“Maaf, hari ini aku tidak bisa menemanimu untuk membeli apa yang kamu butuhkan, supir akan mengantarmu. Pilihlah beberapa pakaian yang bagus agar majikanku menyukaimu. Gunakan saja kartu yang sudah aku berikan untuk membayar,” kata Tomshon.
Sadar jika tidak mempunyai pakaian yang layak, maka Laura mengangguk setuju.
“Selamat beraktivitas Tomshon. Jangan khawatirkan aku karena aku akan belanja sangat banyak dan memanfaatkan kartumu dengan baik. Aku tidak bertanggung jawab jika kartumu mencapai limit,” gurau Laura sambil tersenyum penuh arti.
Tomshon tersenyum mendengar perkataan Laura. “Selamat bersenang-senang. Tiga hari lagi, kita akan bertemu.”
“Apakah itu berarti selama tiga hari ini, aku masih boleh menginap di hotel mewah itu lagi?” tanya Laura penuh harap.
“Tentu saja.”
Mendengar hal tersebut, Laura melompat kegirangan. Lagi-lagi Tomshon dibuat tersenyum oleh tingkah gadis polos itu.
Supir Tomshon menurunkan Laura di sebuah butik yang dia yakini semua barang yang ada di sana pasti sangat mahal. Awalnya Laura menolak, tetapi supir mengatakan jika Tomshon disuruh mengantarkannya ke sini.
“Aku tidak yakin akan cocok di tempat seperti ini,” ujar Laura.
“Datang saja dengan penuh percaya diri, Anda memiliki apa yang dibutuhkan,” balas supir itu karena tahu jika Laura memiliki akses penuh dari kartu yang Tomshon berikan, tetapi tentu saja Laura tidak menyadarinya.
Saat memasuki butik, mata Laura menyapu semua koleksi pakaian yang ada di sana, mulutnya ternganga menatap semua koleksi di sana. Bukan hanya karena keindahannya tetapi juga karena harganya yang selangit.
Bahkan rok santai yang Laura kira harganya murah ternyata sampai jutaan. Takut kartu kredit Tomshon limit, akhirnya Laura hanya membeli satu gaun dan beberapa pakaian ganti secukupnya serta satu sepatu. Itu pun Laura sudah menghabiskan ratusan juta, yang nilainya sudah bisa untuk membeli satu rumah kecil seperti miliknya.
Hal lain yang paling mengejutkan adalah ketika dia menunjukan kartu yang diberikan Tomshon untuk membayar semua belanjaannya, tiba-tiba semua karyawan butik tersebut langsung membungkukkan badan.
Hal tersebut mengejutkan Laura dan membuatnya tidak nyaman. Bahkan belanjaan Laura dibawakan mereka sampai ke mobil. Belum pernah dia belanja dengan pelayanan seperti itu.
“Aneh,” batin Laura sambil mengerutkan keningnya.
Sepertinya dia memang tidak cocok menjadi orang kaya. Dia lebih suka berinteraksi bebas dengan semua orang. Perlakuan yang dia terima saat ini, membuatnya seakan berada di kelas yang berbeda sehingga orang segan untuk berinteraksi dengannya.
“Apakah semua orang kaya diperlakukan seperti itu?” tanya Laura pada sopir yang mengantarnya.
“Itu karena mereka menghargai uang Anda,” jawab sopir itu.
“Aku merasa tidak nyaman, bukankah lebih enak jika kita bisa ngobrol bebas seperti ini?” curhat Laura.
Sopir itu tersenyum melihat kepolosan Laura. “Anda akan merasakannya nanti dan akan terbiasa dengan hal tersebut.”
“Sampai kapanpun aku tidak akan terbiasa dengan perlakuan seperti ini,” gumam Laura.
Setelah hari yang melelahkan, dia akhirnya bisa kembali ke hotel dan menikmati ranjang yang dirindukannya. Ranjang mahal yang belum sempat dia manfaatkan dengan baik.
*
“Masuk!” kata Nicholas saat pintu ruangan di ketuk dari luar, dia sudah tahu siapa yang datang menemuinya.
Pria itu duduk dengan aura dominan dan mulai hari ini dia sudah mengganti namanya menjadi Dave demi melancarkan rencana yang tidak masuk akal bagi Tomshon.
“Jadi apakah kamu telah menemukan gadis yang cocok untuk menjadi istriku?” tanya Dave saat Tomshon sudah dihadapannya. Tanpa menjawab, Tomshon menyerahkan satu map dokumen ke hadapan pria itu.
“Aku sudah menemukan calon istri untukmu. Tiga hari lagi hasil kesehatannya keluar. Jika hasilnya bagus, aku akan membawa gadis itu sebagai calon istrimu,” Tomshon menjelaskan.
“Kamu hanya mengajukan satu wanita dan kamu yakin aku akan setuju?” tanya Dave meragukan pilihan Tomshon.
Mendengar hal tersebut membuat Tomshon bertanya dalam hati, Tuannya itu sebenarnya sedang mencari seorang istri atau merekrut karyawan?
“Ya, aku hanya mengajukan satu gadis dan yakin kamu akan menyukainya,” jawab Tomshon dengan penuh percaya diri.
Tanpa ekspresi, Dave kemudian membuka map yang ada di depannya. Keningnya mengernyit sejenak tetapi mukanya tetap datar sehingga Tomshon tidak bisa membaca ekspresi
“Semua detil tentang gadis itu ada di dokumen yang kamu pegang. Satu hal yang tidak tertulis di sana, jika gadis tersebut belum tersentuh sama sekali oleh seorang pria. Jadi, aku berharap, kamu bisa melakukan dengan lembut saat melakukannya pertama kali nanti,” lanjut Tomshon yang diam-diam mengkhawatirkan gadis polos tersebut.
Seketika Dave menegakkan kepala dan menatap Tomshon dengan tajam. “Aku menyuruhmu untuk mencarikanku istri, bukan mengguruiku. Kamu tidak perlu mengajariku tentang apa yang harus aku lakukan pada istriku, terutama urusan ranjang,” balas Dave dingin menanggapi perkataan Tomshon.
“Maafkan aku,” kata Tomshon cepat karena sadar telah melakukan kesalahan.
“Kamu boleh pergi sekarang, aku akan membaca dan mempelajari dokumen yang kamu berikan,” kata Dave dingin.
“Aku permisi dulu,” kata Tomshon yang segera berlalu dari hadapan Dave.
Dave kembali menelusuri dokumen yang Tomshon berikan. Saat pertama membuka map tersebut, foto seorang wanita dengan sepasang mata amber menatapnya. Rasa hangat tiba-tiba menelusup masuk ke relung hatinya yang dingin, tetapi Dave mengabaikan rasa itu dan melanjutkan menelusuri identitas gadis tersebut.
“Laura Aurelie, nama yang tidak begitu buruk” gumam Dave. Beberapa detik kemudian, bibir Dave menyunggingkan senyum. Pantas saja Tomshon sangat melindungi Laura, ternyata ada ikatan emosi di sana.
Tomshon memperlakukan gadis tersebut seperti memperlakukan Dave, hanya karena mereka berdua sebatang kara di dunia ini, tanpa orang tua. Bahkan nasib Laura lebih tragis karena harus hidup dengan papa tirinya yang pemabuk dan penjudi berat.
Utang papanya menggunung hingga rela menjual putri tirinya untuk menutupi semua hutangnya. Dibanding Laura, nasib Dave jauh lebih beruntung. Dave berkelimpahan harta dan tidak perlu memikirkan apa yang harus dia makan dan pakai.
“Kamu pikir orang kesepian bisa cocok dengan orang kesepian juga?” gumam Dave ditujukan untuk Tomshon, meski dia tahu jika Tomshon tidak mungkin mendengarnya.
Dave paling tidak suka dikasihani hanya karena dia anak yatim piatu, karena itu dia selalu dingin pada siapapun terutama pada Tomshon, walaupun sebenarnya dia sangat menyayangi Tomshon, bahkan hanya pria itu satu-satunya orang yang dipercaya di dunia ini.
Kesetiaan Tomshon padanya, tidak pernah diragukan, namun tatapan kasihan yang sering pria itu tujukan membuatnya menjadi sangat kesal.
Masih dengan ekspresi dingin, Dave kembali menelusuri dokumen Laura. “Gadis cerdas,” gumamnya lagi saat melihat riwayat pendidikan Laura.
Ada ketertarikan yang dia rasakan terhadap gadis yang identitasnya sedang dipegang tersebut. Meskipun umur mereka terpaut sangat jauh bahkan hampir sepuluh tahun, hal tersebut malah membuat Dave merasa tertantang.
“Sepertinya akan menarik menikah dengan gadis ingusan dan polos,” gumam Dave yang kemudian menutup dokumen Laura dan melemparkannya begitu saja di samping meja kerjanya.
Dia segera mengesampingkan masalah tersebut dan kembali berkutat dengan pekerjaan karena disitulah dunianya yang membuatnya bisa bertahan menghadapi dunia saat mama dan papanya meninggalkannya sendiri di dunia ini.
Desahan terdengar saling bersahutan, Tyrone belum pernah merasakan sesuatu yang luar biasa seperti yang dia rasakan saat bergerak bersama Rebeca, padahal istrinya bukan wanita yang berpengalaman.Kamar yang biasanya sepi, malam ini penuh dengan lagu dan musik, tercipta dari desahan dan hentakan tubuh mereka. Peluh membuat tubuh keduanya lembab dan licin, membuat gerakan mereka semakin indah.Udara di sekeliling menjadi panas, padahal pendingin ruangan berfungsi dengan baik. Gerakan Tyrone yang mengentak tajam membuat pertahan Rebeca runtuh.Gerakan Rebeca yang begitu alami, membuat Tyrone terhentak. Rasanya begitu pas dan serasi, kehangatan dan kelembutan milik wanita itu menyiksanya dengan kenikmatan yang luar biasa.Tyrone menatap wajah istrinya yang bergerak di bawah kungkungannya, seirama dengan hentakan yang dia ciptakan. Kulit Rebeca meremang merah, nafasnya terengah dengan mulut setengah terbuka. Matanya terpejam dengan ekspresi penuh dengan gairah.Jantung Tyrone berdetak kenc
“Bukankah suami harus diberi hadiah kecupan pagi agar harinya penuh semangat?” goda Tyrone.“Peraturan dari mana itu? Bahkan di peraturan pernikahan tidak tertulis hal seperti itu,” sanggah Rebeca.“Peraturan dariku,” jawab Tyrone singkat.“Ciih ... Ada-ada saja. Lepaskan Tyrone! Nanti kamu terlambat.”“Aku adalah putra pemilik perusahaan, terlambat sedikit tidak akan menjadi masalah bagiku.”“Apakah kamu sedang membanggakan kedudukanmu saat ini?”“Tentu saja. Apa yang Tuhan berikan dalam hidup ini wajib kita syukuri dan banggakan.”“Dasar pria sombong.”Tepat setelah Rebeca mengatakan hal itu, bibir Tyrone melumat bibir istrinya lembut, mengecapnya dari bibir atas berpindah ke bibir bawah kemudian menelusup masuk ke dalamnya. Ciuman lembut itu berubah menjadi ciuman rakus saat dia mendengar desahan halus Rebeca terlepas dari tenggorokannya.Tidak puas dengan bibir istrinya, bibir Tyrone bergerak ke leher dan terus turun ke bukit indah milik Rebeca. Dengan mudah dia menyingkap gaun ti
Rebeca harus menahan nafas melihat Tyrone keluar dari kamar mandi. Tubuh bagian atas suaminya tidak tertutup apa pun, membuat inti miliknya memanas. Apalagi saat menatap wajah Tyrone yang kelihatan lebih segar. Tetesan air membasahi rambut dan tubuhnya. Dia harus menahan saliva karena tubuh sempurna suaminya tersebut.Tyrone mendekati Rebeca untuk mengambil pakaian yang sudah disiapkan istrinya, saat jari mereka bersentuhan, sesuatu seakan menarik keduanya untuk saling mendekat.Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bibir mereka sudah menyatu dan saling melumat dengan lembut dan menggoda. Tangan Rebece mencengkeram kuat pakaian Tyrone yang dia bawa. Tanpa berniat untuk menghindar, menyambut lumatan bibir Tyrone dengan senang hati.Tyrone tidak bisa menahan gairahnya lagi saat menyentuh jari Rebeca. Dia mengecup sekejap bibir istrinya dan ternyata wanita itu tidak menghindarinya, Rebeca malah tersenyum seolah menyukainya.Mendapat lampu hijau, Tyrone langsung melumat bibir istrinya yang
Paginya jeritan suara wanita mengagetkan tidur Geofrey. Saat membuka mata, Geofrey tidak menemukan istrinya di dalam pelukannya. Dia langsung beranjak dari ranjang dan berlari ke sumber suara tersebut.Geofrey terkejut saat istrinya berdiri di depan pria yang hanya menggunakan celana boxer seperti dirinya. Bahkan tubuh bagian atasnya tampak terbuka. Letichia masih berdiri dengan menutup muka.“Tyrone, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Geofrey dengan nada tinggi.Goefrey langsung menarik tubuh istrinya dan mendekapnya. Rahangnya mengeras karena Letichia hanya menggunakan jubah tidur, mengingat malam panas yang mereka lalui. Beruntung tubuh istrinya terlindungi oleh jubah tidur itu.Letichia bisa bernafas lega, saat masuk ke dalam dekapan suaminya dan merasa terlindungi.“Aku numpang tidur di sini,” ujar Tyrone santai.“Pakai bajumu, jangan membuat istriku takut karena penampilanmu itu,” kata Geofrey yang geram pada unclenya sendiri.“Maafkan aku. Aku tidak tahu jika kalian sedang b
“Rebeca sangat marah saat tahu kenyataan yang sebenarnya. Dia merasa kami membohongi dirinya, berniat menjualnya padamu hanya untuk uang,” kata Mama Rebeca menjelaskan kondisi Rebeca.“Dia selalu menyimpulkan sesuatu terlalu cepat dan menyakiti dirinya sendiri dengan pemikirannya,” ujar Tyrone.“Kami harus bagaimana, Nak? Aku dan Ronald tidak ingin merepotkanmu dengan sikap manja Rebeca. Jika memang dia terus bersikap keras, kamu boleh menceraikannya.”“Apa yang Mama katanya? Jika kami menikah untuk bercerai, maka dari awal aku tidak akan menikahinya.”“Tapi kamu akan tersakiti dengan sikap Rebeca.”“Tenang saja aku masih bisa menanggungnya, jangan pikirkan aku. Rebeca jauh lebih memerlukan perhatianmu. Apakah Mama membutuhkan Rebeca untuk menemani Mama selama masalah Papa belum selesai? Dia bisa tinggal di sini sementara waktu,” ujar Tyrone.“Tidak, Rebeca harus ikut bersamamu. Dia sekarang adalah istrimu dan kamu harus membawanya pulang ke rumah kalian. Masih ada beberapa pelayan ya
Dia melanjutkan langkah kakinya menuju kamar, langkah terhenti saat mendengar bunyi barang berjatuhan dan gelas yang pecah dari dalam kamar Tyrone. Terdengar jelas jika pria itu sedang menghancurkan apa pun yang ada di dalam kamar tersebut.Tangannya sudah terulur untuk membuka pintu kamar Tyrone, tapi seketika dia mengurungkan niatnya karena tahu kesalahan yang dia perbuat. Dia berlari masuk ke kamar lalu menutup pintunya rapat-rapat.Dari balik pintu dia duduk di lantai dan menangis sambil menyentuh pergelangan tangannya yang masih terasa sakit karena cengkraman tangan Tyrone.Malam itu ada dua hati yang terluka karena satu sama lain tidak saling percaya, maka ketulusan hati pun tidak akan terlihat. Mereka hanya bisa saling melukai satu sama lain.Pagi harinya, Rebeca bangun saat pelayan yang sama yang dulu melayaninya masuk ke kamar. Dengan pertanyaan yang sama seperti yang dulu dia tanyakan pada wanita itu, Rebeca menanyakan nya kembali.“Apakah Tyrone sudah bangun?”“Sudah Nyonya