Ethan baru saja selesai mandi di pagi hari ini. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur. Untuk mengecek apakah sarapan pagi hari ini sudah siap atau belum. Tapi, dia malah mendengar suara tawa dari kedua anaknya. Ethan berjalan semakin cepat ke arah sumber suara. Kini, dia tengah melihat kedua anaknya sedang bermain kejar-kejaran dengan masih menggunakan baju tidur. "Lukas, Lily," panggil Ethan kepada anak kembar itu."Ya, Daddy?" Lukas menyahut, pria kecil itu langsung berlari mendekat ke arahnya. "Kenapa kalian berdua belum juga mandi?" tanya Ethan heran. "Malas, air tidak bersahabat dengan kita, Daddy," timpal Lily.Ethan membulatkan matanya, ada-ada saja pasti jawaban kedua anaknya itu. Ethan kini tampak kesal, padahal tadi dia sudah berpesan kepada Selina. 'Jangan bilang, wanita itu masih sibuk menata barang-barangnya. Aku harus mengeceknya sekarang,' batin Ethan. "Kalian berdua mandi dulu sana," pinta Ethan, tapi tidak digubris oleh dua bocah itu.Lily dan Lu
"Lily bicara apa, Pak?" tanya Selina dengan raut wajah penasaran."Kamu tidak perlu tahu," jawab Ethan acuh.Detik berikutnya, Lukas dan Lily segera masuk ke dalam kamar mereka. Bahkan langsung berebut ingin cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Selina hanya diam mematung, sedangkan Ethan sudah pergi lebih dulu dari hadapannya."Kira-kira, Lily bilang apa ya tadi sama Pak Ethan?" tanya Selina kepada sendiri."Sudahlah, aku tidak mau memikirkannya. Lebih baik sekarang aku ganti baju." Selina berjalan tertatih-tatih menuju ke arah kamarnya sendiri. Karena tubuhnya kini sangat sakit akibat terpeleset kulit pisang.Tanpa terasa, sarapan pagi tiba. Ini pertama kalinya Selina ikut sarapan di rumah ini bersama Ethan dan kedua anaknya. "Ini saya buatkan kopi buat Bapak," ujar Selina sembari menyodorkan kopi tersebut di depan Ethan."Seharusnya kamu mengambilkan anak-anak saya makan, Selina. Lagian, saya tidak minat dengan kopi buatan kamu. Bisa saja kamu kasih pelet di dalamnya," balas Ethan s
Selina menengguk salivanya susah payah, dia hanya mampu terdiam sembari menatap lekat wajah mengerikan milik Ethan. Pria itu bahkan kini tengah berjalan cepat ke arahnya."Jawab Selina! Kenapa kamu ke kamar saya?" Ethan melayangkan tatapan setajam elang ke arah wanita di depannya kini."Sa–saya ...." Selina sangat bingung harus mengatakan alasan apa kepada Ethan. Dia tidak menyangka Ethan akan kembali ke kamar ini lagi. Selina pikir Ethan dan kedua anaknya sudah benar-benar hengkang dari rumah ini."Kamu hendak mencuri?" tuduh Ethan sembari berjalan semakin dekat ke arah Selina.Karena hal itu, Selina pun berjalan mundur kebelakang. Hingga punggungnya terbentuk dinding dan tidak bisa bergerak kemanapun. Tapi hal itu tak membuat Ethan menghentikan langkahnya. Pria itu terus berjalan mendekat ke arah Selina. Hingga jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa senti saja. Sangat dekat, membuat Selina deg-degan.'Tidak mungkin wanita ini mencuri, karena sepertinya dia anak orang berada
Selina mengkedipkan matanya, dia terheran melihat reaksi Ethan saat membaca undangan itu. "Undangan dari siapa, Pak?" tanya Selina penasaran.Tidak ada jawaban dari Ethan, pria itu semakin menunjukkan amarahnya. Bahkan dengan cepat masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar keras hingga membuat Selina, Lukas dan Lily tampak kaget."Daddy kenapa, Kak?" tanya Lily sembari mendongakkan kepadanya."Kan sudah kakak bilang, Daddy kalian itu kerasukan. Ya sudah, mending kalian lanjut main lagi sana," jawab Selina seramah mungkin. Lukas dan Lily pun segera berlari menjauh darinya. Sedangkan Selina, dia tampak memungut undangan yang sudah Ethan bukan dan baca. Mata lentik itu dengan cepat menelisik setiap huruf yang tertera di dalam undangan."Cuman undangan pesta ulang tahun pernikahan. Tapi kenapa Pak Ethan sampai marah besar begitu?" gumam Selina saat dia sudah mengetahui apa isi undangan itu.Dia membawa undangan tersebut, berjalan ke arah ruang tengah di mana Lukas dan Lily sedang bermai
Ethan telah sampai di kampus pagi ini, dia akan mengajar di jam pertama. Dengan semangatnya, Ethan berjalan menuju kelas. Dia senang karena kelas pagi ini tidak ada Selina, karena wanita itu pasti akan terlambat.Namun, saat dia masuk ke dalam kelas. Ethan tak menemukan satu pun mahasiswa di dalamnya. Padahal tadi malam dia sudah merubah jadwal menjadi jam 8 pagi."Kemana mereka semua? Tidak bisanya mereka akan terlambat begini," gumam Ethan dalam kebingungannya.Pasalnya, saat kelasnya pasti tidak pernah ada kejadian seperti ini. Para mahasiswanya itu akan sangat aktif berangkat. "Lebih baik aku tunggu di dalam saja, mungkin mereka belum pada datang." Ethan berjalan masuk ke dalam kelas.Lantas, dia mendudukan dirinya di kursi dosen. Menghidupkan laptopnya dan menyambungkan ke proyektor. Bersiap untuk mengajar sembari menunggu para mahasiswanya.Namun, sudah sekitar 15 menit menunggu, tidak ada satu pun yang datang. Ethan benar-benar dilanda kebingungan."Kenapa mereka semua tidak d
Selina mengetuk pintu ruangan Ethan, dia harus membujuk pria itu agar menurunkan hukuman yang mereka dapatkan. "Masuk." Suara bariton itu terdengar begitu jelas. Dengan cepat, Selina segera masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat Ethan sedang sibuk mengetik di laptop miliknya. Selina pun mendudukan dirinya di kursi depan meja Ethan. "Em, Pak Ethan," panggil Selina dengan raut wajah bingung.Dia tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan mereka. Terlebih Ethan malah mencuekinya begini membuatnya semakin tak nyaman."Pak Ethan." Selina kembali memanggil pria itu, berharap fokus Ethan beralih kepadanya."Silahkan katakan mau apa kamu kemari. Tidak usah perlu banyak basa-basi, saya sedang sibuk!" balas Ethan ketus, pria itu tetap fokus pada layar laptopnya.Selina menghela nafas beratnya, sepertinya memang dia harus segera mengatakan apa maksud dan tujuannya datang kemari."Saya datang ke sini mewakili teman-teman di kelas, ingin meminta keringanan kepada Bapak agar hukuman kami dih
Ethan tampak kesal, karena sejak pertemuannya dengan Selina di ruangannya tadi, sampai sekarang wanita itu belum juga pulang ke rumah. Padahal, tugas Selina mengurus anak-anak sebagai seorang pengasuh. Tapi entahlah, kemana perginya wanita itu. Sejak pulang dari kampus, Ethan sudah dipusingkan mengurus dua anaknya yang super nakal itu."Daddy jadi pergi?" tanya Lily saat dia melihat Ethan sudah memakai stelan jas rapi berwana abu-abu muda. "Jadi, oleh karena itu kalian baik-baik di rumah," jawab Ethan sembari mengelus rambut putri kecilnya itu.Memang malam ini pesta itu digelar. Ethan sudah rapi dan siap, tapi Selina sampai sekarang belum juga tampak batang hidungnya. Padahal, hari sudah malam, dan pesta sebentar lagi dimulai. Ethan tampak ragu jika Selina akan datang. Dia juga bingung, harus bagaimana nanti jika datang sendirian ke pesta itu. Ethan malas bertemu dengan mantan istrinya tanpa membawa pasangan. 'Kemana wanita itu? Jangan bilang dia berubah pikiran. Dia lebih memili
Selina tampak tegang saat dia dan Ethan sudah memasuki ballroom hotel yang begitu mewah. Pesta dibuat sangat meriah dan banyak orang-orang berpenampilan sangat elegan. Tapi dia berusaha bersikap setenang mungkin, agar tidak membuat malu Ethan nantinya. Dia harus bisa menyamai para pria-pria dan wanita dewasa di tempat ini."Mari kita temui mantan istriku," ujar Ethan lirih.Selina hanya menganggukkan kepalanya, dia mempererat pegangannya pada lengan Ethan. Berusaha berjalan se-elegang mungkin, hingga membuat tatapan para pria mengarah kepadanya. "Rosalin," panggil Ethan pada seorang wanita cantik bergaun merah menyala. Wanita yang dipanggilnya itu segera menoleh ke arahnya. Membuat tubuh Ethan sedikit menegang tatkala kedua mata mereka bertemu kembali. Ethan berusaha bersikap dingin. Dia tidak boleh terlihat lemah, terlebih di depan mantan istrinya dan juga pria yang telah menjadi suami wanita itu. Meskipun luka akan penghianatan itu masih terasa layaknya pedang yang menggores hat