Share

Bab 7

Author: Mama Uwa
last update Last Updated: 2024-03-22 15:00:00

"Sial@n!"

Laki-laki tersebut terus mengumpat. Ia berjalan menuju ke arah dua perempuan beda usia, Maya dan nyonya besar. Tidak lama kemudian ia berdiri berkacak pinggang. Tepat beberapa meter di belakang dua perempuan itu duduk.

"Cepat pulang. Pengasuh sial@n. Hanya menambahi pekerjaanku saja," ujarnya seraya menuding ke arah Maya.

Nyonya besar yang mengetahui itu dibuat kaget. Cucu tersayangnya belum pernah berbuat kasar seperti ini. Apalagi terhadap perempuan.

"Ada apa kamu Jojo. Jaga kata-katamu," ujar nyonya besar mengingatkan.

"Jadi Oma lebih membela perawat sialan daripada cucu Oma sendiri?" tanya Jonathan.

Nyonya besar menggeleng. "Bukan begitu. Tentu saja aku sangat sayang pada cucuku. Tapi kenapa kamu terkesan tidak suka pada Maya? Apa salah dia padamu?" tanya nyonya besar sambil menatap lekat cucunya. 

"Dia menambahi pekerjaanku saja. Gara-gara dia, aku diminta mama untuk mengawasi Oma jalan-jalan," ujar Jonathan.

"Lho Oma yang ajak dia jalan-jalan kok. Memang Oma tidak bosan apa harus setiap hari di dalam kamar?" tanya nyonya besar balik.

"Kita kembali saja, Nyonya. Sebentar lagi sudah pukul delapan," ucap Maya untuk mengalihkan pembicaraan.

Ia tidak mau keributan semakin melebar. Maya yakin kebencian Jonathan kepadanya bukan karena ia mengajak jalan-jalan. Tapi karena pertemuan mereka sebelumnya yang terlibat adu mulut.

Tanpa banyak bicara Maya mengambil kursi roda. Ia memapah nyonya besar untuk naik di atasnya. "Sudah enak duduknya, Nyonya?" tanya Maya kepada nyonya besar.

"Iya," jawab nyonya besar singkat.

Maya kemudian mendorong kursi roda tersebut ke rumah. Sementara Jonathan berjalan mendahuluinya tanpa sepatah kata pun. Beberapa warga yang melihat nyonya besar didorong Maya tampak menyapa dengan khidmat. Sepertinya nyonya besar adalah sosok yang disegani di komplek elit tersebut 

"Kita langsung makan, Nyonya?" tanya Maya sesampainya di rumah.

"Sebaiknya begitu. Saya sudah lapar," ujar nyonya besar.

Tanpa bertanya, ia mendorong kursi roda tersebut ke arah ruang makan. Di sana sudah duduk nyonya Mulia, tuan Mulia dan tentu saja Jonathan.

"Mengapa kamu bawa kemari, Maya?" tanya nyonya besar heran.

"Bukankah Nyonya mau sarapan juga?" tanya Maya.

"Saya biasanya sarapan di kamar," ujar nyonya besar.

"Oh maaf, Nyonya." Maye segera mendorong kursi roda tersebut balik ke kamar nyonya besar. Yang hanya selisih beberapa meter dari situ. 

"Maya!" panggil nyonya Mulia. Sesaat melihat Maya berbalik arah meninggalkan ruang makan.

Maya menoleh ."Ada apa, Nyonya?" tanya Maya heran.

"Biar mama makan di sini saja," ujar nyonya Mulia.

Sebelum berbalik arah, Maya bertanya terlebih dahulu pada nyonya besar. Untuk meminta pendapatnya. "Bagaimana Nyonya. Mau makan di mana?" tanya Maya.

"Baiklah. Sesekali tidak apa makan di meja makan," ujar nyonya besar.

Maya langsung berbalik arah. Membawa kembali kursi roda ke arah ruang makan. Tampak wajah Jonathan menahan kesal. Namun Maya tidak peduli.

Ia mendekatkan kursi roda ke salah satu kursi di meja makan. Tepat di depan Jonathan. Selanjutnya membimbing nyonya besar untuk duduk di sana. 

"Nyonya mau makan apa?" tanya Maya ramah. Ia mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi. 

"Cukup segitu nasinya, Maya. Untuk lauk biar aku ambil sendiri," jawab nyonya besar.

"Baiklah," jawab Maya singkat. Ia meletakkan piring dan nasi tersebut tepat di depan nyonya besar. Tidak lupa ia mengambilkan sendok dan garpu.

Ia kemudian berdiri di belakang nyonya besar. Untuk berjaga-jaga apabila nyonya besar membutuhkan sesuatu. 

Nyonya besar mencari keberadaan Maya. Ia menoleh ke belakang. "Apa yang Nyonya butuhkan?" tanya Maya seraya mendekat.

 "Mengapa berdiri saja di belakangku. Ayo duduk di sampingku," ujar nyonya besar.

Semua orang yang hadir seakan tidak percaya. Belum pernah nyonya besar berlaku seramah itu kepada perawatnya. Itu artinya, nyonya besar sangat menyukai Maya. 

Nyonya Mulia tersenyum melihat itu. Ia ikut senang saat mamanya menemukan orang yang disukai. "Duduklah Maya. Tidak apa makan bersama kami. Bukankah kamu belum sarapan?" tanya nyonya Mulia.

Jangankan sarapan, sejak kemarin sore dia belum meminum air sama sekali. "Baiklah," ujar Maya seraya duduk di samping nyonya besar. Tepat di depan Jonathan. 

Tampak wajah Jonathan yang semakin jengkel. Ia segera menghabiskan makanan di piringnya secara asal. Tampaknya ia ingin segera kabur dari tempat tersebut.

"Ayo ambil piringmu dan makanlah," ujar nyonya Mulia lagi.

Dengan agak ragu Maya mengambil piring dan mengisinya dengan nasi. Ia mengambil sayur dan lauk yang di depannya. Rasa lapar mengalahkan rasa sungkan duduk bersama dengan para majikannya. 

"Hmm ke depannya aku akan makan di meja makan saja. Ternyata bisa berkumpul dengan anak dan cucuku itu menyenangkan," ujar nyonya besar. 

Mereka yang berada di situ kaget dengan pernyataan nyonya besar. Termasuk nyonya Mulia. "Benarkah Mama? Aku ikut senang mendengarnya," ujar nyonya Mulia.

Selama ini nyonya besar sangat jarang bersedia makan bersama. Lebih suka makan sendiri di kamarnya. Sehingga, saat ia bersedia makan bersama, itu sebuah pertanda baik. 

"Tentu saja. Aku sudah memiliki perawat yang menganggapku seperti orang sehat. Dan tidak membatasi keinginanku," tukas nyonya besar.

Mendengar itu Jonathan langsung berdiri. Gelas kosong di depannya ia senggol dengan siku tangannya. Gelas itu jatuh tepat di dekat Maya. Pecahan kacanya hampir mengenai kaki Maya.

"Ada apa Jonathan?" tanya nyonya Mulia kaget.

"Dia yang menjatuhkannya sendiri, Ma," ujar Jonathan sambil jari telunjuknya mengarah kepada Maya. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Camelia Hadi
baru juga baca cerpen nya tapi tokoh laki laki nya udah kayak nenek nenek. marah nya begitu amat
goodnovel comment avatar
Aditya Ananta
oke mantap
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 120

    Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 119

    "Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 118

    Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 117

    Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 116

    Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud

  • Pengasuh Kesayangan CEO   Bab 115

    Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status