Di ruang presdir Grup Scott."Gimana penyelidikanmu?" tanya Deven yang duduk di sofa sambil bertelepon. Tatapannya tertuju pada seorang wanita di layar TV yang dikerumuni oleh media.Suara wanita itu terdengar lirih, raut wajahnya datar. Dia mengenakan baju putih dan celana hitam, terlihat sangat berkarisma.Sementara itu, Irish yang melihatnya sungguh murka. Berani sekali Alba menentang perintahnya .... Meskipun begitu, dia tetap tersenyum dan menuangkan teh untuk Deven.Deven mengambil cangkir teh dan memainkan di tangan. Terdengar suara Alex dari ujung telepon. "Maaf, aku nggak berhasil menyelidiki siapa orang yang mengabari media waktu itu.""Dasar nggak berguna," maki Deven sembari tersenyum sinis. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan.Irish menatap Deven dengan gelisah, lalu mencoba bertanya, "Deven, kamu menyuruh bawahanmu menyelidiki apa?""Coba kamu tebak," balas Deven yang melirik dengan dingin.Jantung Irish seketika berdetak kencang. Apa mungkin kecelakaan Alba? Iris
Kyra mengira dirinya salah melihat. Lagi pula, bukankah Deven sibuk mempersiapkan diri untuk bercinta dengan sahabatnya itu? Setelah mengejapkan matanya beberapa kali, Kyra menemukan sepatu kulit itu memang milik Deven.Pria ini telah mengkhianatinya, tetapi masih menggunakan hadiah pernikahan yang diberikannya? Apakah dia merasa lebih terangsang jika melakukan hal seperti ini?Kyra melepaskan sepatu botnya. Jari kakinya tampak bengkak. Dia berjalan ke ruang tamu, melihat seorang pria bertubuh kekar yang mengenakan rompi, kemeja putih, dan dasi hitam duduk culas di sofa.Jarinya yang ramping mengetuk sandaran tangan sofa. Deven memakai sandal yang disediakan oleh hotel.Kyra tersenyum sambil mengejek, "Bukannya kamu sibuk dengan investasi baru? Kok bisa ada waktu kemari?"Irish jelas-jelas mengatakan pria ini sangat berharap dirinya mati. Jadi, untuk apa dia kemari lagi? Memangnya Irish tidak marah jika Deven mencampakkannya begitu saja dan datang kemari setelah selesai bercinta dengan
Deven mengambil cangkir teh itu, lalu menyesapnya dan tersenyum tipis. "Aku datang karena ada proyek sekaligus melihatmu masih hidup atau nggak. Jangan kira aku punya maksud lain."Kesedihan mendalam seketika menyelimuti hati Kyra, membuatnya kesulitan bernapas. Jantungnya seolah-olah disayat pisau, terasa sakit hingga sekujur tubuhnya gemetaran.Ternyata, Deven meninggalkan Irish demi proyek dan keuntungan perusahaan, bukan karena peduli pada dirinya. Kyra menunduk dengan kecewa, bahkan sudah lupa untuk meneteskan air mata.Apa gunanya mengungkapkan semua keluhan yang terpendam di hati? Apa gunanya menyerahkan segenap hatinya untuk Deven? Pada akhirnya, pria ini hanya menginjaknya hingga hancur berkeping-keping."Bagaimanapun, kamu istri sahku. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk memakamkanmu," ujar Deven.Deven bertanggung jawab untuk memakamkannya, tetapi tidak bertanggung jawab untuk melindunginya? Kyra mengambil teko, menuangkan teh untuk diri sendiri. Tangannya menggenggam erat
Deven menatap wanita di bawahnya. Wajah Kyra tersipu, bibirnya ranum. Kulit Kyra yang halus membuat Deven tidak bisa menahan diri lagi. Saat ini, cinta dan benci seketika terlupakan. Deven hanya ingin bersetubuh dengan Kyra.Tangan besar Deven menopang belakang kepala Kyra, mereka memulai ciuman panas. Asal tahu saja, Deven sudah tidak pernah berhubungan intim sejak setahun lalu. Perasaan familier ini membuatnya kehilangan akal sehatnya.Ciuman menjadi makin kasar, seolah-olah Deven ingin menghancurkan Kyra dengan ciumannya. Sementara itu, Kyra tidak tahan lagi dengan sentuhan Deven.Sebelum Nelson mengalami musibah, kesenangan Kyra dengan Deven adalah berhubungan intim di ranjang. Kini, Kyra tidak menginginkan apa pun lagi. Dia hanya ingin larut dalam hasrat bersama pria ini dan memiliki satu sama lain untuk waktu singkat.Setahun ini, Kyra benar-benar lelah. Kegetiran dan keluhan dalam hati seketika sirna. Dia sungguh mencintai Deven. Asalkan pria ini bersedia mengalah sedikit, Kyra
Kyra merasa keheranan. Dia menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Deven, tetapi malah disebut rendahan? Air mata berlinang saat bertanya, "Jadi, kamu menciumku barusan hanya untuk mempermalukanku?"Deven termangu melihat Kyra menangis. Tentu saja tidak, dia benar-benar menginginkan Kyra tadi. Namun, respons Kyra seketika membuatnya mengurungkan niat.Deven teringat pada ibunya yang tergeletak tidak berdaya di lantai dengan dada bercucuran darah. Saat itu, ibunya menggeleng kepada dirinya yang bersembunyi di bawah ranjang untuk menyuruhnya tidak bersuara.Sepatu kulit hitam itu menendang ibunya dengan kuat, sampai-sampai ibunya memuntahkan darah. Kebencian dan akal sehat melahap perasaan iba yang tersisa dalam hati Deven. Dia pun mengejek, "Jadi, kamu berharap karena cinta?"Menurut Deven, Kyra terlalu licik sehingga sulit untuk membedakan kebenaran dan kebohongan. Dia juga tidak boleh luluh terhadap putri dari musuhnya.Deven terus memperingatkan diri untuk tidak menyentuh Kyra. D
Setelah keluar dari hotel, Kyra pergi ke apotek untuk mencari obat. Jalanan kosong melompong karena sudah jam 3 dini hari.Angin dingin yang menusuk berembus kuat, membuat Kyra kesulitan untuk bernapas. Setelah tiba di apotek yang terlihat agak tua, Kyra berkata, "Halo, aku mau beli obat."Ketika Kyra menjelaskan obat yang dibutuhkannya, bos wanita itu sontak menatapnya dengan heran. Dia melambaikan tangan sembari membalas, "Obat macam apa itu? Aku nggak jual, kamu pergi ke apotek lain saja."Kyra menemukan apotek lain dengan bantuan navigasi, tetapi jaraknya sangat jauh dari sini. Dia pun berencana naik taksi, tetapi mana mungkin ada taksi di jam segini.Pada akhirnya, Kyra memilih untuk berjalan kaki. Dia telah mendatangi 3 apotek, tetapi tidak ada yang menjual obat penawar seperti itu.Di apotek keempat, Kyra akhirnya menemukan obat penawar yang sesuai. Kemudian, dia kembali ke hotel dengan berjalan kaki.Begitu pintu kamar suite dibuka, Kyra mendengar suara pengering rambut. Suhu k
Jelas-jelas Kyra tidak melakukan apa-apa, tetapi dia malah dituduh oleh Deven. Kyra mengambil gelas di meja, lalu berteriak, "Iya, memang aku yang memberimu obat! Aku melakukan semuanya karena cemburu dengan Irish. Deven, apa kamu puas dengan jawaban ini?"Kyra merasa dirinya gila karena mengkhawatirkan Deven malam-malam begini. Kyra bahkan pergi membeli obat dan memanaskan air untuk Deven. Kyra merasa seperti wanita rendahan, dia memang salah.Kyra membanting gelas hingga pecahan gelas berserakan di lantai. Air hangat memercik ke jubah mandi Deven. Kyra kembali ke kamarnya, lalu menelungkup di tempat tidur sambil menangis. Kenapa semua yang dilakukannya salah? Deven tidak pernah mengindahkan kebaikan dan perhatian Kyra. Setelah membeli tiket pulang untuk besok, Kyra pun tertidur.Kyra bermimpi dia bermain ayunan di kediaman Keluarga Scott. Dia berteriak saat ayunannya tiba-tiba didorong dengan kuat. Kyra berbalik dan melihat Deven yang sedang mendorongnya. Kemudian, Deven memeluk ping
Tubuh Deven menegang. Kemudian, dia berusaha menenangkan dirinya. Deven berbalik dan melihat Kyra yang memejamkan mata sembari mengernyit. Kyra juga terus mengigau. Sebelum Nelson mengidap Alzheimer, Kyra meminta Deven untuk tidak meninggalkannya. Pada saat itu, Deven masih bisa membohongi dirinya sendiri.Namun, sekarang Grup Scott sudah jatuh ke tangan Deven dan ayah Kyra adalah pembunuh kedua orang tua Deven. Seharusnya, Deven dan Kyra tidak boleh bersama karena masalah di antara mereka tidak bisa diselesaikan.Deven yang merasa kalut melepaskan jari-jari tangan Kyra yang menggenggam tangannya. Dia pergi tanpa ragu sedikit pun. Pintu kamar ditutup.Kyra menggeleng, lalu berkata seraya menangis, "Hidupku nggak lama lagi ... aku mengidap kanker hati stadium akhir ... Deven ...."Kyra membuka matanya. Kamar tidur sangat gelap. Kyra menyalakan lampu. Bantalnya sudah dibasahi air mata. Tadi, Kyra bermimpi dirinya bermain ayunan di taman kediaman Keluarga Scott. Namun, tali ayunan tiba-ti