Share

Penggoda Suamiku, Ternyata Sekretaris Pribadi
Penggoda Suamiku, Ternyata Sekretaris Pribadi
Penulis: Angdan

1. Pertengkaran Malam Pertama

“Kenapa kamu terlihat tidak senang di hari bahagia kita ini, Barnett?” tanya wanita berpakaian pengantin modern sembari memeluk pria dari belakang.

Pria mengenakan setelan jas hitam melepas, mengibaskan tangan kasar dan mendorongnya dengan mata yang menaruh kebencian pada wanita itu.

“Alexa, ingat ini! Pernikahan kita hanya sebatas perjodohan tidak lebih!”

“Kenapa memangnya kalau sebatas perjodohan?”

“Biasanya tidak bertahan lama.”

“Tidak bertahan lama tergantung pribadi terhadap pasangan. Ada juga menikah dengan pilihan sendiri, tapi berpisah juga.”

“Jangan sok tahu!” bantah Barnett menatap tajam.

Alexa menggambarkan pernikahan yang tidak langgeng. Namun, diacuhkan olehnya dengan melepas jas hitam lalu tiduran di sofa. Alexa memandangi suaminya yang tidur di sofa dengan alis bertautan.

“Kamu tidak mau melakukan hubungan suami istri?”

Barnett membuka mata dengan kedua alis yang menyeringai seraya mengamatinya dari atas hingga bawah lalu tersenyum miring dan duduk.

“Ngaca dulu sana!”

“Kenapa? Ada yang salah?”

“Tidak ada hasrat sama kamu.”

“Kenapa? Kamu jijik sama aku?”

“Iya, ngaca sana dan jangan mengajakku bercinta!” hardik Barnett melotot lalu keluar dari kamar hotel sambil membanting pintu.

Alexa tertegun mendengar kalimat yang dilontarkan oleh suaminya. Bagaimana tidak, semua wanita pasti sakit mendengar kalimat seperti itu di saat yang seharusnya menjadi malam yang bahagia. Ia mengira Barnett menerima perjodohan karena mencintainya, tetapi hanya harapannya saja yang terlalu besar.

Butiran bening mengalir di pipi pertama kali karena seorang pria. Ia terduduk di tepi ranjang dengan tatapan lurus ke cermin untuk memperhatikan dirinya sendiri.

‘Kenapa kamu tega, sangat membenciku dan tidak sudi menyentuhku? Apa yang salah dariku?’ tanyanya dalam batin dengan derasan air mata yang menetes di pipi.

Isak tangisnya tak kunjung henti sambil melepas semua pakaian dan mengganti pakaian. Riasan wajah yang mempercantik dirinya pun dihapus tanpa bercermin karena tak ada gunanya.

“Sudah ganti pakaian,” kata Barnett yang dari luar berjalan sempoyongan menuju sofa.

Kesedihan wanita itu tidak hanya pada kalimat yang menyesakkan, ia melihat Barnett meminum minuman keras sambil menengadahkan kepala di sofa dengan tangan menari dan tertawa. Ia mengambil botol minuman itu dari tangannya dan membuat Barnett terbangun yang menampakkan mata merahnya.

“Kembalikan botol itu sekarang!”

“Tidak!”

“Jangan membuatku marah!” Barnett meringis sambil memegang kepala.

“Minuman ini dilarang untuk dimininum.” Alexa menyembunyikan botol minuman di balik punggungnya.

Barnett berdiri lalu merampas botol minuman dan meminumnya. Alexa berusaha mengambil botol itu, tetapi didorong keras olehnya hingga kepala terbentur di lantai.

“Dasar kuno!”

Barnett kembali meminum minuman keras sambil tiduran di sofa, memejamkan mata dan sesekali tertawa. Entah apa yang ada dalam pikirannya sampai tampak bertingkah sedang berimajinasi tentang hal kedewasaan atau cara dia memperlakukan seseorang.

Kepalanya terasa sakit dan pandangan menjadi ganda. Beberapa kali menutup dan membuka matanya untuk menormalkan penglihatan. Dua menit lamanya posisi badan telungkup dan wajah masih mengarah ke lantai, terdapat garisan pendek berwarna merah di depannya.

Alexa memegang dahi sebelah kanan dan terasa perih. Jari telunjuk pun terdapat darah. Badan dibangunkan perlahan lalu menoleh ke arah Barnett yang menikmati minumannya.

Perlahan tubuh diberdirikan dengan rasa sakit luar biasa di kepalanya. Ia melangkah ke arahnya yang terus menerus meminumnya hingga tersisa sedikit. Botol minuman direbut dan dibuang ke lantai hingga pecah.

“Apa-apaan kamu!”

“Kamu tidak punya telinga kalau minuman itu dilarang untuk diminum?!”

“Aku mendengarnya, tapi kamu tidak berhak membuang minuman!”

“Aku berhak untuk melakukan itu karena kamu adalah suamiku.”

“Ganti minuman itu!”

“Tidak mau.”

“Dasar, wanita kampung!” geram Barnett lalu merebahkan badan di sofa dan tidak ingin ribut dengannya lagi.

Alexa menelan semua perkataan kasar dan sikap acuh tak acuhnya. Ia bisa membalas semuanya dan ingin sekali memukul seluruh badannya dengan kemampuan bela diri yang dimiliki. Namun, semua itu tidak dilakukan dan memilih diam atau adu mulut dengan air mata yang berderai.

Entah makhluk apa yang ada di dalam dirinya sampai menghina fisik, padahal ia mencintai Barnett saat pertama kali melihatnya di kantor. Baginya, dia adalah pria sempurna sehingga tidak ada harapan untuk bisa menikahinya.

Kehidupan Alexa dan Barnett sangatlah berbeda. Alexa tinggal di rumah sederhana yang dipenuhi peralatan zaman dahulu, sabuk karate mulai dari pemula hingga paling tinggi, piala dan piagam emas dari berbagai ajang kompetisi. Barnett tinggal di istana megah yang penuh dengan pendingin ruangan dan fasilitas yang memadai, piagam gelar sekolah dan foto keluarga yang manis.

Entah takdir apa yang terjadi dalam hidupnya yang menikahi CEO perusahaan teknologi terbesar di Indonesia. Sungguh tidak percaya dengan kehidupannya saat ini meskipun dia bersikap dingin.

Cinta Alexa bertepuk sebelah tangan, tetapi tidak membuatnya menyerah untuk meluluhkan hati suaminya selama tidak ada perempuan dalam hidupnya dan singgah di hatinya. Jika itu terjadi maka ia melepaskan Barnett.

Wanita yang memiliki nama Alexa Cassandra bukanlah wanita sembarangan. Ia adalah petarung hebat dan handal, tetapi memiliki hati yang lembut.

Alexa mengobati luka di dahi dan diberi plester karakter doraemon. Ia melirik waktu di handphone yang ternyata sudah memasuki tengah malam.

Ia menyelimuti tubuh suaminya dengan selimut dan memberikan bantal di kepala. Ia merebahkan tubuh di atas kasur dengan piyama panjang sambil melentangkan kedua tangan dan berusaha menutup matanya perlahan. Nada dering panjang berbunyi keras dan berkali-kali, ia mengambil handphone dan terdapat nama Frank Halton, sahabat semasa kecil lalu mengangkat panggilan masuk itu.

“Ada apa, kamu telpon malam-malam?”

“Aku hanya memastikan kamu baik-baik saja atau tidak.”

“Tenang saja, aku aman.”

“Bagaimana malam pertamanya? Sudah dilakukan atau belum? Kasurnya rusak, tidak?”

“Kepo, kamu menghubungiku hanya tanya itu aja?”

“Iya.”

“Kurang ajar. Kamu mengganggu malamku bersama suamiku. Sudah, aku tutup dulu dan jangan telpon lagi.”

Alexa menutup panggilan itu sebelum dia melanjutkan pembicaraan yang lain. Ia meletakkan handphone di kasur lalu menatap Barnett yang tidur. Paras tampan yang tersorot sinar lampu berwarna oranye terlihat jelas.

Pertama kali memandangi wajahnya dengan jelas dan durasi yang panjang. Tidak ada yang menghalangi wajah dengan ciri khas hidung panjang dan alis yang tebal.

Alexa bersyukur dan senang bisa menikahi CEO yang menjadi idola di kantornya meskipun tidak ada malam pertama dan tubuh terasa sakit sekali akibat perlakuan Barnett. Namun, satu sisi terdapat ketakutan terbesar di hati dan pikirannya atas ucapannya tentang pernikahan yang tidak bertahan lama.

“Apakah kamu punya wanita lain? Apakah kamu bisa mencintaiku dan memiliki keturunan dariku?” tanya Alexa yang penuh harap sembari menatap sendu wajahnya.

Komen (14)
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Hmm... Barnett, jangan sampe nyesal kamu udah ngabaiin Alexa ya
goodnovel comment avatar
Rakhmad
duh.. nggak tega lihat alexa
goodnovel comment avatar
dian muh
kasihan kamu alexa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status