Share

BAB 5: Perkelahian Victor dan Edward

“Sial, apa lagi yang bajingan itu perbuat pada Nyonya!”

Edward langsung berlari meninggalkan pelayan yang berdiri di depan kamarnya, berlari sekencang yang dia bisa menuju rumah utama. Bahkan dia melupakan cara bernapas selama berlari, yang ada di pikirannya hanyalah keadaan Veronica. Ia tak lagi memikirkan kemungkinan alasan perkelahian majikannya adalah karena dirinya.

Begitu memasuki rumah utama Edward bisa mendengar suara bentakan dan teriakan Victor, majikan laki-lakinya. Dia melihat Veronica sudah terkulai tak berdaya di atas lantai, darah bahkan berceceran di sekitar lantai.

Bisa Edward pastikan kalau darah itu adalah milik Veronica.

“Siapa yang menyuruhmu kemari?! Pergi!” usir Victor marah melihat kedatangan Edward yang tak diundang.

Dari jauh tampan beberapa pelayan bersembunyi, merasa kasihan dengan nyonya mereka tetapi mereka sendiri pun tak memiliki kuasa yang cukup besar untuk membantu Veronica.

“Apa yang Anda lakukan pada Nyonya, Tuan?!”

Edward menatap tajam dan marah pada Victor, dia marah. Pria itu selalu memperlakukan Veronica dengan semena-mena, melukainya tanpa ampun, dan bersikap seolah sangat mencintai istrinya ketika di luar sana.

“Ha ha ha.” Victor tertawa sinis, membuat para pelayan yang bersembunyi bergidik ngeri. Kini Victor tampak layaknya psikopat yang harus darah. “Aku melakukan apa pada istriku itu urusanku! Siapa kamu berhak mengatur tindakanku?”

Ia berjalan mendekati Veronica, menginjak telapak tangan Veronica hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. “Lihat, aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan padanya. Dia adalah istriku. Bahkan jika aku ingin membunuhnya, aku bisa membunuh jalang ini sekarang juga.”

Edward mengepalkan tangan, ia berlari dan melayangkan sebuah tinjuan tepat pada perut Victor, membuat Victor yang tak siap dengan serangan tiba-tiba itu terdorong mundur beberapa langkah.

Victor memegang perutnya, merasa perih pada ulu hatinya. Ia menyunggingkan senyum sinis dan meludah ke sembarang arah. “Ingin menjadi pahlawan kesiangan rupanya,” ucap Victor mengejek.

Ia merenggangkan pergelangan tangannya, sementara Edward yang melihat hal itu seketika memasang kuda-kuda untuk bersiap. Benar saja, Victor langsung menerjangnya tanpa ampun dan melabuhkan pukulan di wajahnya.

Edward yang juga tak mau kalah pun membalas pukulan Victor, tak peduli lagi jika pria yang berada di cengkeramannya sekarang adalah majikannya. Ia memukul Victor secara membabi-buta tak peduli pukulannya bisa membuat beberapa tulang rusuk Victor retak.

Di lihat dari sisi mana pun Edward lebih unggul dari Victor, apalagi pria itu bekerja sebagai pengawal profesional dan mendapat banyak pelatihan sebelumnya. Tentu saja Victor tak sebanding dengannya.

Edward mencengkeram kerah kemeja Victor dan terkekeh geli. “Hanya seperti ini kemampuan Anda, Tuan?” ejeknya. “Ah iya, saya lupa. Anda kan hanya berani melawan perempuan.”

“Sialan kau! Tunggu saja, aku pasti akan memecatmu!” ancam Victor, rahangnya mengeras. Marah sekaligus malu karena kalah dari seorang pengawal rendahan.

“Memecat saya? Anda tidak memiliki wewenang atas itu, Tuan.” Edward lagi-lagi terkekeh geli, puas mengejek Victor. “Kontrak saya hanya antara saya dan Nyonya Vero, jadi Anda tidak memiliki hak memberhentikan atau memerintah saya.”

Tatapan Victor menajam, ia balas mencengkeram kerah kemeja Edward, tampak jelas jika dia sedang sangat kesal. Keduanya kini saling melempar tatapan permusuhan dan penuh kebencian, baik Edward maupun Victor tak ada yang ingin mengalah.

“Aku bingung mengapa kamu sangat membela wanita tidak berguna itu,” ucap Victor memasang ekspresi seolah berpikir keras.

“Itu karena tugas saya adalah melindungi Nyonya Vero dari hal yang dapat membahayakannya, termasuk jika itu adalah Anda sendiri,” balas Edward dengan berani, menatap sengit pada Victor.

“Benarkah?” Victor menaikkan satu alisnya dan tersenyum penuh arti. “Bukan karena kamu jatuh cinta padanya?”

Tubuh Edward menegang, matanya membulat halus tetapi Victor dapat menangkap dengan jelas perubahan ekspresi pria itu. Melihat Edward yang lengah, Victor memanfaatkan kesempatan itu dan melabuhkan pukulan keras di perut Edward hingga membuatnya terbatuk dan tersungkur di lantai.

“Hah! Merepotkan.”

Victor menepuk-nepuk kemejanya seolah ada debu dan kotoran yang menempel, ia berjalan pergi, meninggalkan Edward dan Veronica yang tersungkur di lantai bersama. Tatapannya sangat tajam dan gelap, tangannya terkepal.

Begitu Victor pergi, para pelayan yang tadinya bersembunyi seketika berhamburan dan berlari menghampiri Edward dan Veronica. Mereka membantu Edward berdiri dan berusaha membangunkan Veronica.

“Nyonya butuh ke rumah sakit,” ucap Edward.

Melihat dari lukanya saja Edward tahu jika ini adalah yang terparah di antara semua tindakan Victor selama ini. Ia membungkuk dan mencoba mengangkat Veronica ke dalam gendongannya.

Napasnya memburu, ia terbatuk dan mengeluarkan cairan kemerahan bersama dahaknya. Namun, Edward mengabaikan hal tersebut dan memaksa tubuhnya untuk membawa Veronica ke mobil. Tubuh majikannya sangat ringan karena dipaksa menjaga bentuk tubuhnya, tetapi dalam keadaan seperti ini Edward merasa tubuhnya pun tak kuat.

Tidak, aku harus membawa Nyonya ke rumah sakit, pikir Edward menyemangati dirinya.

“Ed ... Apa tidak sebaiknya kita memanggil dokter saja ke rumah?” Kepala pelayan yang telah berumur menghentikan Edward. “Tuan akan tambah marah jika mengetahui Nyonya dibawa ke rumah sakit, media pasti akan memberitakan hal ini.”

Tatapan Edward menajam. “Bukannya khawatir dengan keadaan Nyonya, kalian lebih peduli pada kemarahan Tuan kalian yang psikopat itu?!” murka Edward.

Edward tak menyangka para pelayan di rumah ini lebih peduli dan khawatir jika Victor marah dibanding memberikan penanganan yang tepat pada Veronica yang sedang dalam keadaan tidak baik.

Ia berniat melanjutkan langkahnya untuk membawa Veronica ke mobil, tetapi terhenti saat wanita yang digendongnya sadar dan melenguh kesakitan.

“Nyonya?! Bersabarlah sedikit, saya akan segera membawa Anda ke rumah sakit,” ucap Edward berusaha menenangkan. Dari melihat luka yang tampak saja Edward sudah tahu bahwa Veronica pasti merasakan sakit yang sangat di tubuhnya.

“Ed .. jangan,” pinta Veronica, suaranya lemah bahkan hampir menyerupai bisikan. Ia kesulitan berbicara banyak karena merasakan sakit pada rahangnya. “Pa-panggilkan dokter saja.”

“Tapi, Nyonya ... “

Veronica menggeleng kecil, ia menoleh pada kepala pelayan dan memberikan kode. Wanita itu pun langsung berlari kecil mengambil ponsel dan menelepon dokter pribadi keluarga Hayden, dokter yang selalu menangani Veronica dan telah menandatangani perjanjian untuk selalu bungkam pada apapun yang dilihatnya.

“Bawa aku ke kamar,” pinta Veronica lagi.

Edward yang tak bisa mendebat Veronica hanya bisa menghela napas dan berbalik haluan, menggendong majikannya menuju lantai dua. Sepanjang menaiki anak tangga Edward berusaha sekeras mungkin menyembunyikan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Napasnya terasa pendek dan sesak, tetapi ia berusaha membawa Veronica sampai ke kamarnya.

Begitu sampai di kamar, Edward langsung membaringkan tubuh Veronica di atas ranjang dan berbalik membelakangi majikannya. Ia berusaha menormalkan kembali napasnya yang terasa berat, wajahnya dibanjiri oleh keringat dingin.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Veronica, menatap bingung sekaligus khawatir melihat Edward yang terus diam sejak tadi.

Tak ingin membuat Veronica khawatir, Edward berbalik dan menyunggingkan senyum tipis. “Saya baik-baik saja, Nyonya,” dusta Edward. “Maaf karena saya datang terlambat, seharusnya saya menemani dan menjaga Nyonya. Pasti tidak akan ada kejadian seperti ini.”

Rahangnya mengetat, Edward mengepalkan tangan. ‘Aku pasti akan memberikan balasan atas apa yang bajingan itu lakukan padamu, Nyonya.’

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status