Share

2. Permintaan

“Siapa yang menelponmu semalam?”

“Kenapa kamu tanya itu? Bukankah kamu tidak sudi denganku?” Alexa membalikkan pertanyaan untuk Barnett dengan ketus.

Barnett menutup koper kasar sampai bunyi lalu meletakkannya di lantai dan menghampirinya. Ia melirik sepatu fantovel mengkilap sudah berada di sampingnya lalu berbalik badan sambil menarik pegangan koper.

“Aku tidak sudi denganmu kalau kamu menyentuhku!”

“Terus kamu tanya buat apa? Pertanyaan itu artinya kamu peduli denganku?”

“Tidak, jangan besar kepala! Aku berhak tahu siapa pun yang berhubungan denganmu.”

Alexa menghela napas panjang saat teringat kejadian semalam yang menghina dan mengataiku sesuka hatinya.

“Jika itu maumu maka aku juga harus tahu siapa pun yang berhubungan denganmu.”

“Oke.” Barnett memenuhi permintaannya.

“Dia adalah sahabatku sejak kecil, namanya Frank Halton,” jawab Alexa sambil menarik koper lalu keluar dari kamar.

Alexa bersiap-siap untuk keluar lebih dulu dari Barnett, tiba-tiba masuk kembali seraya menarik koper dan mempercepat langkahnya menuju Barnett terhadapnya sampai membuatnya terkejut dan mundur selangkah.

“Ada apa? Kamu lihat setan?”

“Tidak. Orang tuamu sedang berjalan ke kamar kita sambil membawa koper dan barang bawaannya. Aku minta sekali lagi aja sama kamu, boleh?”

“Apa?”

“Kalau di depan orang tuamu, kita harus terlihat baik-baik saja, ya agar mereka tidak curiga. Tunggu, aku tahu kalau kamu tidak sudi disentuh olehku, tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu, tapi setidaknya berjalan bersama, bekerja sama dan terlihat baik-baik saja. Mau, ya, aku mohon.” Alexa memohon kepada Barnett untuk menyetujui permintaannya sambil menatap lamat.

“Ba—”

“Eh, pasutri lagi ngobrol, bagaimana malam pertama kalian? Menyenangkan dan … pastinya menyakitkan untuk Alexa, ya.” Mama Barnett saling menambahkan dan menimpali perkataan untuk menggoda pasangan suami istri yang baru menikah.

Alexa dan Barnett terkejut sambil berbalik badan dan menampakkan senyuman yang dibuat-buat bahagia. Barnett reflek memeluknya dari samping hingga membuat jantung Alexa berdegup dengan kencang.

“Hah?” Alexa bingung harus menjawab apa dan hanya menyengir.

“Tuh, kan jadi malu. Mama jangan to the point seperti itu.”

Pertanyaan yang menodong untuknya membuat mereka tidak bisa menjawab dan reflek menjawab tiga huruf sambil menyengir. Orang tua Barnett sudah meluncurkan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab olehnya.

“Mama penasaran dengan suasana kamar kalian. Mama masuk.”

Mama Barnett meninggalkan koper di depan kamar dan masuk ke kamar. Dia menoleh ke kasur untuk pertama lalu menoleh ke arah Alexa dan Barnett dengan membelalakkan mata.

“Kenapa kasurnya rapi?”

Alexa dan Barnett saling bertatapan saat Mama Barnett menanyakan hal privasi dan membuat jantungnya berdegup kencang. Celaka sudah, saat Mama mertua menoleh ke kasur yang tidak berantakan. Alexa menggigit bibir dan menaikkan kedua alis padanya.

“Bagaimana ini? apa kita jawab jujur saja?” tanyanya lirih.

“Kenapa kalian tatapan? Pertanyaan Mama tidak dijawab?”

Alexa dan Barnett memalingkan wajahnya lalu tersenyum lebar dan mengigit bibirnya. Bagaimana harus menjawab pertanyaan mertuanya itu? Mau tidak mau harus berkata jujur dari pada berbohong.

“Ti—”

“Ti? Ti apa?”

“Tindihannya pelan-pelan, Ma dan juga baru dirapikan sama Alexa tadi setelah bersiap-siap.” Barnett memotong ucapan Alexa secepat kilat.

“Ah, begitu. Baguslah. Mama ingin cepat-cepat punya cucu kembar dan banyak dari Alexa yang manis dan mandiri.”

Mama Barnett percaya dengan ucapan anaknya yang tidak lama keluar dari kamar dan menghampirinya. Barnett memeluknya lagi dari samping sambil tetap melebarkan senyuman dan menunjukkan barisan gigi.

Permintaan Alexa untuk kedua kali tidak sia-sia. Dia ternyata bisa diajak bekerja sama untuk berpura-pura tidak terjadi sesuatu di antara mereka.

“Aamiin, Ma. Mama mau pulang?”

“Iya. Mama mau pulang dulu karena Papa juga mau mempersiapkan toko kue yang launching besok.”

“Wah, semoga lancar dan sukses, ya, Ma, Pa.”

“Aamiin. Kalian mau langsung kerja? Tidak melanjutkan cuti?” tanya Mama Barnett yang melihat pakaian Alexa dan Barnett.

“Iya, Pa.”

“Kamu jangan khawatir, Barnett. Kerjaan di kantor bisa Papa kendalikan. Jadi, kamu bisa melanjutkan bulan madu kalian. Jangan pikirkan kerjaan,” sahut Papa Barnett.

Alexa dan Barnett terdiam dalam hitungan detik saat pemilik perusahaan teknologi terbesar berbicara dan meminta untuk melanjutkan cuti. Mereka tidak bisa mengelak dari Reynard Madison karena memiliki jadwal seluruh karyawan di perusahaannya.

“Barnett dan Alexa sebenarnya mau melanjutkan cuti, tapi … Barnett harus mengajarkan Alexa tentang bisnis perusahaan,” kilah Barnett yang masih memeluknya.

“Tapi, tugas itu sudah ada yang menjadi penanggung jawabnya. Jadi, kamu tidak perlu repot.”

“Sudah, biarkan mereka berdua di kantor dan serahkan perusahaan itu pada Barnett karena dia sudah menjadi pewaris tunggal di sana. Percayakan semuanya pada dia, Pa. Barnett tidak ingin jauh dari Alexa. Jadi, berikan kesempatan untuk Barnett dalam memimpin perusahaan itu agar Papa bisa fokus mengurus bisnis kue kita yang perlu lebih diperhatikan,” sanggah Mama Barnett sambil mengelus lengan suaminya.

“Baiklah.” Reynard menghela napas panjang.

“Kalian berangkat kerja dan biar nanti koper kalian dibawa ke rumah kalian yang baru. Sepulang kerja nanti akan ditunjukkan rumah kalian sebagai hadiah pernikahan.”

“Rumah baru?” tanya Alexa terkejut mendengar hadiah pernikahan yang besar.

Mereka kompak mengangguk dengan senyuman yang sangat lebar. Alexa tidak mengetahui hal penting selama ini. Antara bahagia dan sedih saat diberi hadiah pernikahan yang sangat berharga dan mahal.

‘Apakah menikah dengan orang yang berlebihan harta selalu diberikan hadiah mewah dan spesial? Atau hanya aku yang beruntung dan pertama kali mendapat hadiah mewah?’ tanya dalam hati sembari menatap mertuanya yang sangat baik.

Mama dan Papa mertua memeluknya erat sambil mengelus punggung dan mengelus kepalanya lembut. Pelukan mereka seperti orang tuanya. Wanita yang sedari mengoceh dan menunjukkan kebahagiaannya bernama Amanda Jovanka.

“Jaga, kasihi dan sayangi Alexa, ya, Barnett. Ibu dan ayahnya menitipkan dan menyerahkan kepadamu sepenuhnya karena percaya bahwa kamu mampu membahagiakan dia.” Mama Barnett berpesan pada Barnett.

Barnett terpaku dan terdiam saat mamanya berpesan seperti itu. Alexa tahu bahwa Barnett tidak akan meng-iyakan pesan ibunya karena sangat jijik dan telah mendapatkan penghinaan fisik yang luar biasa.

“Mama tidak perlu seperti itu pada Barnett. Dia pasti melakukan itu untuk Alexa,” jawab Alexa tegas sembari menatap mama mertuanya.

“Baik. Barnett berjanji akan jaga, kasihi dan sayangi Alexa. Mama jangan khawatir,” jawab Barnett terpaksa.

Alexa menoleh ke arahnya dengan membelalakkan mata. Ia tidak menyangka bahwa Barnett menerima dan berjanji untuk pesan ibu mertuanya dalam menjaga, mengasihi dan menyayanginya.

Alexa tahu bahwa semua itu tidak tulus dari hatinya dan terpaksa karena ingat dengan ancaman papanya. Ia tidak ingin membohongi orang tua dengan cara berpura-pura menjaga, mengasihi dan menyayangi.

“Kenapa kamu menjawabnya seperti tidak meyakinkan?” tukas Mama Barnett yang tampak bisa membaca pikirannya.

“Mama meragukan Barnett?” tanya Barnett.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
dian muh
dasar lelakiiiiidasar lalakiii
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
Janjinya tidak tulus
goodnovel comment avatar
Cindi82
Ayo Alexa goda Barnet
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status