Sampai kemudian mereka tiba di dalam kamar, Mahesa membaringkan tubuh Athalia di kasur. Tanpa basa-basi lagi, bibirnya langsung membungkam bibir Athalia, memagutnya dengan penuh napsu.
Athalia sendiri hanya bisa menikmati permainan Mahesa. Tangan lelaki itu tidak tinggal diam. Mahesa mengusap bagian-bagian kesukaannya di tubuh Athalia.
"Aku akan menghapuskan jejak sentuhan Ayaz di tubuhmu. Sebelum kontrak kita habis, tidak boleh ada satu orang pun yang menyentuh tubuhmu. Aku harus menghapuskan sentuhan Ayaz, hingga malam ini kau hanya akan merasakan sentuhanku saja di tubuhmu," bisik Mahesa di depan wajah Athalia.
Athalia pasrah, ia menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Mahesa. Athalia membiarkan Mahesa menelusuri leher jenjangnya dengan menggunakan bibir. Lantas lelaki itu kembali berbisik.
"Apa Ayaz juga menyentuh bagian ini?" tanya Mahesa lagi, meraba leher Athalia lalu mengusapnya dengan gerakan lembut.
Athalia mengangguk pela
"Haha ... Kau apa? Ingin memberiku pelajaran? Heh?" ulangnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ayaz mengangkat dagu, menatap Mahesa dengan wajah menantangnya."Jangan pikir hanya karena kau adalah pemegang sabuk hitam, jadi aku akan takut denganmu? Asal kau tahu, Mahesa. Aku sama sekali tidak takut dengan semua ancamanmu. Karena bagiku, kau tidak lebih dari seorang pengecut," cetus Ayaz yang sukses membuat kedua tangan Mahesa mengepal semakin erat."Kurang ajar kau! Aku akan menutup mulutmu hingga kau tidak akan pernah bisa bicara lagi!" habis sudah kesabarannya, Mahesa segera menarik tubuh Ayaz dan mendorongnya hingga punggungnya menubruk tembok."Aarghh ... " meringis, Ayaz merasakan sakit di bagian punggungnya.Belum sampai di sana, Mahesa sudah memukul rahangnya, meninju pipinya, lalu meninju bagian perut Ayaz dan membuat Ayaz terbatuk seketika."Kau lah yang pengecut, Ayaz! Kau yang pengecut. Selama in
Leuwis memang sudah mulai memosisikan Ayaz sebagai CEO di perusahaannya, sementara dia sendiri menjadi direktur utama. Lebih lagi, Leuwis telah memperkenalkan Ayaz di hadapan kolega kerja serta kliennya.Di mana Leuwis akan menaruh wajahnya andai mereka melihat kasus Ayaz di televisi? Tidak! Ayaz tidak boleh dipenjara.“Mahesa! Jangan masukan Ayaz ke penjara! Aku juga akan pastikan kalau Ayaz tidak akan melaporkanmu ke polisi. Asal kau tetap menjaga nama baik Ayaz dan perusahaanku.”Mendengar itu, Ayaz langsung menoleh dengan raut tidak setujunya ke arah Leuwis.“Pa!” Ayaz hendak menyela, ingin protes.“Diam! Jangan berbuat hal yang bodoh! Keputusanku adalah yang paling benar. Kau tidak boleh melaporkan Mahesa atas penganiayaan ini. Dan Mahesa juga tidak akan melaporkanmu.”“Tapi Mahesa sudah membuatku mengalami luka serius seperti ini. Aku ingin membalasnya dengan menjebloskannya ke dala
Mendengar itu, Mahesa pun membungkam bibirnya. Dia hanya menarik nafas kasar tanpa berani bicara apapun lagi. Tahu Mahesa sudah menyerah, Atalia pun melengkungkan sedikit senyum di bibirnya. Dia senang karena akhirnya lelaki itu mengalah padanya.Selain karena enggan berdebat dengan Athalia, Mahesa juga merasakan sakit di punggungnya semakin luar biasa. Tetapi sebagai lelaki, dia tetap menahannya hingga tampak biasa saja.“Darimana kau mendapatkan luka separah ini di punggungmu? Apakah kau habis kecelakaan?” Atalia tidak tahan lagi untuk bertanya. Sekarang ia sudah duduk di samping Mahesa yang memunggunginya.Mahesa tetap diam, enggan menjawab pertanyaan Athalia. Dia tidak ingin Athalia tahu kalau sebenarnya luka itu didapatnya karena Mahesa baru saja memberikan pelajaran kepada Ayaz.“Ya. Aku habis mengalami kecelakaan kecil. Jadi kupikir tidak perlu berangkat ke dokter. Aku masih bisa bekerja dengan baik.” jawab Mahesa deng
"Mahesa ... Tolong hentikan! Hentikan!" Athalia gelisah kegelian, menggeleng-gelengkan kepalanya. Mahesa sudah bermain di bawah sana dan membuatnya semakin tidak bisa menahan diri.Mahesa menarik sebelah ujung bibirnya, tersenyum miring. Dia selalu suka saat melihat Athalia tidak tahan dengan sentuhannya."Katakan kau menginginkanku! Katakan kau milikku! Baru aku akan menghentikannya," pinta Mahesa pada Athalia.Dengan cepat Athalia menjawab."Aku menginginkanmu, aku milikmu, Mahesa!" jerit Athalia, membuat Mahesa semakin puas menatap wajahnya yang cantik itu.Kemarin Mahesa masih kesal pada Athalia. Hingga dia pun memutuskan untuk pisah kamar. Namun, setiap kali tidur tanpa sosok Athalia di sampingnya, Mahesa tidak pernah bisa memejamkan mata, hatinya selalu resah.Lebih lagi hasratnya sebagai seorang lelaki, terus memuncak dan menanti untuk dipuaskan. Siapa sangka ternyata Athalia justru datang ke kamarn
Athalia sendiri tertegun di tempatnya, matanya menatap terkejut pada Baron yang balas menatapnya dengan wajah berang."Sudah. Waktu besuknya sudah habis. Sebaiknya Anda pulang saja, Nona!" ucap salah satu dari kedua polisi itu pada Athalia, sebelum kemudian mereka menuntun Baron untuk kembali ke balik jeruji besi yang akan menahannya.Athalia berjalan keluar dari kantor polisi itu, wajahnya terlihat kuyu, ada segelintir rasa kasihan di hatinya. Tapi rasa kasihan itu akan percuma jika diperuntukkan pada orang yang tidak tahu diri seperti Baron."Athalia! Sayang!""Kak Athalia! Kakak baik-baik saja, 'kan?"Athalia menoleh saat mendengar ada yang memanggil namanya. Ternyata Narsih dan Yasna juga datang ke kantor polisi. Mungkin mereka mendapat kabar dari Mahesa kalau Baron masuk penjara.Narsih dan Yasna baru saja sampai, mereka segera lari dan memeluk Athalia. Athalia yang merasa rapuh pun membalas pelukan mereka,
Sedang Athalia mengerutkan dahi mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut lelaki itu."Aku adalah orang yang terang-terangan. Aku tidak mau menerima ucapan terima kasih saja darimu. Kau harus memberiku imbalan yang pantas kudapatkan. Baru aku akan menerima ucapan terima kasihmu itu." kening Athalia semakin berkerut bingung, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Mahesa katakan."Imbalan apa yang kau maksud? Apa yang kau inginkan dariku? Kau tahu sendiri kalau aku bukan lah orang kaya sepertimu. Aku tidak bisa memberimu imbalan uang, perhiasan, atau pun jam tangan mewah," cerocos Athalia mengutarakan keberatannya terhadap ucapan Mahesa.Demi mendengar apa yang Athalia katakan, Mahesa mengepalkan sebelah tangannya di depan mulut, menahan kekehannya."Memangnya siapa yang bilang kalau aku meminta jam tangan mewah, perhiasan, dan uang darimu? Tidak ada, 'kan? Lagipula aku ini adalah seorang pemimpin perusahaan. Kekayaanku s
"Tentu saja. Jika aku datang ke sini, orang yang ingin kutemui pasti Mahesa. Jadi kurasa kau tidak perlu bertanya lagi." Athalia bingung, wajah Kiran terlihat ketus padanya, wanita itu melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam ruang kerja Mahesa.Melihat kehadiran Kiran yang tidak pernah diundangnya, Mahesa berdecak kesal dan menyentak bolpoint ke atas meja sebagai tanda kekesalannya."Apa kabar, Baby? Aku sangat merindukanmu, Mahesa. Apa kau juga merindukanku?" dengan lancang, Kiran menghampiri Mahesa dan memeluknya dari samping, lalu bibirnya mengecup bibir lelaki itu di depan Athalia.Sontak saja Athalia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, hatinya berdenyut sakit, ia cemburu melihat Mahesa yang berciuman dengan Kiran.Karena tak ingin menambah sakit di hatinya, Athalia pun memilih keluar dari ruangan bossnya itu dan membiarkan mereka berdua di sana.Seperginya Athalia, Mahesa mendorong tubuh Kiran hingga
"Nah, sekarang kemejamu sudah rapi. Ayo, kita berangkat sekarang!" Kiran tersenyum pada Mahesa, lantas kembali mengapit lengan kekarnya dan berjalan meninggalkan Athalia yang tercenung di kursinya.Bola mata Athalia bergerak memperhatikan punggung Mahesa yang berjalan di samping Kiran. Kiran merasa dadanya sesak, seolah ada benda berat yang menghujam dadanya."Mahesa akan pergi makan siang dengan Kiran? Apakah mereka berdua sudah menjalin hubungan sekarang?" gumam Athalia.Mendesah pelan, matanya melirik ke arah kalender meja yang setiap tanggalnya, selalu ia beri tanda silang. Tangan Athalia meraih kalender itu, kemudian ia memberi tanda silang di tanggal hari ini.Melihat banyaknya tanda silang yang mulai memenuhi bulan april, membuat Athalia menelan salivanya berat."Dulu saat pertama kali aku menjadi teman tidurnya Mahesa, aku berdoa semoga waktu satu bulan itu cepat berlalu agar aku bisa lepas dari jeratan Mahesa.