Desa Shuiyang adalah desa yang lebih maju daripada desa Dozhu sebab sepertinya Shuiyang menjadi pusat perekonomian di pulau Jidong. Berbeda dengan Dozhu yang dipadati rumah penduduk, bangunan-bangunan di Shuiyang lebih didominasi oleh penginapan, rumah makan, toko oleh-oleh dan tempat-tempat hiburan.
Zhou Fu memilih untuk tidak terburu-buru agar ia bisa sedikit lebih menikmati perjalanan pertamanya di luar pulau terpencil. Segala hal yang ia lihat merupakan sesuatu yang baru dan ia merasa perlu untuk mengenalkan dirinya dengan hal-hal baru yang ditemuinya tersebut. Lagipula, kapal baru akan berangkat malam nanti, sementara hari itu masih baru beranjak senja. Tentu Zhou Fu masih memiliki beberapa jam sebelum kapal berangkat berlayar.
Di lain sisi, Shen Shen sedang dimasukkan ke dalam sebuah tempat hiburan oleh tiga pria yang menculiknya. Satu pria membawa Shen Shen masuk sementara dua lainnya seperti berjaga-jaga di luar bangunan. Si pemilik tempat hiburan tampak begitu
“Jika kapal tersebut sudah melaju sekitar satu jam sebelumnya, berapa jauh jarak antara kapal ini dan kapal tersebut?” Zhou Fu bertanya untuk memastikan satu hal.Petugas kapal nampak berpikir beberapa saat lalu menjelaskan beberapa kemungkinan jarak kapal yang dimaksud Zhou Fu. Ia tak bisa memberi satu jawaban pasti karena laju kapal bisa dipengaruhi oleh beberapa hal.“Hem… Dengan jarak seperti itu, kukira aku masih bisa memanfaatkan kekuatanku,” Zhou Fu menjawab penjelasan petugas kapal dengan anggukan kepala pelan sembari dua tangan menyilang di dada. Ia sedang menghitung berapa kecepatan yang ia butuhkan untuk bisa menyusul kapal Shen Shen dengan cara berlari di atas air.Kemampuan berlari di atas air biasanya baru dikuasai oleh pendekar-pendekar yang sudah berusia di atas tiga puluh tahun karena hal tersebut berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menaikkan tingkatan tenaga dalamnya. Zhou Fu termasuk remaja yang beruntun
“A… Apakah itu artinya ada tamu lain di kapal ini?” salah seorang penculik Shen Shen bergumam khawatir, tangannya yang sudah membuka selongsong pedang nampak terlihat gemetaran antara takut dan kedinginan.Lima orang pendekar yang menculik Shen Shen memang memiliki kemampuan bela diri yang tak terlalu tinggi. Hal tersebut terbukti ketika tubuh mereka tidak bisa menahan sergapan aura dingin yang masih menggelayut entah dari mana datangnya.“Bbbbocah, bagaimana kau bisa masuk ke kapal ini? Apakah kau membawa orang lain bersamamu?” si pemimpin kelompok bertanya pada Zhou Fu yang berdiri dengan tatapan siaga.“Aku baru saja hendak bertanya pada kalian, siapa yang melepaskan aura dingin ini. Jelas ini bukan milik kalian berlima,” jawab Zhou Fu tak kalah penasaran dengan lima pendekar penculik Shen Shen.“Dia tampak sama sekali tak terpengaruh dengan hawa dingin ini, apakah dia memang kuat atau dia adalah kawan d
Rao Guohoa adalah salah satu pendekar berpengaruh di organisasi Kelelawar Merah, sebuah organisasi hitam yang memiliki markas di wilayah bebas hukum di daratan Caihong. Negeri Caihong merupakan sebuah negeri yang memiliki daratan paling luas di antara yang lain, di dalamnya ada sebuah wilayah khusus yang disebut sebagai wilayah bebas hukum Caihong. Wilayah bebas hukum Caihong adalah sebuah daratan luas yang dipisah oleh sungai Juda. Sungai seluas tiga kilo meter itu berhasil membuat daratan yang dibelahnya menjadi sebuah wilayah terisolir. Wilayah tersebut kemudian menjadi lokasi bersarangnya beberapa sekte dan organisasi hitam.Daratan Caihong sendiri memiliki jarak setara dengan berjalan kaki selama enam bulan dengan pulau Jidong. Keberadaan Rao Guohoa di sekitar pulau Jidong menandakan jika organisasi Kelelawar Merah sudah berhasil melakukan perluasan wilayah dan kemungkinan besar Rao Guohoa diangkat menjadi pemimpin di wilayah baru.Tak diketahui dengan jelas
Sesaat ketika Rao Guohoa melepaskan serangan terakhirnya, Zhou Fu sempat melihat jika Rao Guohoa terkulai tak sadarkan diri. Karena tubuhnya berada di udara, Rao Guohoa pun jatuh dari ketinggian dengan laju kecepatan yang tinggi. Pedang Rao Guohoa terjun bebas mendahului pemiliknya, dan Zhou Fu menangkap pedang tersebut dengan sempurna.Anehnya, Zhou Fu tak mendengar suara tubuh tercebur air. Mata Zhou Fu pun menyisir ke segala arah, tetapi hanya remah-remah kapal yang nampak. Jika tubuh Rao Guohoa jatuh ke air, tentu telinganya mendengar meski jika pada saat yang bersamaan kebetulan matanya tak sedang melihat. Baik mata maupun telinga Zhou Fu, tak menangkap kejadian Rao Guohoa jatuh ke air.“Perempuan itu masih hidup,” Zhou Fu berbisik pada Shen Shen begitu menyadari ada aura dingin yang sekelebat melewati tubunya. Bulu kuduk Zhou Fu berdiri, bukan karena takut tetapi karena aura dingin yang lewat itu nyatanya lebih pekat dari beberapa saat sebelumnya.
Jika dilihat dari atas awan, Dengguang akan nampak seperti sebuah titik yang berada di tengah-tengah beberapa pulau. Karena lokasinya yang strategis, Dengguang dikelola oleh seorang saudagar kaya untuk dijadikan sebagai sebuah persinggahan sementara untuk kapal-kapal yang mengalami keadaan darurat. Tak hanya bermanfaat ketika ada kapal yang mengalami keadaan darurat, Dengguang juga biasa digunakan sebagai tempat beristirahat sementara untuk kapal-kapal yang melakukan pelayaran jarak jauh.Di Dengguang, seorang penumpang kapal bisa turun dari suatu kapal dan berganti menaiki kapal lain jika memang ada yang ingin melakukan perubahan arah perjalanan. Semua orang bebas berlayar ke mana saja asal mereka memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya perjalanan.“Tuan muda, kita sudah hampir sampai ke Dengguang,” salah seorang petugas kapal membangunkan Zhou Fu dengan sangat sopan. Jika saja Zhou Fu tidak sedang tidur dalam kondisi siaga, ia tak akan terbangun han
Shen Shen mengusap keringat yang mulai mengucur di dahinya, sesekali ia juga melirik Zhou Fu yang sedang sibuk berlatih mengayun-ayunkan pedang. Ada sebuah ekspresi kesal yang nampak di wajah Shen Shen ketika lirikannya sama sekali tak membuat Zhou Fu bereaksi. Selagi Shen Shen mencuri-curi pandang, sedetik pun Zhou Fu tak pernah mengarahkan matanya pada Shen Shen. Zhou Fu sedang menikmati mainan barunya yaitu pedang pusaka milik Rao Guohoa.Usaha Shen Shen untuk mendapatkan perhatian dari Zhou Fu tak membuahkan hasil. Karena merasa triknya tak bekerja, Shen Shen terpaksa mengubah strategi, ia pun menarik napas panjang sebelum meneriakkan sebuah kalimat panjang pada Zhou Fu.“Kita sudah mengapung di sini cukup lama! Matahari kini berada tepat di atas kepala, dan kita hanya mengapung di sini tanpa melakukan apa-apa? Kau masih waras bukan?” Shen Shen memanyunkan bibirnya karena tak bisa menahan kesal, “aku benci panas. Aku benci berkeringat! Aku juga la
Sesaat sebelum Zhou Fu menjalankan rencana cadangan, ia melihat ada sebuah kapal yang bergerak menghampiri tempatnya berada. Kapal tersebut tak terlihat seperti kapal yang berlayar bersama penumpang sebab ukurannya yang kecil dan modelnya yang sedikit berbeda. Ada sebuah bendera yang berkibar tepat di ujung tiang kapal, bendera itu bergambar sebatang pohon dengan ranting-ranting kering sekaligus akar-akar yang berkelok di bagian bawah. Bagian atas pohon yang menunjukkan ranting kering seolah mewakili kematian atau tidak adanya kehidupan, tetapi akar-akarnya yang berkelok dan mencakar tanah seolah menggambarkan kekuatan dari sebuah kehidupan.Sebuah lambang yang misterius bagi Zhou Fu yang baru saja melihatnya, tetapi tentu saja tidak bagi Shen Shen. Lambang bendera pohon kering berwarna merah tersebut sudah pernah dipelajari Shen Shen di sekolah Bangsawan Caihong. Melihat kapal tersebut semakin mendekat, Zhou Fu meminta Shen Shen untuk berlindung di belakang punggungnya.
Shen Shen mengedip-kedipkan matanya ke arah Zhou Fu berulang kali. Ia ingin memberi isyarat pada Zhou Fu jika kecurigaan Zhou Fu terlalu berlebihan. Shen Shen sendiri memiliki keyakinan penuh pada Feng Yaoshan jika pria itu berada di pihaknya. Keyakinan tersebut menyangkut fakta bahwa Feng Yaoshan adalah salah satu pria yang sangat ingin menikah dengan Shen Shen. Karena itulah Shen Shen bersedia menaiki kapal Feng Yaoshan tanpa menaruh curiga sedikit pun.Berbeda dengan Shen Shen, Zhou Fu merasa dirinya wajib untuk mencurigai semua orang. Ia memiliki janji pada dirinya sendiri untuk mengantar Shen Shen ke Caihong dengan selamat. Dengan begitu, ia bisa meyakinkan kakek Li Xian jika dirinya memang sudah benar-benar siap menghadapi dunia yang luas dan kejam.“Saudara Zhou, nona Shen adalah teman baikku. Alasan utama aku menolongnya, tentu saja karena dia temanku, dan jika boleh jujur tentu saja karena aku mencintainya. Kurasa itu adalah alasan paling logis yang bisa