Alyssa Harris berjalan di sebuah lorong dengan sepatu boot selutut yang solnya menggema lirih. Rok pendeknya berayun saat berjalan. Rambut gadis itu tergerai sempurna sampai ke pinggang. Dia berjalan dengan kepala tegak selayaknya seorang modal profesional. Di dadanya terdapat sebuah bros bunga mawar hitam yang cukup mencolok.Alyssa berhenti di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Pintu itu tertutup dengan ukiran bunga mawar besar di bagian tengahnya. Pada bagian atas pintu terdapat papan nama yang bertuliskan kepala sekolah.Setelah mengetuk pintu tiga kali, Alyssa mulai memutar knob dan membukanya. Dia melangkah ke ruangan sejuk beraroma mawar dengan berhati-hati agar ketenangannya terkendali.Saat Alyssa berbalik setelah menutup pintu, dia disambut dengan serangan jarum terbang yang melesat ke arahnya. Alyssa dengan sigap mengelak dan menghindari jarum-jarum tersebut. Roh summon Alyssa yang tersimpan dalam bentuk bros mawar hitam di dada segera melompat dan berubah wu
Eryk terseret masuk ke dalam sebuah lubang bercahaya yang menyerupai portal waktu. Eryk tidak tahu harus menyebut lubang cahaya itu dengan nama atau istilah apa. Eryk jatuh berdebum dengan sangat menyakitkan. Dia tidak siap dengan perubahan situasi dan tempat yang tiba-tiba. Saat sadar, dia sudah berpindah tempat dan kini berada di tengah-tengah lautan limbah elektronik dan mobil bekas.Eryk tidak tahu jika tempat pembuangan akhir Rockwool juga ada area khusus untuk penampungan limbah elektronik dan mobil-mobil bekas. Baru kali ini Eryk tahu tempat itu. Dia melihat gunungan sampah rumah tangga ada di sisi terjauh dari tempatnya berada. Sehingga Eryk yakin jika dia sudah kembali ke Rockwool.“Aw!” Lengannya tergores saat jatuh di atas tumpukan besi-besi tua dan berkarat.Gagak yang sama juga masih mengikuti Eryk. Dia bertengger pada tumpukan limbah mesin cuci beragam ukuran dan jenis.Eryk kesal melihat gagak itu. Dia segera melompat untuk menangkapnya saat sang gagak lengah. Tapi, bur
Saat terlempar, White berubah kembali ke dalam wujud seekor burung hantu putih. Tubuhnya berguling-guling di permukaan tanah yang keras. Eryk juga terlempar cukup jauh. Punggungnya bahkan sempat membentur beberapa rongsokan elektronik.Sang monster yang terbuat dari ban-ban bekas dan monster yang terbuat dari elektronik bekas datang dengan cepat dari dua arah yang berbeda. Mereka sama-sama menargetkan White dan juga Eryk.Di puncak gunungan bangkai mobil bekas, Alyssa berdiri dengan senyum menyebalkan. DURI duduk di bahu Alyssa dengan wajah tegang. Kedua tangan Alyssa bergerak cepat. Bersama-sama dengan Duri, dia menggerakkan kedua monster buatannya hanya dengan menggunakan gerakan tangan.Sang monster berlari dengan cepat mendekat ke arah Eryk. Kakinya yang terbuat dari kumpulan beberapa ban truk bekas yang sangat besar dan berat terangkat dan siap menginjak tubuh Eryk.Di sisi lain, monster yang terbuat dari elektronik bekas mengayunkan tinju untuk menghantam White yang terkapar. Sa
Eryk tersadar dari lamunannya. Dia sudah bergerak dan berpindah tempat dengan cepat untuk mengadang White yang akan menyerang Alyssa menggunakan sepasang cakarnya yang mencuat tajam.White bersuara keras dan menatap Eryk dengan sepasang mata dinginnya.“Apa yang kau lakukan, Eryk? Kenapa kau menghalangiku dari membunuh gadis ular ini? Dia sudah mencelakai dan membahayakan kita.”Eryk menyilangkan kedua cakarnya di depan dada untuk menghalau serangan White pada Alyssa. Otot-ototnya menegang menahan serangan dari sang roh summon burung hantu putih.“Aku mengikat perjanjian denganmu bukan untuk menjadi pembunuh. Alyssa mungkin memang menyerang dan mencelakai kita, tapi kita berhasil membuktikan bahwa kita bisa bertahan. Itu sudah cukup.”White melepaskan serangannya dan kembali ke wujudnya sebagai seekor burung hantu putih. Dia mengepakkan sayap dan bertengger di atas kulkas bekas yang penyok.“Sepertinya aku telah salah memilihmu sebagai summoner.” White menggerutu kesal. “Kau terlalu b
Eryk berdiri dengan kedua tangan terselip di saku celana. Tubuhnya yang jangkung terlihat menjulang di dalam kegelapan dan di atas tembok taman. Sang gagak terbang melingkar-lingkar tinggi di atas kepala lalu dia berteriak pada Eryk.“Kupikir kita akan mencari makan?”“Nanti!” balas Eryk dengan dingin.Pemuda itu berhenti di seberang penjara. Pohon beech tua membentang sampai ke tembok. Eryk nyaris tersembunyi di antara dedaunannya yang lebat.“Kenapa kau ke sini? Kau hanya membuang-buang waktu, Wayland! Lebih baik kita segera mencari makan. Kau sudah menjanjikan makan malam yang lezat untukku!” teriak sang gagak dengan kesal.Eryk sebelumnya mendengar suara-suara aneh dari menara penjara. Kini tatapannya beralih pada sebuah rumah yang berdiri di seberang penjara tersebut.Eryk terus menatap rumah besar yang dibangun berada di bawah bayang-bayang penjara. Sejak tinggal di taman terbengkalai, pada malam-malam ketika dia tidak bisa tidur, Eryk sering termenung di atas pagar dan memandan
Eryk mengendap-ngendap di sepanjang puncak tembok sambil terus mengikuti langkah pria bersetelan rapi di bawah sana.“Ini menggelikan,” ujar sang burung gagak. “Kau akan menempatkan kita semua dalam masalah lagi, seperti sebelum-sebelumnya.”Sedangkan White masih membisu, meski kepakan sayapnya terus mengikuti langkah Eryk dalam diam.Eryk mengabaikan gerutuhan sang gagak hitam. Mereka sudah mencapai ujung tembok dan lelaki bersetelan rapih itu berbelok ke kanan ke arah gerbang penjara. Untuk sesaat, Eryk panik. Dia tak bisa terus mengikuti pria itu tanpa terlihat. Tapi kemudian dia teringat sesuatu.Eryk melompat turun dari tembok dan berlari melintasi jalan yang gelap dan sepi. Pada saat itulah, White mulai penasaran dan ingin tahu apa rencana Eryk selanjutnya. Burung hantu itu mengepakkan sayap lebih kuat dan menyusul Eryk.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya White ketika terbang di atas kepala Eryk.“Akhirnya kau penasaran juga? Kupikir kau benar-benar tidak akan mau berbicara lagi
Perhatian Eryk kembali teralihkan pada gang gelap di bawah sana. Lelaki yang baru muncul dari dalam lubang inspeksi saluran air bawah tanah kini mendongak. Seketika rasa ngeri menyangkut di tenggorokan Eryk.“Ada yang salah dengan mulut orang itu,” ujar Eryk pada White dan juga si gagak yang bertengger di langkan. “Perhatikan mulutnya. Jika saja brewok di wajahnya dibersihkan, pasti akan terlihat jelas kalau mulutnya terlalu lebar. Seakan-akan pipinya terbelah dalam cengiran yang mengerikan.”Tatapan Eryk sangat tajam. Meskipun gang itu dalam keadaan remang-remang, dia bisa melihat semuanya dengan sangat jelas. Eryk sendiri baru menyadari ketajaman penglihatannya pada jarak jauh di malam hari seiring dengan kemampuannya mengerti bahasa burung.“Ya, dia lebih menyerupai Joker dalam versi brewok!” Sang gagak berusaha melucu, tapi suaranya terdengar sangat serak dan berisik.Sedetak jantung kemudian, Eryk tersadar bahwa itu adalah tato. Apa yang diguraukan oleh sang gagak tidak sepenuhny
Perut Eryk terasa seperti diaduk-aduk karena melihat pemandangan yang menakutkan itu. Rasa traumanya masih tersisa. Meski kini dia sudah memiliki kekuatan untuk mengendalikan roh summon, tapi turun langsung ke sana dan bersikap seolah-olah dia sebagai pahlawan adalah hal yang selalu Eryk hindari.Eryk masih terpaku dari tempatnya berada di atap. Turun ke bawah terasa jauh sekali. Dia pikir bisa sampai di bawah sana dengan beberapa lompatan, tapi setelah itu apa? Dia menelan ludah dan melangkahkan kaki melewati langkan.“Itu bukan urusanku!” gumam Eryk.“Ya, itu memang bukan urusanmu, Wayland. Sudah kukatakan sejak awal, sebaiknya kita pergi dari sini. Kau malah terus mengikuti pria itu. Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?” protes White.Ketika pertanyaan White meluncur masuk ke dalam kesadaran Eryk, pemuda itu kembali memfokuskan pikiran.“Kau benar, White. Tujuanku mengikuti Kepala Penjara Jarvis tidak lain hanya karena rasa penasaran. Dan entah ini suatu kebetulan atau bukan, aku