Share

bab 2

Author: Adaha Kena
last update Last Updated: 2022-12-13 12:43:43

Dalam perjalanannya menuju gunung es, lelaki tanpa pakaian itu berhenti sebentar di atas pohon. Dia menatap gunung es yang kurang lebih berjarak 20 kilometer lagi. Gunung es tersebut menjulang tinggi dan menembus awan hitam yang selalu berotasi di atasnya.

Memasukan energi roh lebih banyak ke tubuh fisik dia kembali melanjutkan perjalanannya.

Mengkombinasikan energi roh dengan energi fisik adalah kemampuan dasar seorang ahli beladiri. Mereka melakukan hal tersebut untuk meningkatkan kekuatan, mobilitas, dan mengurangi penggunaan energi fisik murni agar tidak cepat kelahan.

Sesampainya memasuki kawasan hutan mati. Walaupun di tanah terlihat berlumpur dan mengandung banyak air. Tapi hanya eksistensi seperti monster kuat yang akan ada di sana. Kawasan hutan mati meliputi radius 15 kilometer dari gunung es. Tumbuhan maupun hewan buas sekalipun tidak bisa bertahan hidup di sana.

Lelaki tersebut menatap beberapa monster yang berada di lintasannya. dia lalu berlari ke depan dan menghajar mereka secara membabi buta.

Sebagian dari monster tersebut lari setelah melihat betapa kuatnya lelaki itu.

Dia tersenyum puas lalu memandangi tangannya dengan penuh percaya diri.

"Ini benar-benar menakjubkan. Aku mengalahkan mereka dengan tangan kosong. Tidak salah menyebut diriku dewa."

Dia kemudian kembali berlari hingga mencapai gunung es. Ada lubang kecil di sana, lelaki itu masuk dan berhenti di depan sebuah pedang yang tertancap di dalamnya. Tanpa menggunakan banyak tenaga dia mencabut pedang tersebut dengan sangat mudah.

"Ini buruk!" ucapnya, wajah masam tidak bisa hilang dari ekspresinya.

Saat dalam perjalanan kembali pulang menuju dimana Tanya beristirahat. Lelaki tersebut mendengar teriakan beberapa manusia. Dari arah sumber suara tersebut, burung-burung menjauh. Dia cepat bergegas ke sana dengan niatan mengetahui apa yang terjadi. Tapi, semuanya terlambat. Lusinan mayat terkapar di berbagai tempat.

"Apa kau pelakunya?" tanya lelaki tersebut sambil mendongak menatap monster di hadapannya.

Monster hanya mengaum dengan keras. Walaupun tidak memiliki taring yang panjang. Tapi ia memiliki kulit tebal dan tanduk tumpul yang bisa merobohkan sebuah pohon. Kemungkinan besar mayat-mayat itu mati karena ditanduk.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau terlalu arogan untuk menentang seorang dewa!" ucapnya.

Lelaki tersebut menghindari serangan monster itu dan mencari celah untuk memukul tengkuknya. Detik berikutnya ia memegang kepala bertanduk tersebut dan memasukan energi roh ke dalamnya. Setelah menjauh kepala monster tersebut meledak.

Saat memeriksa satu persatu manusia-manusia yang terbaring. Tidak ada satupun di antara mereka yang masih memiliki napas. Dia memutuskan untuk mengambil beberapa pakaian mereka dan bergegas pergi.

***

Cukup lama Tanya menunggu namun lelaki tampan yang mengaku dewa itu tidak kunjung datang. Dia tidak berani menginjakkan kaki ke luar karena baru saja terdengar suara menyeramkan dari sana. Tanya segera menyembunyikan badannya di balik balok es saat langkah kaki terdengar semakin mendekat.

Walaupun dewa itu berjanji untuk kembali lagi. Tapi dia khawatir suara tersebut berasal dari orang-orang yang mengejarnya sampai ke hutan. Saat terlihat siluet laki-laki berpakaian serba hitam, Tanya menahan napas agar tidak bersuara. Namun dia langsung menghela napas lega ketika wajah itu dia lihat.

"Dari mana kau dapatkan pakaian dan pedang itu?"

Tanya berdiri menampakkan diri dengan nada menginterogasi.

"Aku rasa kamu juga mendengarnya. Seekor monster mengamuk tidak jauh dari sini. Saat aku ke sana beberapa manusia sudah terkapar tidak bernyawa. Karena aku tidak memiliki pakaian. jadi aku mengambil milik mereka. Dan soal pedang, aku mengambilnya di gunung es," jelas dewa tersebut, berikutnya dia melemparkan kain ke arah Tanya.

"Pakailah!"

"Tidak!" Tanya membuang pakaian itu dengan jijik. "Kamu pasti bercanda menyuruhku memakai pakaian bekas mayat. Apalagi orang-orang itu yang mengejar aku ke sini untuk menghabisi ku. Sekali lagi aku tegaskan aku tidak akan memakainya!"

Lelaki tampan itu menghembuskan napas. Seharusnya Tanya memikirkan keadaan tubuhnya sekarang. Bukan hal kecil semacam itu terlebih dahulu.

"Baiklah kalau kau tidak mau. Tapi jangan salahkan aku kalau sampai kau mengandung anakku. Kau terlalu menggoda untuk itu."

"Heh!" Mata Tanya melotot, dia berpikir sejenak dan memahami yang lelaki itu katakan, dia segera menyilangkan tangan di dada. "A-apa kau melihatnya? Aku akan membunuhmu kalau berani macam macam. Aku akan memakai i–itu ... jadi cucikan terlebih dahulu!"

"Mencuci? Apa kamu baru saja menyuruh seorang dewa mencuci?"

"Aku tidak peduli apakah kau seorang dewa atau semacamnya. Lakukan perintahku!" ucap Tanya dengan angkuh.

Detik berikutnya, Tanya merasakan teror menakutkan. Bulu kuduknya naik saat lelaki itu melepas auranya. Tanya seperti sedang dipaksa untuk menundukkan kepala.

"Jangan mengatakan hal semacam itu. Hanya ada satu orang yang boleh memerintahku!" bentak Dewa itu memperingatkan, dia menghapus seluruh kebaikan di ekspresinya.

"Haaaaaaaaa!" Tanya berteriak dan itu membuat lelaki tersebut sedikit tersentak. "Ayah! hiks hiks hiks," rengek Tanya sambil terisak.

Lelaki itu mencolok telinganya sendiri dengan jari kelingking.

"Hei ... bisakah kah kamu diam?" Dia menatap Tanya dengan masam. "Berapa umurmu?"

"Enam belas tahun hiks!"

"Diamlah! kalau kamu menutup matamu dengan tangan. Lalu apa yang bisa menghalangi mataku ke dadamu?" Nada suara dewa itu mulai menurun dan masuk ke telinga Tanya. Dia juga menjadi enggan memancarkan aura seorang tirani lagi mengingat reaksi Tanya.

Tanya membeku karena cepat sekali dewa tersebut mengganti ekspresinya yang dingin menjadi santai. namun, Dia cepat-cepat menutup dadanya menggunakan tangan saat sadar dengan perkataan itu. Nyatanya dia lupa ada sobekan di sana, ia merasa orang di depannya benar-benar kurang ajar.

"A-aku akan membunuhmu!" Mata Tanya yang masih sembab menatap dewa tersebut dengan marah. Ledakkan amarah itu membuat suaranya sedikit meninggi. "Da-dasar mesum!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   Tamat

    13 tahun kemudianDi sebuah apartemen bertingkat. Seorang wanita bercelemek abu-abu meniyicipi makanan di wajan. Dia tersenyum ketika makanan itu dirasa enak untuk dihidangkan sebagai menu sarapan. Kemudian, gadis kecil berusia kisaran 5 tahun keluar dari kamar mandi. Tanpa sehelai benang dia berjalan mengetuk kamar kakaknya. "Kak Ares! Giliran Kakak!" teriaknya. Tanya jadi menghela napas melihat anak perempuannya. Bagaimana bisa dia berkeliaran tanpa mengenakan handuk selepas mandi. Apa tubuhnya kebal akan rasa dingin? "Aaron!" Tanya berteriak, pagi-pagi begini dia sudah kewalahan menghadapi dua buah hati mereka sendirian. "Alice, keringkan badanmu lalu kenalan pakaianmu. Habis itu panggil papamu," pintanya. Gadis kecil itu menangguk. Setelah keluar dari kamarnya, dia memang mengenakan seragam tk-nya namun belum dikancing. Di tangannya menenteng rumpi biru ketika menuju kamar ayahnya. Ketika kembali, gadis itu sudah rapi dengan dasi dan pita di kepala. Di sampingnya ada seseorang

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 144

    Flashback ... setelah pertempuran di markas pembunuh ....Cotan mengatakan, jika Aaron ingin mengetahui siapa identitas dirinya, maka dia harus bertanya kepada Ares. Setelah menyelesaikan pertarungan dengan pimpinan pembunuh Aaron benar-benar menanyakan perihal tersebut. Dia bertanya siapa sebenarnya Ares dan apakah dia mengetahui sesuatu tentang apa itu Silva. "Akan aku jelaskan secara sederhana. Sepuluh klan saat ini adalah keluarga bangsawan seribu tahun lalu. Kau seorang Silva, seorang yang seharusnya bertakhta sebagai Kaisar dan berhak memerintah mereka dan dunia.""Bagaimana aku harus mempercayai jawabanmu?" tanya Aaron."Aku tidak begitu peduli soal kepercayaanmu. Kau bertanya siapa dirimu ... dan aku menjawabnya. Aku tidak memiliki bukti selain fakta kau mempunyai elemen api. Tentang siapa aku. Kalau jawabannya aku adalah leluhurmu. Apa kau tidak akan percaya juga?""Sudah jelas, kan? Akan terlalu konyol jika kau mengaku sebagai leluhurku. Lagian elemenmu adalah es."Ares tert

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 143

    PoV Tanya QuinnBeberapa bulan setelah perang berlalu... Tiada siapapun yang dapat menghentikan waktu. Ia terus melukis takdir meski beberapa manusia sepertiku enggan mengizinkannya. Dunia yang damai telah tercipta selayaknya keinginan Ares setelah mengorbankan diri. Dan, aku aman serta tetap hidup seperti harapan Ares dan kedua orang tuaku. Tanpa sadar masa-masa bersama mereka kian menjauh setiap detiknya. Sebenarnya banyak hal baik yang terjadi setelah perang berakhir. Mulai dari senyum abadi Kalista usai pernikahannya dengan Gilbert, invasi hutan yang lebih mudah, Imelda yang menemukan cintanya, hingga hal-hal kecil lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Aku sama sekali tidak membenci keadaan ini, sungguh. Senyum setiap orang semakin mudah diciptakan dan itu juga membuatku senang. Tidak ada lagi hal mengkhawatirkan yang mungkin dapat menyebabkan senyum mereka hilang. Manusia benar-benar berada di puncak kelegaan. Namun, sepertinya ada yang kurang dalam diriku. Ketakutan yang

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 142

    Pertarungan dasyat di belakang bukit berhenti menggetarkan medan perang. Monster abnormal yang sebelumnya mengarah ke kota Seal berhamburan ke sembarang arah. Sedangkan monster yang dapat berubah wujud sudah dikalahkan semua. Itu semua berkat strategi Gilbert yang luar biasa. Gilbert menghela napas legas karena Ares, Tanya, dan Aaron telah berhasil mengalahkan ratu monster. Dengan begitu perang telah usai, monster yang kehilangan pemimpin mereka kehilangan persatuan mereka. Terutama monster abnormal yang tidak dapat berpikir. "Istirahat!" tegas Kalista pada Gilbert yang berusaha tidak goyah. "Aku ingin tidur," jawab Gilbert memeluk Kalista. Membuat gadis itu menahan senyum. "Tidurlah, aku akan menjagamu."Kemudian beberapa pemimpin klan berkumpul. Di antaranya ada Alex Kairi dan Jivalov Finley. Kalista agak canggung dengan keadaan dirinya dan Gilbert. Apalagi setelah Aiden Quinn menghampiri. "Apa ada hal buruk yang terjadi pada Gilbert?" tanya Aiden Quinn. Kalista sedikit menund

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 141

    Wajah Ares sama persis seperti Robert ketika meninggal Tanya di bibir hutan malapetaka. Tanya merasa hatinya sangat tidak enak terasa, tetapi dia sudah mencapai batas. Tidak mungkin baginya untuk berusaha mengejar Ares yang kembali melanjutkan pertarungan. Pandangannya kian memudar dan dia merasa tidak akan bertahan di langit. "A—aron? Kau tidak apa-apa?" Tanya bertanya dengan wajah yang khawatir namun lemah. Kepala Aaron dialiri banyak darah. Sorot matanya redup tetapi senyum menampik kelegaan. Dia memeluk Tanya, sayap di punggungnya tidak lagi dapat dipertahankan. Sama seperti Tanya, remaja tersebut sudah mencapai batasnya. Kemudian dia memposisikan tubuhnya di bawah Tanya ketika mereka jatuh. Saat membentur tanah. Aaron sepenuhnya kehilangan kesadaran karena benturan yang keras. Tetapi dia sempat tersenyum karena berhasil melindungi Tanya yang berada di pelukannya saat jatuh. Untuk terakhir kali, dia senang berada di samping gadis itu. "Dia melindungiku?" Tanya berusaha mencapa

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 140

    "Seni api, Inferno Dragon!" seru Aaron. Naga lava api putih berkaki empat dengan sayap membentang mengejar Akira. Menyemburkan api sepanjang pergerakan yang menghanguskan semua target. Dari awan turun air bertekanan besar, memotong sayap naga tersebut hingga jatuh. Domain Tanya muncul di ujung perpindahan Akira dan menurunkan petir hitam. Akira terbang lebih tinggi setelah terkena serangan itu, namun tubuhnya dapat kembali pulih. Aaron menyerang bersamaan dengan Tanya. Pertarungan tiga orang di langit layaknya meteor berekor. Dua di antaranya sedangan mengapit satu target.Domain Tanya mengurangi kecepatan musuh sekaligus menambah kecepatannya. Sulit dipercaya Akira tetap bergerak lebih cepat dalam keadaan tersebut. Tanya menggertakkan gigi sebab beberapa moment dia masih bergantung pada perlindungan Aaron. Pedang Tanya mengeluarkan cahaya hijau yang menjalar-jalar. Akira memotong serangan Tanya yang datang dengan gerakan memutar. Ketika Aaron hendak melayangkan tebasan tiba-tiba,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status