3 Hari setelah pertemuan malam itu, marketing soal CoF mulai membludak di mana-mana. Untuk memperlaris penjualannya, Ardi menggunakan banyak artis untuk menggunakan gimmick bertetangga dengan artis favorit kalian.
Dan tentu saja, Cynthia tidak luput dari strategi pemasaran tersebut. Berkatnya, Hanya dalam waktu seminggu saja, ENS Property yang menaungi CoF bisa menjual 20% dari total unit yang sudah bisa di order.
“Wah. Kayanya calon suami lu bakal sukses besar lagi.” Saat dalam perjalanan menuju lokasi pemotretan siang ini. Kamila sempat berkomentar ketika dia tidak sengaja melihat salah satu berita soal CoF; sebab belakangan ini, CoF menjadi trending topic di mana-mana.
“Ya iya dong. Siapa dulu bintang iklannya.” Cynthia memuji dirinya sendiri.
“Minta seunit dong. Ngak usah yang mewah-mewahnya deh. Yang cocok buat keluarga kecil aja."
Dan kebetulan sekali, saat mereka sedang membicarakan seputar Ardi da
Setelah mendengar perkataan salah satu staf agensinya tadi, Cynthia langsung berlari menuju tempat parkir; yang mana sudah banyak orang yang berkumpul di sana.“MINGGIR!!” Cynthia berteriak, menghardik semua orang di situ untuk membukakan jalan baginya. Air matanya langsung mengucur keluar dari matanya saat melihat kondisi Kamila yang kepalanya bersimbah darah.Ardi yang baru saja sampai, memegang kedua lengan Cynthia yang saat ini seperti sedang linglung dan mulai hilang keseimbangan. “Bagaimana keadaannya pak?” sambil menjaga Cynthia agar tidak jatuh, dia bertanya kepada petugas medis yang tampak sedang memberikan pertolongan pertama.“Beliau baik-baik saja. Untung saja kami sampai cukup cepat. Walau pendarahannya cukup banyak, nyawanya masih bisa tertolong,” jelas petugas medis tersebut.Ardi dan Cynthia terus berdiri di situ sampai Kamila di naikkan ke atas ambulans. Awalnya Cynthia ingin ikut naik ke dalam ambulans. Akan tetapi, Ardi mencegatnya—karena khawatir dengan kondisi Cyn
“Bagaimana?” Joe yang dari tadi diam semenjak Ardi keluar dari ruangan Niel, langsung bertanya begitu mereka kembali masuk ke dalam mobil.“Entahlah, orang itu hanya terdiam meski gua mengajukan sesuatu yang cukup sulit di tolak perusahaan seperti mereka,” jawab Ardi.Dia sendiri juga bingung dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Niel tadi. Walau untuk sesaat dia bisa melihat keraguan dari mata orang itu, namun ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya.“Tapi kenapa lu ngak langsung menghancurkan Kurniawan dan mereka saja sekalian? Kan lebih mudah, dan pastinya akan lebih efektif dari pada melalui jalan negosiasi seperti ini?” Joe kembali bertanya.“Untuk sementara ini, ada baiknya kalau kita mengurangi hal-hal yang bersinggungan dengan The Collector’s... Setidaknya sampai semuanya jelas tentang siapa yang kita hadapi, dan seberapa besar pengaruhnya di dalam negeri ini.Dan kali ini, kita harus bermain bijak dan bertahan dari pada terus bersifat agresif... Lagipula, kita punya apa yang
ARK IVCH 99Merasa kalau Joe cukup bisa di percaya untuk masalah seperti ini—karena pekerjaan Joe yang selalu berurusan dengan hidup dan mati—dia mengajak Joe ke ruangannya dan menceritakan semua mimpi buruk yang menghantuinya semenjak kematian ibunya.“Lu sudah ke psikiater yang kartu namanya gua kasih waktu itu?” Joe bertanya.“Nope. Sudah banyak psikiater yang gua hadapi. Tapi semuanya percuma saja,” jawab Ardi.“Lu coba saja dulu ke tempat yang gua kasih. Terlebih lagi dia memang kerap berurusan dengan kasus kaya lu, apalagi kliennya kebanyakan adalah orang-orang kaya gue,” jelas Joe.“Akan gua pertimbangkan... Lu ada urusan apa ke sini?” Ardi bertanya.Sebab kedatangan Joe ke kantornya mungkin bisa dihitung dengan jari semenjak orang ini kembali ke Indonesia. Kalau bukan berurusan dengan keamanan atau Ayu, penyelidikan The Collector’s lah yang menjadi penyebabnya.“Ah...” ucap Joe. Dia lalu mengeluarkan benda hitam kecil yang tampaknya sebuah flashdisk dari dalam saku jas yang d
ARK IVLicik... Tapi BijakPart II“Sudah dari awal kan gua bilang, jangan terlalu bombastis dalam mempromosikan proyek ini. Apalagi soal teknologi yang belum betul-betul bisa digunakan dalam waktu dekat…”Begitu Ayu mulai mengomel. Ardi menghela nafas panjang. Dia pergi ke kursi di belakang meja kerjanya dan duduk di sana sembari mendengarkan omelan yang terlontar dari mulut kawan sekaligus asistennya tersebut.“Wah, lu lama-lama persis seperti dosen kita yang super duper cerewet waktu itu deh,” ucap Ardi setelah Ayu berhenti berbicara; dan tampak lebih santai.“Ngak usah mengalihkan perhatian. Bagaimana cara lu untuk memperbaiki keadaan sekarang?”“Santai sedikit lah,” ujar Ardi dibarengi dengan senyuman tipis. “Jadwalkan rapat dengan bagian Marketing, Humas, dan Keuangan… Ah, jangan lupa hubungi bank yang kita jajaki kerja sama untuk menstabilkan harga saham kita. Sebagai langkah darurat, beli sebanyak mungkin saham yang ada di pasaran saat ini,”“Goreng saham? Itu plan darurat lu?
ARK IVLicik, Tapi Bijak...PART I Begitu kembali ke Indonesia, Ardi langsung di hadapkan kembali dengan pekerjaan yang menumpuk. “Lain kali, kalau lu liburan sama besti gua, lu harus ajak-ajak gua lah,” ujar Ayu sembari menaruh beberapa map di atas meja kerja Ardi dengan cukup keras; cukup untuk membuat Ardi yang sedang memejamkan mata untuk beristirahat sejenak terkejut.“Maklumlah, namanya gua siap-siap untuk menikah. Dan kebetulan, di sana ada designer yang cukup bagus dan terkenal. Dan kalau lu ikut, betis gua bisa meledak karena nungguin kalian berlama-lama,” ucap Ardi. Kenangan buruk di mana dia sampai harus duduk hingga bosan karena menunggu duo tukang belanja—Cynthia dan Ayu—di spanyol masih tidak bisa lepas dari benaknya hingga sekarang. Walau begitu, di satu sisi dia cukup lega karena Ayu tampaknya tidak tahu soal apa yang sebenarnya terjadi di Singapura. Dia sebenarnya cukup was-was kalau Joe akan menceritakan semuanya kepada Ayu. Apalagi di tengah-tengah hubungan kedua
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSFINAL“Kau tidak akan pernah bisa menangkap bayangan, hanya bisa di lenyapkan,” Ardi mengutip perkataan Xin Luan di pesta tadi yang cukup menganggunya sedari tadi. “Dan bagaiaman cara untuk membuat bayangan itu menghilang?”“Dengan mematikan cahayanya,” jawab Alona tanpa berpikir terlalu lama. “Tapi kenapa? Kenapa dia meninggalkan petunjuk seperti itu?” Alona bertanya.Ardi masih tetap bungkam meski semua orang sedang menatapnya saat itu. Belajar dari kesalahan yang sudah-sudah, dia tidak ingin jika nantinya apa yang dia ucapkan ternyata adalah sebuah kekeliruan.“Wait,” Joe memecah keheningan. “Itu tidak seperti apa yang gua pikirkan?” Dia melempar tatapan penuh curiga ke arah Ardi.“Apa?” Alona bertanya.Ardi tampak menghela nafas. Dia sebenarnya sedikit kesal dengan Joe yang terlalu peka dan to the point dalam saat seperti ini.“Ada kemungkinan kalau Xin Luan adalah…”Sebelum dia selesai mengatakan kesimpulan awal yang ada di dalam kepalany