tanya Maya.

"Hmm apa tidak sebaiknya kamu mandi dulu? Di belakang warung ini ada kamar mandi umum yang bisa kamu gunakan untuk mandi dan bersih diri. Sebab kalau menghadapi pelanggan kita harus tampak bersih," ujar Tari mengingatkan Maya.

"Iya Te. Maya juga sudah kebelet pipis dari tadi malam belum pipis," kata Maya 

Setelah mandi, Maya merasa badannya terasa segar. Meskipun ia masih memakai baju yang sama dengan kemarin. Itu satu satunya baju yang dia punyai. Mau minta kepada Tari, Maya malu. Karena orang yang semula dia anggap jahat tersebut kini menjadi satu-satunya orang yang peduli dengannya di rimba ibukota ini.

"Nah, gini kan kelihatan segar. Itu pakai sisir dan cermin di dalam kamar," ujar Tari seraya menunjuk ruangan sempit ukuran 2x1 meter di bagian belakang warung.

Tempat ini multi fungsi antara gudang dan tempat istirahat saat lelah. Di sudut ruang tersebut ada cermin dan sisir.

"Kamu buka pintu dan jendela. Serta menata piring di dekat nasi. Nasi dan barang-barang yang diturunkan tukang becak di depan kamu bawa masuk," perintah Tari.

Semua perintah Tari langsung dikerjakan Maya. "Oiya, kamu belum sarapan ya. Ayo sarapan dulu," ujar Tari.

Maya langsung mengiyakan. Perutnya sudah sangat lapar. Dari kemarin siang dia belum makan sesuap nasi pun. Apalagi selama membantu Tari tersebut Maya melihat dan mencium banyak makanan enak berseliweran di depan hidungnya. 

"Baik Te," ujar Maya seraya mengambil piring kosong dan menciduk nasi.

"Untuk lauknya bebas. Kamu boleh pilih apa saja," ujar Tari.

Maya akhirnya mengambil sayur pecel dan sepotong tempe goreng. "Lho kok tidak ambil lauk,?" tanya Tari.

"Sudah Te ini saja," jawab Maya.

Tari tidak tega melihatnya. Ia pun menambahkan sepotong bandeng goreng ke piring Maya.

"Terima kasih Te," ujar Maya tampak senang.

Mereka pun bekerja sampai sore hari. Menjelang magrib Tari pulang ke rumahnya. Sementara Maya akan tidur di warung. Di kamar yang sempit tersebut.

Sekitar pukul 10 malam, ternyata ada yang masuk ke warung. Betapa terkejutnya Maya ternyata sosok laki laki yang masuk adalah Rico. Anak laki laki Tari. Rico sudah dikenalkan Tari kepada Maya siang tadi saat Rico makan siang. "Ada perlu apa Mas Rico?" tanya Maya ramah. 

"Ingin menemuimu," jawab Rico singkat.

"Ada yang bisa saya bantu Mas?" tanya Maya lagi. Dia mengira kedatangan Rico atas suruhan ibunya.

"Banyak Maya," lagi lagi jawaban singkat yang diberikan Rico.

Belum sempat Maya bertanya lagi, Rico sudah menutup pintu depan warung dan menyelotnya. Dia raih tubuh Maya dengan kasar. Lalu didorong ke arah kamar yang sempit tersebut. 

"Apa maumu Mas?" tanya Maya mulai curiga ada yang tidak beres.

"Bukankan kau yang menawari apa yang bisa aku bantu. Nah, bantu aku memuaskan naf*u ku malam ini," ujar Rico seraya melorot celananya ke bawah.

"Apa?" teriak Maya kaget 

Saat Rico mencopot celananya tersebut, resletingnya sempat nyangkut di alat vitalnya.  Mungkin terlalu tergesa-gesa. "Akhhh," erangnya.

Kesempatan ini dimanfaatkan baik-baik oleh Maya. Ia berlari keluar dari pintu belakang. Tidak menghiraukan Rico Yeng sudah mengeluarkan sumpah serapah. 

Mungkin karena Rico harus mengenakan celananya kembali ia tidak bisa segera mengejar Maya. 

Maya terus berlari tanpa tujuan. Pekatnya malam tidak ia hiraukan. Yang penting dia harus berlari sejauh mungkin dari tempat tersebut. 

Sampai dia mendapati komplek perumahan elite yang rumahnya bagus-bagus. Ia bermaksud berteduh di salah satu pohon di perumahan tersebut yang terlihat rindang. 

Sayang baru saja ia melangkah ke bawah pohon tersebut, seorang satpam menghampirinya. "Hai pengemis. Jangan masuk komplek perumahan ini. Apa tidak bisa tulisan di depan, pengemis, pemulung dan pengamen tidak boleh masuk!" hardik satpam tersebut.

Ya Tuhan, kemana lagi kaki ini akan melangkah? tanya Maya dalam hati.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 120

    Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 119

    "Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 118

    Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 117

    Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 116

    Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 115

    Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 114

    Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 113

    Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 112

    Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status