Share

3. Bertukar Pakaian

Byurr

Saat sedang asik berbincang dengan temannya, Hana dikejutkan dan sontak menghentikan langkahnya. Karena berjalan paling di ujung Hana bersenggolan dengan seseorang hingga orang itu menumpahkan minumannya. Semua teman Hana yang berjalan di sebelahnya melihat baju yang Hana kenakan sudah basah kuyup.

"Maaf," kata orang itu.

"Kamu enggak punya mata, ya! Enggak lihat sekarang baju Dr. Hana sudah basah kuyup seperti ini!" Mawar melihat ke arah baju Hana dengan terus marah.

"Oh, kamu yang tadi, kan? Sudah bikin kita enggak bisa pulang sekarang bikin kacau. Kayaknya memang kamu enggak punya mata!"

"Mawar, sudah," lerai Hana. "Aku enggak apa-apa kok. Ini cuma air."

"Tapi, Han. Ini anak baru ngeselin tahu, enggak!"

"Sudah aku enggak apa-apa," kata Hana tidak ingin membuat kekacauan lagi.

Mawar pun tidak melanjutkan lagi amarah yang menyala dalam dirinya dan memendamnya saja karena perintah Hana. Namun, tatapan nyalangnya tetap mengintimidasi pemuda itu sampai mengulitinya. Sayangnya yang ditatap seolah tidak memiliki respon dan hanya diam seolah tidak bersalah.

Bahkan dengan tidak bertanggungjawab sama sekali, pemuda itu berjalan melewati Hana dan Mawar. Meninggalkan mereka yang terlihat semakin kesal karena tingkah dan sikap pemuda itu yang tidak memiliki rasa hormat. Mawar sudah mengepalkan tangannya dan mau mengejar pemuda itu untuk memberinya tinjuannya. Tetapi lagi-lagi gerakannya dihentikan oleh Hana yang melarangnya.

"Kalian makan duluan saja, aku mau bersihin ini ke toilet."

"Mau aku temenin enggak?" tawar Mawar yang dibalas gelengan oleh Hana.

"Enggak perlu, kamu makan saja. Nanti aku nyusul kalau sudah selesai," jawab Hana.

Hana pun menarik diri, kemudian berjalan ke arah toilet untuk membersihkan bajunya. Kemeja putih yang dia kenakan sudah berubah menjadi coklat karena minuman pemuda tadi. Di depan cermin di toilet Hana melihat pantulan dirinya yang berantakan.

“Masyaallah, bajuku jadi begini,” keluhnya.

Tak ingin terus mengeluh, Hana melepaskan kemejanya dan membasuhnya. Hingga dia hanya mengenakan bra hitam yang melekat ditubuhnya. Setelah mencuci dan memerasnya, Hana memakainya lagi dengan keadaan basah.

Dengan menarik napas berat, Hana keluar dari kamar mandi. Dan lagi dia terkejut oleh orang yang sama. Pemuda tadi berdiri di depan toilet dengan tatapan anehnya.

"Astaghfirullah," bisik Hana dengan mengusap dadanya.

Hana melihat wajah pemuda tadi menatap dengan tatapan yang aneh. Hana memperhatikan lebih jelas lagi tepatnya pada jakun di lehernya yang bergerak naik-turun. Dan Hana melihat tubuhnya sendiri hingga sadar bahwa bajunya tembus pandang.

"Jangan keterlaluan kamu, ya! Lihat lihat sembarangan," gerutu Hana dengan menutupi dadanya menggunakan tangannya. Seolah sadar pemuda itu pun mengalihkan pandangannya.

"Saya tidak keterlaluan," bantahnya. "Kakak sendiri yang mengenakan baju basah."

"Ini semua karena kamu, ya! Jangan ngeles kamu!"

"Iya, iya. Nih! Baju ganti," balas pemuda itu dengan menyerahkan sebuah kemeja pada Hana.

Dengan ragu, Hana mengambil baju yang diberikan. Hana memilih ke arah pemuda tadi yang sudah bergerak menjauh tanpa melihat ke arah Hana. Baju di tangan Hana itu dilihatnya dan dengan segera Hana pun masuk kembali ke dalam toilet.

Tidak lama setelah berganti pakaian, Hana kembali lagi ke kantin. Hana mendekat ke arah temannya yang ternyata di sana ada Dion. Hana memperlambat langkahnya sampai Mawar menawarkan dia untuk duduk di sebelahnya tepat di hadapan Dion.

"Kenapa ada Pak Dion di sini?" bisik Hana bisik pada Mawar.

"Enggak tahu," balas Mawar dengan bisikan juga.

"Kenapa sih, perang!" Hana kaget bukan main karena bajunya ditarik oleh Mawar. Tak hanya Hana tapi semua yang ada di meja itu juga tersentak mendengar suara Hana yang keras.

“Aji,” gumam Mawar dengan membaca nama yang tertera di baju yang dikenakan Hana. Mendengar itu Hana juga ikut melihatnya. Matanya langsung membulat saat melihat nama yang terukir di sana.

Semua menatap Hana dengan tatapan penuh kekecewaan. Air liur Hana dia telan dengan susah payah karena tatapan semua yang dia tangani. Seharusnya dia tadi memeriksanya sebelum memakainya. Bolehkah Hana menyesal sekarang?

"Ini baju bocah tengil tadi?" tanya Mawar. Hana menantang tengkuknya yang tidak gatal dengan mengangguk pelan.

"Dia mengganggumu?" tanya Dion. Yang segera membalas Hana dengan melambaikan tangannya, membantah, "jangan, Pak."

"Lalu, kenapa kamu mengenakan pakaiannya?"

"Tadi kebetulan aja dia lihat bajuku kena tumpahan minuman, Pak. Jadi dia minjemin bajunya," kilah Hana.

Dion menatap Hana mencari harta karun di sana. Tetapi Hana menanggapi dengan tenang bahkan di bawah meja tangannya mencubit kaki Mawar. Saat Dion melihat ke arah Mawar, gadis itu tersenyum saja mengikuti permainan Hana.

Padahal Mawar kesal setengah mati saat nama Aji itu disebut juga dilindungi oleh Hana. Sedangkan Hana sendiri memilih mengalah dan melindungi Aji agar tidak ada masalah lagi yang berdampak pada teman-temannya karena emosi Dion yang labil.

"Ya, sudah kalau begitu. Kalian makanlah, setelah itu kalian boleh pulang." Dion berdiri dari duduknya.

"Yeyyyy!" Semua bersorak kegirangan.

"Pengecualian untuk Hana," tambahnya membuat senyum Hana luntur. "Karena Dokter Fardhan sedang cuti jadi untuk Dokter Hana mulai malam ini sampai dua bulan kedepan yang akan menggantikannya jaga malam."

Tidak menunggu jawaban Hana, Dion melenggang pergi begitu saja. Sedangkan Hana membatu di tempatnya karena keputusan sepihak. Tubuhnya lemas tapi di pikirannya yang terlintas hanya Arya, suaminya.

Dia berharap sisa malamnya bisa dia habiskan bersama dengan Arya. Dengan mencoba memperintens hubungan di antara keduanya agar apa yang diharapkan segera diberikan oleh Allah. Tapi mendengar penuturan Dion tadi, sepertinya dia harus menunggu cukup lama lagi.

**

Duar

Tabrakan beruntun

"Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Baharu. Dengan suster Susi di sini," kata seorang suster penjaga saat berbicara dengan seseorang di sambungan telepon.

"Baik, kami akan bersiap!"

Begitu panggilan terputus, semua yang berjaga di UGD malam ini menatap suster tadi. Seolah paham tanpa pendukung itu katakan, semua orang mengerti dan mengambil posisi mereka masing-masing.

"Di mana dokter Hana?" tanya suster tadi pada seorang perawat lain.

"Dokter Hana sedang sidak pasien, suster Susi." Perawat tadi menjawab sambil melewati suster Susi dengan membawa nampan berisi beberapa peralatan medisnya.

"Terima kasih perawat Anita," ucapnya dengan buru-buru menghubungi seseorang.

Cukup lama menunggu panggilan terjawab, suster Susi menatap seluruh ruangan dengan gelisah. Bagaimana tidak di sana hanya ada dua dokter jaga dan tiga perawat. Sedangkan dia mendapatkan panggilan dan informasi bahwa ada empat korban kecelakaan yang akan dibawa ke sana.

"Hallo dokter Hana," katanya begitu suara dokter yang dimaksud menyapa telinganya. "Segera kembali ke UGD karena kita akan kedatangan empat korban kecelakaan!"

Tatapan horor suster Susi dapat dari rekan-rekannya. Mendengar ucapan suster Susi membuat mereka kalang kabut. Semuanya bergerak cepat mempersiapkan tempat dan keperluan yang dibutuhkan.

Sampai pintu UGD dibuka lebar, semua yang berjaga di sana menuju ke arah pasien yang baru diturunkan dari ambulans. Semua perawat dan dokter yang berjaga menghampiri pasien yang didorong masuk ke dalam UGD. Ada empati pasien dengan luka yang sangat parah.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
viviana_yukata
bisa Kak kan ada Hana
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
cuma dua dokter n 3 perawat gmn bisa beresin yg kecelakaan bkln ribet nantinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status