Share

Bab 6 Ciuman Pertama

Dengan gerakan cepat, Ethan berenang menghampiri Selina. Lalu mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke pinggir kolam renang. Merebahkan tubuh mungil wanita menyebalkan itu.

"Selina," panggil Ethan sembari menepuk pipi Selina pelan.

"Daddy, kakak itu pingsan?" tanya Lukas kepadanya.

Ethan belum menanggapinya, dia menatap sejenak wajah Selina. Membiarkan tetesan air dari wajahnya jatuh ke wajah wanita itu.

"Daddy, apa yang terjadi dengan dia?," tanya Lily dengan suara cemprengnya.

Ethan tidak menanggapi ocehan putrinya, dia justru mendekatkan telinganya ke mulut dan hidung Selina untuk merasakan ada hembusan udara atau tidak.

"Shit!" umpat Ethan saat dia tidak merasakan hembusan nafas itu.

"Lily, Lukas, balikan tubuh kalian sekarang juga!" perintah Ethan tegas, membuat dua anak kecil itu langsung menurut.

"Maafkan saya, Selina," gumam Ethan sembari memandangi bibir ranum milik wanita itu, dia tidak punya pilihan lain.

Dengan gerakan cepat, Ethan segera menjepit hidung Selina dan memberikan nafas buatan untuk wanita itu. Dia tidak mau sampai Selina meregang nyawa di rumahnya. Hingga akhirnya, wanita itu pun terbatuk dan membuka matanya perlahan.

"Pa–Pak E–Ethan," panggil Selina terbata.

Dia melihat dengan jelas wajah Ethan sangat dekat dengannya. Seketika Selina membulatkan matanya tak percaya. Selina lantas memegang bibirnya sendiri.

"Pak Ethan cium saya?!!" teriak Selina heboh.

Ethan tidak menanggapinya, pria itu segera menjauhkan wajah dan tubuhnya dari Selina. Lalu berdiri dan pergi meninggalkan wanita itu.

"Kakak barusan pingsan? Dasar manusia lemah," ejek Lily kepadanya.

Selina membulatkan matanya, menatap geram dua bocah nakal itu. Dia iblis kecil milik Pak Ethan yang sangat menyebalkan.

"Heh, aku sampai tenggelam gara-gara kalian berdua. Bocah-bocah sialan!!" umpat Selina, mumpung tidak ada Ethan di dekat sini.

"Wekk wekk!!"

Dua bocah itu malah mengembalikan badan mereka, mengejeknya sembari menggoyang-goyangkan pinggul mereka secara bersamaan. Membuat Selina semakin naik darah.

"Brengsek!! Sini kalian berdua!!" Selina berlari mengejar dua bocah itu dengan geram.

"Manusia lemah! Manusia lemah!" Anak kembar itu masih saja mengejek Selina.

Selina terus berlari, mengejar dua bocah tersebut sampai masuk ke dalam rumah. Bahkan kini mereka tengah berkejar-kejaran di sekitar dapur.

"Lukas!! Lily!! Jangan kabur! Dua iblis kecil menyebalkan!!" Selina berteriak kencang, suaranya melambung tinggi.

"Wekk wekk!! Kakak mukanya jelek, bau comberan!!" ejek Lukas sembari menjulurkan lidahnya.

Sungguh, memang benar butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi dua anak kembar itu. Selina sampai beberapa kali menghela nafas.

"Kalian berd —"

Plakk!!

Selina tidak melanjutkan ucapannya, karena ada sebuah telur yang pecah mengenai wajahnya. Lebih tepatnya telur itu jatuh tepat di keningnya dan merambat turun ke wajahnya.

"Oh My God!!!"

Selina kembali mengejar dua bocah itu, mereka berlarian sampai ke ruang tengah. Di sana, Selina melihat Ethan tengah sibuk membaca sebuah koran.

"Lukas! Lily! Sini gak!!" teriak Selina melengking.

Ethan tidak menggubris kedua anaknya yang tiba-tiba datang kepadanya. Dengan santainya, dia membaca koran sembari menyeruput kopi panasnya. Hingga suara melengking dari Selina membuatnya mengalihkan pandangan.

"Uhuk-uhuk!!" Ethan tersedak kopinya sendiri saat melihat wajah Selina saat ini, dia ingin tertawa namun dirinya tahan.

"Lihat kelakuan kedua anak Bapak. Masak muka saya di lemparin pakai telur begini," adu Selina dengan wajah memelasnya.

Ethan diam saja, pria itu hanya menatapnya sejenak dan kembali membaca koran dengan santainya.

"Sayang, anak-anak kita tuh nakal," cletuk Selina, mencoba menggoda duda tampan satu itu.

Pria itu tetap cuek, tidak memperdulikan rengekan dari Selina. Membuat Selina memikirkan cara lain untuk menarik perhatian Ethan.

"Pak Ethan harus tanggung jawab, karena Bapak sudah mengambil ciuman pertama saya!!" teriak Selina histeris.

Ethan kembali tersedak oleh kopinya sendiri, barusan dia memang menyeruput kopinya lagi. Kini, tatapan matanya menyorot lekat bola mata milik Selina.

"Ci–ciuman pertama?" tanya Ethan tak percaya, dia kira mahasiswi nakal seperti Selina hal-hal seperti itu sudah biasa.

"Iya, tadi itu sebenarnya ciuman pertama saya," jawab Selina dengan senyum malu-malu.

Ethan tampak mengkedipkan matanya, dia masih menatap heran ke arah Selina. Dirinya tidak yakin, barusan salah dengar atau tidak.

"Ta–tanggung jawab?" Ethan malah menjadi gagap seperti ini.

"Iya tanggung jawab, jadikan saya pacar Bapak sekarang juga." Selina mengkedipkan satu matanya genit ke arah duda tampan di depannya.

Ethan segera memijit pelipisnya sendiri, dia sangat pusing karena harus menampung satu lagi iblis di rumahnya. Menghadapi kedua anaknya saja sudah membuatnya baik darah, sekarang ditambah dengan Selina.

"Tidak usah bermimpi, Selina," ujar Ethan dengan suara tegas dan dinginnya.

"Padahal, tadi malam saya mimpi nikah sama Bapak, loh. Terus kita jadi keluarga yang bahagia. Punya anak 11, terus buat tim sepak bola," cletuk Selina, membuat Ethan rasanya ingin pingsan saat ini juga.

Selina tampak tersenyum ke arah pria itu sembari menggoyang-goyangkan tubuh mungilnya ke kanan dan ke kiri pelan. Menanti jawaban dari Ethan yang tak kunjung datang.

"Lukas, Lily, Daddy butuh obat pusing sekarang juga," pinta Ethan kepada dua anaknya.

Kedua bocah itu hanya saling memandang satu sama lain. Detik selanjutnya mereka menatap wajah Selina dengan permusuhan. Memelototi wanita itu tanpa henti.

"Kakak jahat, bikin Daddy kita sakit kepala!" sentak Lily sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Heh! Bocah kampret!! Kalian juga ikut andil buat Daddy kesayangan kita sakit kepala tahu gak?" Selina tidak terima, jika dia saja yang dituduh.

Ethan tampak bersender di sofa, dengan tubuh lemas luar biasa. Suara-suara cempreng ketiga orang itu sangat menggangu indra pendengarannya.

"Selina, lebih baik sekarang mandilah dan pergi dari rumah saya. Atau kesempatan sayembara ini saya batalkan sekarang juga," tutur Ethan dengan suara baritonnya.

Selina yang awalnya terus mengoceh, menggapai perkataan kedua anak Ethan langsung terdiam. Dia tidak mau sampai hal itu terjadi. Akhirnya, Selina mengalah daripada Ethan semakin marah kepadanya.

"Saya pinjem baju lagi, Pak," pita Selina lirih.

"Ambil saja di kamar tadi dan segeralah pergi dari sini." Wajah Ethan terlihat sangat frustasi.

Selina mengangguk, dia segera pergi dari hadapan Ethan menuju ke arah kamar yang tadi. Hingga tak butuh waktu lama, dia sudah cantik dan wangi kembali.

Dia menghampiri Ethan yang kini tengah duduk sendirian di sofa ruang tamu, pandangan pria itu tampak kosong. Selina juga tidak mendapati keberadaan Lukas dan Lily. Entah di mana dua iblis kecil itu.

"Pak Ethan, saya sudah selesai mandi," ujar Selina, membuat lamunan Ethan buyar seketika.

"Segera pulanglah!" pinta Ethan dengan nada dinginnya.

Selina pikir Ethan akan mengantarkannya pulang. Ternyata tidak, tapi dia juga tak masalah. Selina langsung pergi dari hadapan Ethan begitu saja.

"Selina," panggil Ethan kuat.

Dengan cepat, Selina langsung menghentikan langkahnya. Mengembalikan badannya dan menatap lekat ke arah Ethan saat ini juga.

Dengan tegas, Ethan berkata, "Saya akan bertanggung jawab atas ciuman pertama kamu," tutur Ethan dengan tegasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status