Share

bab 3

Author: Adaha Kena
last update Last Updated: 2022-12-13 12:44:39

"Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang bisa membunuhku. Kau tahu? beberapa saat lalu seekor monster menatapku persis seperti yang kamu lakukan sekarang. Kemudian aku memecahkan kepalanya."

Tanya bergidik ngeri mendengarnya. Tidak seperti laki-laki umum yang memperlakukannya seperti ratu. Lelaki itu bahkan tidak menunjukkan sedikit saja rasa belas kasih.

"Terlepas kamu dewa atau semacamnya. Kamu adalah laki-laki ... dan orang kuat sepertimu harusnya memberi rasa aman untuk gadis kecil sepertiku!" tukas Tanya.

Alih-alih mendengarkan, dewa tersebut malah perlahan mendekatinya.

"Kau! Berhenti di sana!" teriak Tanya, ada kekhawatiran di nada suaranya yang tinggi. "Sudah kubilang seharusnya kamu melindungiku!"

Dewa tersebut berhenti tepat di depannya, mata indah itu lebih indah jika dilihat dari dekat. Dia sempat terpana tetapi dengan cepat menggeleng kecil agar segera sadar.

"Apa untungnya melindungimu?" tanya dewa itu membuka mulut.

"Aku adalah seorang tuan putri. Banyak orang yang ingin menjadi pengawal ku hanya karena ingin selalu melihatku. Dari mereka bahkan ada yang rela bersujud untuk posisi itu."

"Kamu benar-benar anak manja dan tahu caranya membual. Aku akan mencuci ini dan secepatnya mengantarkan kamu keluar dari hutan. Apa itu cukup?" Dia menghampiri pakaian yang tadinya dibuang gadis tersebut. Ada helaan napas kecil ketika dia memulai langkah.

Dada Tanya tidak habis-habisnya dihujam ketika beradu pandang dengannya. Entah itu hasil dari perasaan takut, atau karena lelaki itu terlalu tampan untuk dilihat dengan mata. Dia kembali dapat bernapas dengan normal setelah dewa itu mengambil cukup jarak dengannya.

Tanya mengangguk kecil dan menjawab, "Bisakah kamu mencarikan aku makan? Tubuhku sangat lemah dan tidak bertenaga."

Tanya menunggu jawaban lelaki itu dengan ragu. mau bagaimana pun kini dia memiliki pandangan yang berbeda sekarang. Aura yang sebelumnya dia pancarkan jauh lebih hebat daripada ayahnya–Robert Quinn–selaku pimpinan keluarga cabang yang tinggal di dekat hutan ini.

"Aku sudah bilang bahwa es itu mengambil energi dari tubuh seseorang. Menjauh dari sana dan tunggu aku kembali." Setelah meninggalkan kata-katanya lelaki itu melangkah pergi.

Tanya menjadi lebih fokus pada sekitarnya dan bertanya dalam hati, "Apa es ini benar-benar bisa mengambil energiku? terlepas dewa sifat yang mesum. dewa tersebut sepertinya cukup baik?"

Kemudian Tanya teringat kembali apa yang terjadi. Dia merasa bahwa orang-orang yang mengejarnya sampai ke hutan sudah mendapat karma. Namun, itu hanya sedikit dari mereka yang menyerang keluarganya, Tanya akan mencari sisanya.

Dia akan mencari mereka bahkan jika harus memeriksa sisi terdalam bumi.

Walaupun dirasa mustahil, Tanya berharap ada salah satu dari keluarganya yang bernasib sama sepertinya. Terutama kedua orang tuanya yang begitu ia sayangi. Tanya tidak tahu lagi apakah masih memiliki alasan untuk hidup atau tidak jika mereka berdua telah tiada.

***

Di sebuah rumah, laki-laki kisaran 40 tahunan menatap pedang di hadapannya. Dia tersenyum puas karena sudah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Seumur hidupnya ia tidak pernah melihat pedang sebagus itu. Sepertinya legenda tentang kemampuan seorang putri yang menyelamatkan dunia bukan hanya isapan jempol. Sang putri pasti memiliki kemampuan yang luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat dari pedang yang dia gunakan saat perang melawan monster ribuan tahun lalu.

Sambil tersenyum pria itu mengelap pedang yang bersinar kebiru-biruan tersebut. Tidak lama setelahnya, seorang pelayan berpakaian jas hitam mengetuk pintu ruangan.

"Masuk!"

Pria yang baru datang itu menunduk hormat kemudian berkata, "Orang-orang yang dikirim oleh pimpinan pembunuh untuk membunuh nona muda Quinn tidak pernah kembali dari hutan malapetaka. Dia bertanya apakah tuan akan membayar mereka lagi untuk mencarinya?"

"Lupakan tentangnya. Hutan tersebut terlalu berbahaya. Tidak ada satupun orang yang pernah masuk terlalu dalam dan bisa pulang membawa nyawanya. Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk membayar mereka. Tidak perlu membayar lagi untuk mencari orang dengan persenan tinggi sudah mati."

"Saya mengerti. Saya akan memberitahu mereka sekarang."

Setelah menyelesaikan urusannya pelayan itu undur diri. Dia meninggal tuannya yang memiliki ekspresi cerah di sana.

"Kalau aku bisa menggunakan pedang ini. Tidak sulit bagiku untuk mengambil alih posisi pemimpin di klan. Mungkin saja aku juga tumbuh menjadi kuat dan membuat sepuluh klan paling berpengaruh tunduk," imbuh lelaki itu lalu tertawa terbahak-bahak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   Tamat

    13 tahun kemudianDi sebuah apartemen bertingkat. Seorang wanita bercelemek abu-abu meniyicipi makanan di wajan. Dia tersenyum ketika makanan itu dirasa enak untuk dihidangkan sebagai menu sarapan. Kemudian, gadis kecil berusia kisaran 5 tahun keluar dari kamar mandi. Tanpa sehelai benang dia berjalan mengetuk kamar kakaknya. "Kak Ares! Giliran Kakak!" teriaknya. Tanya jadi menghela napas melihat anak perempuannya. Bagaimana bisa dia berkeliaran tanpa mengenakan handuk selepas mandi. Apa tubuhnya kebal akan rasa dingin? "Aaron!" Tanya berteriak, pagi-pagi begini dia sudah kewalahan menghadapi dua buah hati mereka sendirian. "Alice, keringkan badanmu lalu kenalan pakaianmu. Habis itu panggil papamu," pintanya. Gadis kecil itu menangguk. Setelah keluar dari kamarnya, dia memang mengenakan seragam tk-nya namun belum dikancing. Di tangannya menenteng rumpi biru ketika menuju kamar ayahnya. Ketika kembali, gadis itu sudah rapi dengan dasi dan pita di kepala. Di sampingnya ada seseorang

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 144

    Flashback ... setelah pertempuran di markas pembunuh ....Cotan mengatakan, jika Aaron ingin mengetahui siapa identitas dirinya, maka dia harus bertanya kepada Ares. Setelah menyelesaikan pertarungan dengan pimpinan pembunuh Aaron benar-benar menanyakan perihal tersebut. Dia bertanya siapa sebenarnya Ares dan apakah dia mengetahui sesuatu tentang apa itu Silva. "Akan aku jelaskan secara sederhana. Sepuluh klan saat ini adalah keluarga bangsawan seribu tahun lalu. Kau seorang Silva, seorang yang seharusnya bertakhta sebagai Kaisar dan berhak memerintah mereka dan dunia.""Bagaimana aku harus mempercayai jawabanmu?" tanya Aaron."Aku tidak begitu peduli soal kepercayaanmu. Kau bertanya siapa dirimu ... dan aku menjawabnya. Aku tidak memiliki bukti selain fakta kau mempunyai elemen api. Tentang siapa aku. Kalau jawabannya aku adalah leluhurmu. Apa kau tidak akan percaya juga?""Sudah jelas, kan? Akan terlalu konyol jika kau mengaku sebagai leluhurku. Lagian elemenmu adalah es."Ares tert

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 143

    PoV Tanya QuinnBeberapa bulan setelah perang berlalu... Tiada siapapun yang dapat menghentikan waktu. Ia terus melukis takdir meski beberapa manusia sepertiku enggan mengizinkannya. Dunia yang damai telah tercipta selayaknya keinginan Ares setelah mengorbankan diri. Dan, aku aman serta tetap hidup seperti harapan Ares dan kedua orang tuaku. Tanpa sadar masa-masa bersama mereka kian menjauh setiap detiknya. Sebenarnya banyak hal baik yang terjadi setelah perang berakhir. Mulai dari senyum abadi Kalista usai pernikahannya dengan Gilbert, invasi hutan yang lebih mudah, Imelda yang menemukan cintanya, hingga hal-hal kecil lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Aku sama sekali tidak membenci keadaan ini, sungguh. Senyum setiap orang semakin mudah diciptakan dan itu juga membuatku senang. Tidak ada lagi hal mengkhawatirkan yang mungkin dapat menyebabkan senyum mereka hilang. Manusia benar-benar berada di puncak kelegaan. Namun, sepertinya ada yang kurang dalam diriku. Ketakutan yang

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 142

    Pertarungan dasyat di belakang bukit berhenti menggetarkan medan perang. Monster abnormal yang sebelumnya mengarah ke kota Seal berhamburan ke sembarang arah. Sedangkan monster yang dapat berubah wujud sudah dikalahkan semua. Itu semua berkat strategi Gilbert yang luar biasa. Gilbert menghela napas legas karena Ares, Tanya, dan Aaron telah berhasil mengalahkan ratu monster. Dengan begitu perang telah usai, monster yang kehilangan pemimpin mereka kehilangan persatuan mereka. Terutama monster abnormal yang tidak dapat berpikir. "Istirahat!" tegas Kalista pada Gilbert yang berusaha tidak goyah. "Aku ingin tidur," jawab Gilbert memeluk Kalista. Membuat gadis itu menahan senyum. "Tidurlah, aku akan menjagamu."Kemudian beberapa pemimpin klan berkumpul. Di antaranya ada Alex Kairi dan Jivalov Finley. Kalista agak canggung dengan keadaan dirinya dan Gilbert. Apalagi setelah Aiden Quinn menghampiri. "Apa ada hal buruk yang terjadi pada Gilbert?" tanya Aiden Quinn. Kalista sedikit menund

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 141

    Wajah Ares sama persis seperti Robert ketika meninggal Tanya di bibir hutan malapetaka. Tanya merasa hatinya sangat tidak enak terasa, tetapi dia sudah mencapai batas. Tidak mungkin baginya untuk berusaha mengejar Ares yang kembali melanjutkan pertarungan. Pandangannya kian memudar dan dia merasa tidak akan bertahan di langit. "A—aron? Kau tidak apa-apa?" Tanya bertanya dengan wajah yang khawatir namun lemah. Kepala Aaron dialiri banyak darah. Sorot matanya redup tetapi senyum menampik kelegaan. Dia memeluk Tanya, sayap di punggungnya tidak lagi dapat dipertahankan. Sama seperti Tanya, remaja tersebut sudah mencapai batasnya. Kemudian dia memposisikan tubuhnya di bawah Tanya ketika mereka jatuh. Saat membentur tanah. Aaron sepenuhnya kehilangan kesadaran karena benturan yang keras. Tetapi dia sempat tersenyum karena berhasil melindungi Tanya yang berada di pelukannya saat jatuh. Untuk terakhir kali, dia senang berada di samping gadis itu. "Dia melindungiku?" Tanya berusaha mencapa

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 140

    "Seni api, Inferno Dragon!" seru Aaron. Naga lava api putih berkaki empat dengan sayap membentang mengejar Akira. Menyemburkan api sepanjang pergerakan yang menghanguskan semua target. Dari awan turun air bertekanan besar, memotong sayap naga tersebut hingga jatuh. Domain Tanya muncul di ujung perpindahan Akira dan menurunkan petir hitam. Akira terbang lebih tinggi setelah terkena serangan itu, namun tubuhnya dapat kembali pulih. Aaron menyerang bersamaan dengan Tanya. Pertarungan tiga orang di langit layaknya meteor berekor. Dua di antaranya sedangan mengapit satu target.Domain Tanya mengurangi kecepatan musuh sekaligus menambah kecepatannya. Sulit dipercaya Akira tetap bergerak lebih cepat dalam keadaan tersebut. Tanya menggertakkan gigi sebab beberapa moment dia masih bergantung pada perlindungan Aaron. Pedang Tanya mengeluarkan cahaya hijau yang menjalar-jalar. Akira memotong serangan Tanya yang datang dengan gerakan memutar. Ketika Aaron hendak melayangkan tebasan tiba-tiba,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status