Share

04. Penawaran

Security lelaki buru-buru menyambut kedatangan Aresha yang diantarkan oleh Jack. Rumah megah berlantai satu itu masih terang  benderang meski terasa sangat lengang. Hanya sayup histeris tangis bayi dari dalam rumah. Semakin dekat, semakin kencang terdengar.

"Ingat pesanku, Ar, mintalah tarif yang pantas. Percaya ucapanku, usaha Herdion sangat banyak, setidaknya dia akan meraup jutaan hingga puluhan juta tiap harinya. Jangan ragu, manfaatkan peluang ini," bisik Jack di halaman.

"Apa yang akan membayarku adalah pamannya Venus yang sombong itu, Pak Jack?" tanya Aresha juga berbisik. Seorang lelaki terlihat keluar dari dalam rumah.

"Tentu saja, bahkan Hisam pun. Hisam secara tidak langsung juga bekerja pada Herdion," sahut Jack menjelaskan.

"Iya, aku mengerti, Pak Jack. Terima kasih," sahut Aresha sambil mengangguk.

Lelaki yang keluar dari dalam rumah adalah Hisam. Kini telah berdiri di antara mereka.

"Nona Aresha, terima kasih, Anda telah datang. Terima kasih, Pak Jack, Anda sudah repot-repot membawa Nona Aresha kemari," sapa Hisam dengan hangat. Memandang Aresha dan Jack penuh senyum bergantian.

"Tolong perlakukan pegawaiku dengan baik, Pak Hisam. Agar aku tenang meninggalkannya dengan keluargamu," ucap Jack tegas. Hisam terlihat mengangguk.

"Jangan risau, Pak Jack. Keluarga kami bukanlah keluarga yang bar-bar." Hisam memandang ke arah dalam rumah sejenak. Tangisan Venus terus saja nyaring mengudara.

"Maaf, Pak Jack, boleh saya bawa Nona Aresha ke dalam sekarang? Bayi itu kurasa sangat mengharapnya. Juga ... udara malam tidak terlalu baik untuk lama di luar." Hisam menyambung ucapan sambil memandang Aresha dan Jack.

"Oh, silahkan, Pak Hisam." Jack pun mengangguk. 

"Aresha, jika ada apa-apa, segera hubungi aku." Jack berkata sambil mengguncang jempol dan kelingking di telinga kirinya.

"Iya, Pak Jack. Terima kasih," sahut Aresha. Ada resah di nada suaranya.

"Jangan khawatir. Lakukanlah hal ini dengan maksimal. Baiklah, aku pulang. Jaga dirimu baik-baik, Aresha." 

Jack tidak lagi memandang Aresha. Meski tahu gadis itu sebenarnya beruntung, Herdion akan membayarnya berapa pun yang akan dia minta, hati kecil Jack tetap saja kasihan. Gadis muda yang cantik itu pasti memiliki angan yang bebas. Namun, tiba-tiba pekerjaan yang jauh dari ekspektasi telah memaksanya untuk menyanggupi. Bahkan ... bisa saja akan mengurungnya.

"Silahkan masuk, Aresha. Apa kamu keberatan kupanggil nama saja?" Aresha menjawab soalan Hisam dengan menggeleng. "Tidak masalah, Pak Hisam," sahutnya dengan sopan.

Hisam membawa masuk Aresha ke dalam rumah sambil bertanya. Tanpa menoleh dan terus berjalan menuju sebuah kamar dengan lolong tangis bayi Venus dari sana. Gadis itu terus berjalan membuntutinya. 

Kamar Venus sangat luas dengan lekuk ruangan di dalamnya. Wanita gemuk yang siang tadi sempat terlihat, tengah berusaha keras meredam tangis si bayi dengan gusar.

"Venus... lihat, siapa yang datang sama Om?!" Hisam berbicara lembut agak lantang demi melawan bunyi bising tangisan. 

Dengan bantuan wanita gemuk yang menggendong, Venus pun melongokkan kepala dan punggung. Mulut menganganya seketika menyempit saat melihat Aresha yang sedang melempar senyum manis ke arahnya.

"Maaa...," sebut Venus dengan sepatah kata. Seketika mengulurkan tangan sangat kencang pada Aresha.

Tidak ingin menghampakan serta membuat kecewa, Aresha segera menyambut. Kini bayi itu sudah berpindah tangan, menyandar rapatkan dirinya di dada Aresha. Tampak tenang, tidak juga melonjak-lonjak atau memandang di wajah cantik Aresha.

Mungkin sebab sangat rindu, atau juga rasa mengantuknya yang sangat. Venus terus merapatkan kepala di dada gadis itu. Hanya tangan mungilnya yang bermain di baju, sebentar mencengkeram, sebentar juga melonggar. Aresha menahan risih, sekaligus merasa haru dengan respon menggemaskan Venus padanya.

"Dia langsung akan tidur, Aresha," bisik Hisam lirih. Pandang matanya terlihat sangat takjub, mengakui bahwa itu hal ajaib mengingat Aresha adalah orang lain. Tidak ada aliran darah setetes pun yang sama antara Aresha dan Venus. 

"Apa Venus sudah benar-benar tidur?" Aresha memandang lelaki yang terus berdiri di depannya dan memperhatikan cukup lama.

"Iya, Aresha. Kurasa sudah benar-benar lelap. Matanya sudah rapat menutup," ucap Hisam. Suaranya terus saja lirih, tidak ingin mengusik dan risau jika Venus kembali membuka mata. Seperti trauma andai mendengar tangisannya lagi.

"Aku akan meletaknya di ranjang dan pulang, Pak Hisam. Malam sudah larut," ucap Aresha. Merasa harus menjaga harga diri. Sebab lelaki itu tidak juga menunjuk gelagat seperti yang sempat Jack katakan. Tidak mungkin juga membicarakan hal pembayaran tanpa dimulai oleh pihak pemilik bayi.

"Apa Jack tidak membicarakan tentang penawaran profesi padamu, Aresha?" Hisam tampak berkerut dahi dan heran. Tapi tidak menemukan kebohongan di wajah cantik itu. 

"Profesi bagaimana? Apa Pak Hisam ingin aku merawat Venus dan kemudian menggajiku?" Aresha menyambut umpan yang terulur dengan lugas. Merasa tidak ingin bertele-tele sebab malam memang sudah larut.

Lelaki berkulit putih dan tampan itu tidak terus menyahut. Namun, memandang Aresha lekat dengan dahi yang kembali berkerut. Seolah sedang memikirkan sesuatu di benaknya.

"Benar, bekerjalah untuk Venus padaku, Aresha. Aku akan membayarmu," sahut Hisam lirih tetapi tegas.

"Tetapi merawat bayi adalah berat, Pak Hisam. Aku tidak percaya diri," sahut Aresha sungguh-sungguh.

"Tolong bersedialah, Aresha. Venus hanya diam jika denganmu. Katakan, berapa besar gaji yang kamu ingin? Sekiranya jumlah yang tidak membuatmu merasa berat merawat Venus," ucap Hisam membujuk dengan lirih. Seperti risau jika suaranya didengar orang lain.

"Katakan saja berapa, Aresha? Berapa yang kamu mau agar rasa percaya dirimu timbul untuk menjaga Venus," ucap Hisam membujuk.

"Kenapa tidak mencoba mengambil baby sitter saja, Pak Hisam?" Aresha masih mencoba tarik ulur.

"Sudah itu, Aresha. Bahkan sudah tiga perawat yang kubawa ke rumah, sore dan malam ini saja. Namun, mereka tidak berhasil mendiamkan tangis Venus." Hisam memandang Aresha memohon.

"Berapa gaji yang Pak Hisam berikan pada perawat Venus yang lama?" Aresha bertanya dengan nada lembut dan sopan.

"Kakakku membayarnya sembilan juta tiap bulan, Aresha. Jika ingin, kamu bisa meminta lebih dari itu padaku," ucap Hisam nenjelaskan.

Aresha terdiam. Teringat lagi akan ucapan Jack bahwa Herdionlah yang akan membayarnya. Juga betapa kayanya lelaki itu. Tetapi sikap Hisam menunjuk seolah dirinyalah yang akan membayar. Apa mereka berdua begitu dekat dan saling percaya?

"Ternyata upah yang kuinginkan terlalu tinggi, Pak Hisam. Padahal aku ingin upah sejuta per malamnya. Bagaimana, kurasa Anda akan keberatan," ucap Aresha terdengar ragu. Namun, dalam hati hanya ingin tahu sejauh mana kesanggupan Hisam membayar. Benar sekali, lelaki itu sedang tampak terkejut.

"Apa? Kamu serius, Aresha?" Hisam seolah tidak percaya. Yang ditanya pun seketika mengangguk. Wajah putih dan tampan itu kian bingung.

"Bukan aku tidak mau, tetapi aku akan kehilangan seluruh penghasilanku tiap bulan untuk membayarmu, Aresha. Apa kamu tidak ingin menurunkan lagi harga itu?" Hisam bertanya lembut dengan tetap memandang bingung pada Aresha.

"Mohon maaf, Pak Hisam. Sebenarnya aku sangat suka bekerja dengan Pak Jack. Arsitek adalah kegemaran dan obsesiku, jadi...," ucap Aresha sengaja menggantung.

"Tidak, Aresha, jangan berpikir kembali pada Pak Jack. Jagalah Venus denganku," ucap Hisam dengan nada kebingungan.

"Ehemm!" 

Aresha dan Hisam sama-sama terkejut dan menoleh. Ternyata, Syahfiq Herdion telah berdiri tegak di belakang mereka. Lelaki itu telah melangkah tanpa ribut ke dalam kamar dan mendengar perbincangan keduanya diam-diam.

"Bang Fiq ...," sebut Hisam dengan kikuk.

Herdion maju melangkah dan mendekat. Memandang Hisam dengan tatapan datar, kemudian pada Aresha sekilas. Lelaki itu mengulur tangan pada kepala Venus dan mengusapi rambut di kepalanya beberapa kali.

Aresha menahan debar dadanya. Sikap Herdion membuatnya was-was. Sangat khawatir andai tangan panjang itu kembali bergerak tidak sopan. Apapun alasannya, kejadian siang tadi adalah pelecehan bagi Aresha!

🍓🍓🕸🍓🍓

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status