Setelah lelah berlatih, malam ini Martis berniat mengajak Edis dan Elnara untuk jalan-jalan keluar berniat ingin makan malam bersama. Mengingat kejadian terakhir kala itu, mereka urung makan malam bersama di kedai terkenal dengan makanan yang lezatnya karena berduel dengan dua petarung buronan Istana. "Elnara, Edis, malam ini ayo kita makan malam di luar. Oh iya, ajak juga Ibumu. Hitung-hitung ini adalah perayaan atas pencapaian latihan kita beberapa waktu terakhir. Lagi pula, kita memiliki banyak emas, kan?" Emas yang dimaksud Martis adalah hasil dari hadiah yang mereka dapatkan dari Istana Peri. Dan kali ini, pada malam ini mereka keluar berempat. Dan mereka langsung menuju ke kedai yang terkenal di desa mereka. Kemudian, setibanya di kedai itu, mereka berempat nampaknya kini sangat disegani. Semua yang berpapasan dengan mereka menyapa dengan senyum dan ada beberapa yang memberikan hormat. Hal ini terjadi berkat mereka yang berhasil mengalahkan dua petarung dalam duel beberapa wa
"Kepala Suku, aku setuju menjadi kandidat prajurit baru." Dengan penuh semangat, Elnara langsung menyetujuinya. Karena telah sepakat, esok harinya Martis dan Elnara tidak mau mengendurkan latihan mereka. Setiap pagi mereka langsung pergi ke ruang rahasia bawah tanah milik Elnara untuk terus mengasah kemampuan bela diri mereka berdua demi terpilih menjadi kandidat prajurit baru. Dan seminggu kemudian, latihan mereka membuahkan hasil. Di mana Elnara berhasil menguasai tahap kelima dari teknik Tapak Suci Peri. Sedangkan Martis, ia berhasil menguasai semua teknik itu. "Elnara, ambil ini." Martis ternyata memberikan buku teknik Tapak Suci Peri pada Elnara. "Guru...? Bukankah ini...?" Elnara sangat terkejut, ia sangat senang saat melihat isi buku yang Martis berikan. "Benar, ini adalah teknik Tapak Suci Peri versi lengkap. Kau jaga baik-baik buku ini. Aku memberikannya padamu karena aku telah menguasai teknik ini secara penuh. Jadi, kedepannya kau harus berusaha berlatih mandiri.
Karena merasa dipecundangi oleh Martis, Tetua Pertama sangat marah. "Martis! Beraninya kau menipuku...!" Dan akhirnya ia bersikap implusif. "Mati saja kau!" Melihat Tetua Pertama yang tiba-tiba mengambil tindakan implusif menyerangnya, Martis tentu saja tidak akan diam saja. "Jadi kau mau main kekerasan ya? Baiklah, aku ladeni. jurus Tapak Ketiga...!" Bam...! Tubuh Tetua Pertama langsung terhempas ke tembok ruangan. Saat melihat Martis menggunakan teknik Tapak Suci Peri, para Tetua lain dan Kepala Suku langsung berdiri dari duduknya. Mereka merasa terkejut dan juga terkesima. "Martis, kau benar-benar bisa menggunakan teknik Tapak Suci Peri? Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang yang menyaksikan duel kalian kemarin." Kepala Suku menghampiri Martis. "Iya Kepala Suku, aku memang bisa menggunakan teknik ini. Tapi jujur saja, aku masih belum menguasainya secara sempurna." Martis berkata jujur. "Bagus! Bagus sekali! Ternyata ada kesempatan, hahaha...!" Kepala Suku sika
Setibanya di kediaman Kepala Suku, Martis dan Elnara disambut dengan hangat. Ternyata di sana juga sudah ada para Tetua Desa juga. "Martis, Elnara, silahkan duduk." Kepala Suku menyuruh pelayan untuk menyuguhkan teh hangat segar. Setelah itu, Martis yang penasaran bertanya pada Kepala Suku. "Mohon maaf, Kepala Suku. Ada apa gerangan memanggil kami berdua kemari? Dan aku lihat, ada juga para Tetua Desa di sini." Kepala Suku tersenyum, dan menjawab, "Martis, ini berkaitan dengan dua orang yang pernah duel dengan kalian berdua beberapa hari lalu. Sebenarnya, mereka berdua itu adalah buronan Istana Peri." Kepala Suku menjelaskan kepada Martis bahwa dia telah berjasa pada Istana Peri karena dianggap membantu menangkap buronan. Dan kemarin, saat perwakilan Desa mereka mengirim dua orang buronan yang Martis kalahkan, mereka mendapatkan hadiah dari Istana Peri. Dan hari ini, Kepala Suku berniat memberikan hadiah itu kepada Martis dan Elnara. Karena yang mengalahkan dua orang buronan i
Pria itu terpental puluhan meter akibat pukulan Tapak Ketiga milik Martis. Jika tadi, Elnara menyerang pada musuhnya, namun Martis menyerang pada bagian perut lawan duelnya. Jadi, pria itu masih memiliki kesadaran. Namun, walaupun masih sadarkan diri, tapi tetap saja tubuhnya tak lagi mampu bergerak. Ia merasakan sekujur tubuhnya sakit semuanya. Sakit itu sampai ke tulang. "Bagaimana? Apakah kau masih ingin merasakan pukulanku?" Setelah berjalan mendekati lawannya, Martis jongkok dan menjambak rambut pria itu. Akan tetapi, pria itu nampaknya sudah tak lagi mampu untuk berkata-kata. Tubuhnya terasa sangat lemas akibat pukulan yang ia terima. Kemudian Martis mengangkat tubuh pria itu, dan ia berkata pada semua orang yang ada di sana. "Kalian semua, dengarkan aku! Lihatlah kedua orang ini. Inilah hasilnya jika berani memprovokasi kami. Jadi, untuk ke depannya, jangan sekali-kali berani menganggu Muridku dan Edis!" Plak! Martis mengimbuhi tamparan terakhirnya pada pria itu, da
Bam...!Dia pukulan saling beradu. Namun nampaknya Elnara mundur beberapa langkah. Itu karena perbedaan kekuatan antara mereka yang cukup signifikan."Elnara, hati-hati...!" seru Martis berteriak, ia khawatir dengan Elnara."Tenang saja Guru, aku baik-baik saja," jawab Elnara. "Ternyata kau juga memiliki teknik ini. Siapa Gurumu?" tanya Elnara yang kali ini penasaran."Hahaha...! Siapa Guruku, kau tidak perlu tahu! Yang harus kau tahu, hari ini adalah hari buruk bagimu!" Pria itu sekali lagi menyerang dengan agresif.Bam, bam, bam...!Pria itu menggunakan gerakan jurus lain. Itu membuat Elnara cukup tersudut kali ini.setelah beradu pukulan sekian puluh menit kemudian, akhirnya Elnara mendapat satu pukulan keras pada punggungnya."Elnara...!" teriak Martis, ia ingin mendekati Elnara."Jangan mendekat, Guru! Tolong jangan ganggu duelku. Aku baik-baik saja." Namun Elnara mengehentikan Martis.Martis akhirnya percaya dengan Elnara. "Kalau begitu Elnara, kau harus mengalahkannya. Gunakan