Beranda / Romansa / Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang / Bab 7. Penampilan Anggun Menambah Rasa Percaya Diri

Share

Bab 7. Penampilan Anggun Menambah Rasa Percaya Diri

Penulis: Dera Tresna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 05:43:25

Hari ini adalah hari ke lima semenjak pemeriksaan kesehatan Laura dilakukan, tetapi Tomshon belum juga datang untuk menemui gadis itu.

Laura mulai bosan terkurung di kamar hotel yang mewah tanpa melakukan kegiatan apa pun selain makan, minum dan tidur serta berkeliling di area hotel. Dia tidak bisa pergi jauh karena anak buah Tomshon selalu mengikutinya saat dia keluar dari kamar.

“Apakah aku memiliki penyakit yang mematikan sehingga kemungkinan pernikahan ini dibatalkan? Atau wajahku terlalu jelek sehingga majikan Tomshon tidak menyukaiku? Lalu aku harus pergi ke mana jika pernikahan ini dibatalkan?” batin Laura.

“Wait! kenapa aku jadi menginginkan pernikahan ini?” gumamnya lagi tidak habis pikir dengan isi kepalanya yang mulai tidak masuk akal.

“Jika pernikahan ini dibatalkan, aku harus mencari pekerjaan. Aku yakin Tomshon bisa mencarikanku pekerjaan yang baik,” ucapnya lagi untuk menenangkan diri.

Suara ketukan pintu kamar, membuat tubuh Laura terlonjak kaget dan lamunannya pun buyar.

“Itu pasti Tomshon!” teriak Laura penuh semangat sambil berjalan mendekati pintu kamar lalu membukakannya.

Senyumannya hilang dan raut kecewa terlihat jelas di wajahnya ketika tahu yang berdiri di depannya adalah orang asing yang tidak dikenal. Ada tiga orang, dua pria dan satu wanita. Baik Laura maupun ketiga orang tersebut saling menatap dan terdiam untuk sejenak.

“It's beautiful!” Tiba-tiba si wanita berteriak sambil menepukkan tangannya.

“Penampilannya terlalu lugu, kelihatan sekali kalau dia tidak pernah berdandan,” kata salah satu pria di depan Laura.

Laura semakin tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, sampai akhirnya pria yang dari tadi diam, mulai mengeluarkan suara.

“Selamat pagi, Nona, kami datang kemari atas perintah Tuan Tomshon. Nona diminta menghadiri suatu acara dan kami akan membantumu mempersiapkan diri,” kata pria tersebut.

“Acara apa?” tanya Laura bingung.

“Kami kurang tahu. Kami hanya punya waktu kurang dari dua jam untuk mendandanimu. Jadi, sebaiknya kita bergegas,” jawab pria itu.

Belum sempat Laura berbicara dan menanggapi perkataan orang itu, tiba-tiba wanita di depannya menarik tangannya dan mendudukkannya ke kursi yang menghadap ke dinding kaca. Wanita tersebut memperkenalkan diri bernama Adel. Sedangkan kedua pria lainnya memperkenalkan diri sebagai Sam dan Mike.

Sam mulai memoles wajah Laura sedangkan Adel mulai menata rambutnya. Mike sendiri berdiri jauh dari mereka bertiga dan terlihat sedang menyiapkan sebuah gaun. Laura menebak jika itu adalah gaun yang harus dia pakai.

Apakah dia akan ke pesta dansa dan mereka bertiga adalah para peri yang sedang mendadani dirinya agar menjadi cantik dan mempesona?

“Apakah nanti aku akan memakai sepatu kaca? Aku akan meninggalkan sebelah sepatuku di tengah malam nanti agar pangeran menemukanku,” batin Laura membuat Adel, Mike dan Sam menghentikan kesibukan mereka sejenak dan tertawa.

“Tenang saja. Kami akan membuatmu mudah ditemukan oleh sang pangeran tanpa kamu harus meninggalkan sebelah sepatumu,” kata Sam menjawab perkataan Laura.

Laura hanya tertawa mendengarnya, suasana berubah menjadi hangat, mereka saling bergurau, dan tertawa karena sikap Laura yang hangat dan menyenangkan.

Laura terkagum melihat wanita di depannya dan itu adalah bayangannya sendiri di cermin. Bagaimana bisa Mike menyiapkan gaun yang sangat indah dan pas sekali di tubuhnya. Gaun merah panjang dengan belahan sampai paha membuat Laura tampak elegan dan tinggi. Kaki jenjang yang putih dan mulus terpampang jelas saat dia melangkah.

Kecantikan Laura semakin menonjol dengan bantuan make up natural Sam dan tatanan rambut Adel. Mereka memang paket komplit yang bisa membuat wanita itu menjadi Putri Cinderella.

“Apakah aku sudah secantik Putri Cinderella?” tanya Laura.

“Kamu lebih cantik dari tuan putri manapun Nona Laura,” jawab Adel.

“Benarkah? Itu karena tangan ajaibmu Adel yang membuatku menjadi cantik,” puji Laura.

“Kamu sudah terlahir cantik. Aku hanya membantu menonjolkan kecantikanmu saja. Aku tidak mengubah apa pun yang sudah kamu miliki, kamu memiliki kecantikan alami,” jawab Adel.

“Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mengubahku menjadi Putri Cinderella,” tandas Laura.

“Wait! Sepatu kacamu,” seru Mike sambil berlari mencari sesuatu di tas besar yang dia bawa.

Mike mendekati Laura dengan sepatu cantik berwarna merah yang senada dengan gaun yang dipakainya.

“Ini bukan sepatu kaca, tetapi sepatu paling indah yang penah aku lihat dan aku pakai,” kata Laura seakan mau menangis menatap kagum sepatu tersebut.

“Pakailah! Buat dirimu menjadi sempurna,” kata Mike.

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, Mike,” kata Laura merendah membuat Mike tersenyum mendengarnya.

Tidak sampai dua jam, Laura sudah turun menemui Tomshon yang datang menjemput. Tomshon merasa puas melihat penampilan Laura saat ini. Dia yakin Dave akan menyukainya.

Wanita itu memiliki kecantikan yang alami, tanpa make up tebal yang berlebihan. Tubuhnya indah, lebih indah dari sekedar seksi. Sebagai seorang pria, Tomshon pun mengaguminya.

“Kita akan bertemu dengan calon suamimu. Kamu bisa memanggil dia Dave,” kata Tomshon sambil menggandeng tangan Laura dengan sopan dan berjalan meninggalkan hotel.

“Apakah itu berarti aku lolos dan mengalahkan semua kandidat yang kamu rekrut?” tanya Laura begitu polos.

Tomshon tertawa dalam hati, pernikahan seperti apa yang akan mereka jalani? Baik Dave maupun Laura seakan tidak menganggap serius pernikahan itu. Dave menganggap pernikahan seperti mencari seorang karyawan, sedangkan Laura menganggapnya seperti sebuah perlombaan untuk mengalahkan yang lain.

Hanya waktu yang akan menguji mereka. Apakah mereka akan berakhir dengan sebuah perceraian atau malah mendapatkan cinta sejati?

“Ya, kamu berhasil mengalahkan semua kandidat yang ada. Sakarang tugasmu adalah memenangkan hati Dave,” kata Tomshon.

Padahal tidak ada kandidat lain yang dia ajukan pada Dave, hanya Laura. Tomshon berharap, gadis inilah yang akan menjadi pelabuhan terakhir Dave.

“Baiklah, ayo kita temui Dave dan melihat apa yang dia katakan tentangku. Berkat orang-orang yang kamu kirim, aku menjadi percaya diri dengan penampilan baruku yang mempesona,” ucap Laura dengan penuh rasa percaya diri.

Mendengar perkataan Laura, Tomshon seketika menghentikan langkahnya. “Apa yang membuatmu tidak percaya diri sebelumnya? Kamu cantik dan aku yakin, kamu juga cerdas,” selidik Tomshon.

“Itu saja tidak cukup, jika hidupmu tidak pernah beruntung. Hal tersebut sudah cukup mematikan kepercayaan diriku karena aku tidak pernah beruntung sepanjang hidupku,” kata Laura dengan raut muka yang berubah menjadi sedih.

“Jika begitu, mari kita jemput keberuntunganmu,” ucap Tomshon.

“Baiklah, semoga keberuntungan menyertaiku,” sambung Laura sambil tersenyum.

Mereka segera memasuki mobil dan menuju tempat yang akan mengubah hidup Laura untuk selamanya.

Laura memasuki gedung megah seperti gedung kepresidenan. Keningnya berkerut, tidak mungkin ada pesta di gedung seperti ini. Dia hanya diam dan terus mengikuti langkah Tomshon. Entah kenapa bibirnya terkunci meskipun hanya untuk sekedar bertanya.

“Kamu tunggu di sini, sebentar lagi Dave akan menemuimu,” kata Tomshon yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan lemah oleh Laura. Tomshon kemudian meninggalkannya seorang diri dengan rasa gugup.

Mata Laura mulai melayangkan pandangan, meneliti setiap sudut ruangan. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang karena gugup. Seorang pria memasuki ruangan tempatnya menunggu.

Laura tidak bisa melihat wajah pria tersebut karena pria tersebut memakai topeng. Mereka hanya saling menatap dan meneliti satu sama lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 154. Meski Sayang Butuh Pelajaran

    “Fernando, hentikan! Kamu bisa membunuhnya.” Joselie yang tidak mau pergi dari ruangan tersebut melepaskan diri dari dekapan putranya lalu berlari mendapatkan suaminya, tetapi tegurannya diabaikan oleh Fernando.Tomshon langsung menarik dan memegang tubuh Fernando untuk menahan pria itu.“Lepaskan aku, Tom! Biarkan aku membunuhnya!” geram Fernando diliputi amarah.Tangis Joselie semakin keras mendengar perkataan suaminya. Nicholas langsung menarik dan memeluk Mamanya kembali.Untuk beberapa saat, Joselie menangis di pelukan putranya. Setelah keadaan agak tenang, Nicholas membawa Mamanya menjauh dan pergi ke kamar. Tomshon pun menarik tubuh Fernando dan membawanya pergi dari ruangan tersebut.Saat Tomshon dan Fernando melewati ruang keluarga, Gabriella terkejut karena melihat tangan Fernando berlumuran darah. Susan yang melihatnya langsung berlari mendekati suaminya.“Apa yang terjadi dengan Fernando?” tanya Susan khawatir.“Fernando baik-baik saja. Panggil pengawal dan suruh Gabriella

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 153. Eksekusi

    Pagi harinya dengan muka lelah, Austin dan Gabriella sampai di depan rumah yang sangat besar. Melihat rumah tersebut, Gabriella hanya terdiam dengan mulut ternganga.“Benarkah ini kediaman Pierre?” tanyanya pada suaminya.“Ya, ini adalah kediaman Pierre,” jawab Austin, menyakinkan Gabriella.“Rasanya seperti sedang berada di sebuah istana modern. Aku tidak menyangka ada rumah sebesar ini.” Gabriella masih terkagum dengan rumah di depannya.“Ayo kita masuk!” ajak Austin yang kemudian diikuti oleh Gabriella di belakang.Mereka melangkah memasuki teras rumah keluarga Pierre. Dengan sedikit ragu, Austin mengetuk pintu besar rumah tersebut.Tidak lama kemudian terlihat seorang pelayan membuka pintu. Setelah Austin memperkenalkan diri, pelayan itu berkata, “Tuan Fernando telah menunggu Anda, silakan masuk. Barang-barangnya biarkan di sini saja, nanti saya yang akan mengurusnya.”Austin dan Gabriella mengikuti langkah pelayan tersebut yang membawa mereka ke sebuah ruangan. “Tuan, Nyonya, Tua

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 152. Pencarian Belum Berakhir

    Hari berikutnya, Austin dan Gabriella mulai mencari keberadaan Olivia. Mereka pergi menuju ke alamat yang diberikan Grace. Dengan jantung berdebar, Austin berdiri di rumah berwarna putih dengan taman yang cantik yang berada di depan rumah tersebut.“Apakah kamu sudah siap menemuinya?” tanya Gabriella.“Apakah aku mempunyai pilihan? Siap tidak siap, aku harus menemuinya sekarang, agar urusan kita cepat selesai. Semakin kita menundanya, maka beban yang harus aku tanggung semakin berat.”Gabriella mengangguk mengiyakan apa yang suaminya katakan.Austin mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali, tapi rumah tersebut tampak sepi. Dia memutuskan untuk mengetuk terakhir kalinya, jika belum ada juga yang membukakan pintu untuknya, maka besok dia akan datang kembali.Tepat saat Austin menurunkan tangan, pintu di depannya terbuka. Seorang gadis cantik terlihat di balik pintu sambil menatap Gabriella dan Austin dengan heran.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya gadis itu.“Apakah benar ini rumah ke

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 151. Bukan Sebuah Kebetulan

    “Mandilah dahulu, aku akan memesan makanan untuk kita,” kata Austin pada Gabriella setelah mendapatkan kamar.“Baiklah aku akan mandi terlebih dahulu,” Gabriella mengiyakan perkataan suaminya.Dia masuk ke kamar mandi dan melepas semua pakaian, mengatur suhu air sehingga menjadi hangat. Saat air hangat itu membasahi tubuhnya, semua rasa lelahnya terasa menguap dan tubuhnya terasa segar kembali.Gabriella terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.“Astaga Austin, kamu mengagetkanku. Jantungku serasa mau copot,” tegur Gabriella.Bukannya meminta maaf, Austin malah sibuk mengendus tengkuk Gabriella. Dengan sigap, dia membalikkan tubuh istrinya sehingga berhadapan dengan dirinya.Mata Gabriella terbelalak saat tahu jika Austin tidak memakai apapun seperti dirinya. Dia yakin setelah ini mandinya pasti akan terganggu.Austin mendorong tubuh Gabriella dan menghimpitnya ke tembok kamar mandi. Dengan cepat dia melumat bibir istrinya.Gabriella menyambut lumatan bibir Aus

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 150. Memulai Pencarian

    Gabriella menatap Austin seakan ingin berkata jika jangan mengharapkannya. Dia kemudian menceritakan tentang keadaan dirinya saat itu.“Setelah Olivia diadopsi aku harus tinggal di asrama dan mengikuti pendidikan. Selama di asrama, aku jarang pulang ke panti karena peraturan asrama sangat ketat. Aku ke panti jika ada libur panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan, aku langsung bekerja dan hidup di rumah kost. Terakhir kali aku melihat Olivia adalah saat dia berumur 7 tahun dan sampai sekarang aku tidak pernah melihatnya lagi.”“Apa yang kamu ceritakan, sangat berarti bagiku, aku memiliki harapan baru untuk menemukannya. Bagaimana jika hari ini kita pergi ke panti asuhan tempatmu tinggal dan dibesarkan,” ajak Austin membuat Gabriella cukup terkejut.“Tetapi itu cukup jauh, kita harus keluar kota dan belum menyiapkan penerbangan serta apa saja yang dibutuhkan untuk ke sana,” ujar Gabriella.“Aku akan mencari penerbangan paling awal hari ini, bantu aku untuk berkemas.”Tidak tega menola

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 149. Kesalahan Menghantui

    Setelah menceritakan apa yang mengganjal di hati, Austin terlihat sangat rapuh. Itu adalah kesalahan besar yang tidak termaafkan. Gabriella yang melihat betapa rapuh suaminya, langsung mendekapnya dengan erat. Bahkan saat dulu Austin menceritakan tentang pelecehan yang dia alami, dia tidak serapuh ini.Dengan lembut Gabriella mengusap punggung Austin. “Kita harus memberitahu Fernando dan Joselie. Seberat apa pun hukuman yang akan mereka berikan, mereka berhak tahu kebenarannya dan kita harus menerima segala konsekuensi.”“Apakah kita harus memberitahukan hal ini secepatnya pada mereka?” tanya Austin terlihat keberatan dan butuh waktu, dia tidak akan sanggup menatap wajah kecewa dan sedih Fernando dan Joselie terhadap dirinya.“Jika kamu belum siap, kita bisa menundanya dan mencari tahu terlebih dahulu apakah anak itu masih hidup atau sudah meninggal sehingga saat kita bertemu dengan keluarga Pierre, kita memiliki sedikit informasi.”“Tapi dari mana kita mencarinya? Itu sama saja menca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status