Share

bab 3

"Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang bisa membunuhku. Kau tahu? beberapa saat lalu seekor monster menatapku persis seperti yang kamu lakukan sekarang. Kemudian aku memecahkan kepalanya."

Tanya bergidik ngeri mendengarnya. Tidak seperti laki-laki umum yang memperlakukannya seperti ratu. Lelaki itu bahkan tidak menunjukkan sedikit saja rasa belas kasih.

"Terlepas kamu dewa atau semacamnya. Kamu adalah laki-laki ... dan orang kuat sepertimu harusnya memberi rasa aman untuk gadis kecil sepertiku!" tukas Tanya.

Alih-alih mendengarkan, dewa tersebut malah perlahan mendekatinya.

"Kau! Berhenti di sana!" teriak Tanya, ada kekhawatiran di nada suaranya yang tinggi. "Sudah kubilang seharusnya kamu melindungiku!"

Dewa tersebut berhenti tepat di depannya, mata indah itu lebih indah jika dilihat dari dekat. Dia sempat terpana tetapi dengan cepat menggeleng kecil agar segera sadar.

"Apa untungnya melindungimu?" tanya dewa itu membuka mulut.

"Aku adalah seorang tuan putri. Banyak orang yang ingin menjadi pengawal ku hanya karena ingin selalu melihatku. Dari mereka bahkan ada yang rela bersujud untuk posisi itu."

"Kamu benar-benar anak manja dan tahu caranya membual. Aku akan mencuci ini dan secepatnya mengantarkan kamu keluar dari hutan. Apa itu cukup?" Dia menghampiri pakaian yang tadinya dibuang gadis tersebut. Ada helaan napas kecil ketika dia memulai langkah.

Dada Tanya tidak habis-habisnya dihujam ketika beradu pandang dengannya. Entah itu hasil dari perasaan takut, atau karena lelaki itu terlalu tampan untuk dilihat dengan mata. Dia kembali dapat bernapas dengan normal setelah dewa itu mengambil cukup jarak dengannya.

Tanya mengangguk kecil dan menjawab, "Bisakah kamu mencarikan aku makan? Tubuhku sangat lemah dan tidak bertenaga."

Tanya menunggu jawaban lelaki itu dengan ragu. mau bagaimana pun kini dia memiliki pandangan yang berbeda sekarang. Aura yang sebelumnya dia pancarkan jauh lebih hebat daripada ayahnya–Robert Quinn–selaku pimpinan keluarga cabang yang tinggal di dekat hutan ini.

"Aku sudah bilang bahwa es itu mengambil energi dari tubuh seseorang. Menjauh dari sana dan tunggu aku kembali." Setelah meninggalkan kata-katanya lelaki itu melangkah pergi.

Tanya menjadi lebih fokus pada sekitarnya dan bertanya dalam hati, "Apa es ini benar-benar bisa mengambil energiku? terlepas dewa sifat yang mesum. dewa tersebut sepertinya cukup baik?"

Kemudian Tanya teringat kembali apa yang terjadi. Dia merasa bahwa orang-orang yang mengejarnya sampai ke hutan sudah mendapat karma. Namun, itu hanya sedikit dari mereka yang menyerang keluarganya, Tanya akan mencari sisanya.

Dia akan mencari mereka bahkan jika harus memeriksa sisi terdalam bumi.

Walaupun dirasa mustahil, Tanya berharap ada salah satu dari keluarganya yang bernasib sama sepertinya. Terutama kedua orang tuanya yang begitu ia sayangi. Tanya tidak tahu lagi apakah masih memiliki alasan untuk hidup atau tidak jika mereka berdua telah tiada.

***

Di sebuah rumah, laki-laki kisaran 40 tahunan menatap pedang di hadapannya. Dia tersenyum puas karena sudah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Seumur hidupnya ia tidak pernah melihat pedang sebagus itu. Sepertinya legenda tentang kemampuan seorang putri yang menyelamatkan dunia bukan hanya isapan jempol. Sang putri pasti memiliki kemampuan yang luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat dari pedang yang dia gunakan saat perang melawan monster ribuan tahun lalu.

Sambil tersenyum pria itu mengelap pedang yang bersinar kebiru-biruan tersebut. Tidak lama setelahnya, seorang pelayan berpakaian jas hitam mengetuk pintu ruangan.

"Masuk!"

Pria yang baru datang itu menunduk hormat kemudian berkata, "Orang-orang yang dikirim oleh pimpinan pembunuh untuk membunuh nona muda Quinn tidak pernah kembali dari hutan malapetaka. Dia bertanya apakah tuan akan membayar mereka lagi untuk mencarinya?"

"Lupakan tentangnya. Hutan tersebut terlalu berbahaya. Tidak ada satupun orang yang pernah masuk terlalu dalam dan bisa pulang membawa nyawanya. Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk membayar mereka. Tidak perlu membayar lagi untuk mencari orang dengan persenan tinggi sudah mati."

"Saya mengerti. Saya akan memberitahu mereka sekarang."

Setelah menyelesaikan urusannya pelayan itu undur diri. Dia meninggal tuannya yang memiliki ekspresi cerah di sana.

"Kalau aku bisa menggunakan pedang ini. Tidak sulit bagiku untuk mengambil alih posisi pemimpin di klan. Mungkin saja aku juga tumbuh menjadi kuat dan membuat sepuluh klan paling berpengaruh tunduk," imbuh lelaki itu lalu tertawa terbahak-bahak.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Supriyono Susanto
mantab sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Siti Aziah
gagah , hensem sesuai dgn tuan puteri yg cantik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status