"Olive?" teriak Jack sambil merangkul belahan jiwanya yang menangis.
"Apa yang terjadi dengan mu? Apa kau mengenal Keyna?"
Olive langsung menjatuhkan tubuhnya pada Jack diiringi tangisan yang menderu.
"Ya, ya.. aku sangat mengenalnya. Dia adalah adikku!"
Saat Olive berumur tiga belas tahun terjadi kebakaran hebat di keluarga Justice. Dan dia bersama adiknya terjebak di dalamnya. Api terus membakar. Asap mulai masuk ke dalam rumah. Jalan keluar hanyalah melalui pintu depan karena jendela berteralis. Pintu belangkang terkunci seolah-olah di sengaja.
Tidak ada pilihan, mereka berlari menerobos masuk menuju pintu depan. Ada kengerian besar karena harus menerobos api yang berkobar. Tetapi, itu harus di lakukan agar bisa selamat dari sana.
Namun malang, sebuah kayu yang terbakar tiba-tiba terjatuh hendak mengenai Olive sebelum Keyna berhasil menahannya.
Kobaran api menjilat panas tangan Keyna. Dengan mengerahkan tenaga, dia berusaha menghempaskan kayu tersebut walau sakit tiada tara di tangannya.
Akan tetapi, sekuat-kuatnya wanita, tetap tidak sebanding dengan kekuatan pria, membuatnya Ambruk dan terpelanting di lantai.
"Aku berteriak sekencang mungkin supaya ada orang yang menolongnya. Tapi siapa yang bisa mendengar teriakanku di tempat yang sudah terlalap api? Aku pun memutuskan berlari keluar meninggalkannya dalam kubangan panas!"
Terdengar suara isak tangis Olive.
"Aku sudah berpikir, Keyna tidak akan selamat dan kita tak akan pernah bertemu lagi!"
"Sudah, sudah... jangan khawatir! Kenyataannya dia masih hidup bersama seseorang yang telah menyelamatkannya. Ku antar kau ke kamar!" imbuh Jack.
Sepuluh menit kemudian Jack keluar dari kamar. Dia menoleh ke arah Amber.
Sambil berjalan dia berkata, "maaf atas peristiwa mengharukan sebelumnya!"
"Aku mengerti! Aku sempat berpikir, apa tuan juga mengenal kakek?"
"Apa aku belum bilang? Namaku Jack Verbegens. Dan aku adalah saudara kakekmu, Allan Verbegens!"
"Tapi..!" nada suara Jack tampak Aneh dengan wajahnya yang serius.
"Allan adalah orang yang paling dicari oleh seluruh keluarga Verbegens. Dia dicap sebagai penjahat dan buronan!"
"Kakek seorang buronan?" tanya Amber lagi untuk memastikan ucapan Jack.
"mungkin kau anggap ini hanya bercanda, itu bisa dimengerti. Tidak ada yang membayangkan bahwa adikku diam-diam mencuri kunci ruangan pusaka keluarga verbegens!"
"seperti yang kau lihat, ini adalah kristal naga!"
Jack memperlihatkan benda ditangannya, bening seperti kaca berbentuk naga.
Amber mengangkat mulut dengan matanya penuh kebingungan,
"apa karena ini kakekku jadi buronan keluarganya sendiri? Tidak masuk akal!"
"Hahaha! Sebagai sesama verbegens kau tidak malu untuk mengatakannya... keluarga verbegens tahu kalau kristal Naga ini tidak ternilai harganya. Bahkan lima gunung besar sekalipun tidak akan cukup untuk membeli kunci pusaka ini".
Pembicaraan mereka berlanjut hingga bulan purnama menggantung tinggi. Tepat jam sepuluh malam, di bawah cahaya rembulan perlahan muncul sosok pemuda dengan kaus putih dan celana chino berwarna putih.
"Ayah memanggilku?"
"Ya.. Namanya Steve, kau tentunya sudah tahu kalau dia anakku!"
"Steve, ini Amber cucu dari saudaraku, maksudnya kemari atas perintah kakeknya, serta akan tinggal sementara waktu di sini. Apa kau bisa menyiapkan kamar di tempat mu?"
Steve menyapu tatapannya dari ujung kepala sampai kaki, dia perhatikan seluk beluk Amber.
Awalnya merasa ragu untuk menjawab. Akan tetapi dengan terpaksa dia pun menerima Amber di tempatnya.
"Tentu! Masih ada kamar kosong, kok! Gudang penyimpanan juga tampaknya masih luas!"
Steve berjalan lebih dulu sementara Amber membuntutinya di belakang.
Tak ada suara perbicangan di antara mereka, melainkan hanya terdengar suara angin yang bertiup kencang dan suara-suara hewan yang menjadi irama pengantar malam.
Saat di dekat patung harimau, pertanda meraka tak jauh lagi ke tampat yang di tuju. Tiba-tiba Steve berhenti dan berbalik menatap Amber.
"Hey. Kau ke sini untuk berlatih atau apa?" tanya Steve"Entah lah! Aku hanya ingin memenuhi kemauan kakekku untuk berlatih seni bela diri di sini!"Seusai mendengarnya, tanpa pikir panjang Steve langsung memukul perut Amber, disusul dengan tangan kirinya yang menyambar wajah.Amber yang tak tahu menahu mengapa terus dihujani serangan dektruktif ke seluruh anggota badannya. Bahkan yang lebih parah, Steve mengakhirinya dengan tendangan ke perut.Tubuh mungilnya terpental jauh dan darah segar keluar dari mulutnya, 'tendangan yang sangat kuat!'"Dengar, aku berusaha bersikap baik kepadamu!""Kau harus keluar dari wilayah ini! Kalau datang lagi besok, akan ku hajar kembali!""Orang yang berlatih di sini tanpa pikir panjang sepertimu hanya akan mati sia-sia""Aku sering mengamati banyak orang yang hanya ikut-ikutan saja tanpa memikirkan konsekuensi. Pada akhirnya, mereka semua mati oleh pelatihannya sendiri""Orang yang mempunyai motivasi tinggi dalam seni bela diri atau memiliki tekad yang kuat, di sini akan tetap hidup""Tetapi kau, hanya ingin memenuhi keinginan orang lain dan bukan kemauan diri sendiri untuk menjadi kuat, apa kau b
Cahaya sang surya telah menyinari pagi hari. Semua makhluk hidup mengawalinya dengan kegiatan yang berbeda-beda.Tak terkecuali Jack, dengan ditemani secangkir teh dan roko, dia selalu mengawali paginya dengan berjalan-jalan di taman.Hangat matahari pagi membasuhi sekujur badan Jack. dia menikmati setiap sentuhan yang dia terima. Entah sejak kapan kelakuan itu, menjadi rutinitas paginya hingga sekarang.Pria yang tengah berjemur, yang mensyukuri atas pemberian sang pencipta, langkahnya terhenti karena melihat salah satu anak didiknya menghadang rute jalan santainya tersebut.Menyadari wajah sang murid tampak gelisah, dia bertanya, "Ada apa?"Murid yang datang pada Jack membuka mulutnya dan menceritakan apa yang terjadi. ...Jack yang mendengar jawaban itu, langsung terkesiap. Seketika dia menghentakan kakinya dengan cepat, di pandu muridnya ke tempat kejadian.Dinginnya udara pagi beserta bau anyir darah menyambut Jack dengan peristiwa tragis, dua anggota keluarganya tak sadarkan dir
Darah muda memang gampang bergejolak. Adrenalinnya pun terpacu liar. Laksana balap kuda, tidak mengenal lelah dan mengharap kemenangan. Walau tak pernah memikirkan kudanya sendiri saat sedang di pecut.Begitu pula Amber dan Steve, setiap harinya mendorong darah muda mereka pada panasnya pertarungan, tidak memikirkan kondisi tubuhnya yang belum benar-benar prima.Pagi itu, awalnya Amber sedang duduk di sebuah pembatas semen. Entah apa yang di pikirkan Amber, namun matanya menatap langit biru bersama putihnya awan. Tak lama, dia dihampiri oleh Steve yang tanpa basa basi memukul wajah Amber.Sejurus kemudian dia di seret paksa ke tempat pelatihan, dan terjadi lah pertarungan antar duo verbegens."Masih mau lanjut?" tanya Amber yang tampak masih kuat walau napasnya terengah-engah."Jangan mundur, kau! Aku belum puas! Jangan jadi penakut!" ujar Steve menantang Amber dengan senyum tipis."Takut? Aku gak takut. Ayo lanjutkan!" kata Amber tidak gentar.Amber menendang dan memukul Steve sampai
Jack menanggapinya dengan senyuman. Dia tahu yang di maksud kakek adalah saudaranya."kakek? Apa aku semirip itu dengannya?""Maaf aku jadi kepikiran kakek setelah melihat anda!""Hahaha... Tidak masalah! Tetapi bisa tidak kau jangan terlalu formal dengan ku?""Tentu... hehee!"Jack langsung membawa Amber ke ruangan di sebelahnya untuk mengukur seberapa kuat pemuda itu.Alasannya cukup serius, Amber memiliki kepribadian yang sedikit aneh dan miterius."Aku ingin, kau menunjukkan gerakan yang sudah Allan latih!" kata Jack, seolah bisa menebak apa yang hendak di tanyakan Amber."Baik! tetapi aku harus memulainya dari mana?""Dari awal...!" jawab Jack.Amber mendengus, "haaah, Dari awal? Itu keterlaluan!"Meski mengeluh, Amber tetap mengambil posisi dan mulai memaparkan gerakannya.Ditempat lain, Soe berdiri tegap mengawasi para murid yang sedang berlatih."pertemuan mereka yang dimulai dari proses baku hantam ternyata melahirkan awalan baru!" cibirnyaJoe muncul, bertanya "Apa yang kaka
"Ini di mana? Seharusnya aku bersama Tuan Jack?"Amber menatap ke depan, gua setinggi enam kaki tepat di hadapannya. Diperhatikannya, gua besar itu berbentuk seperti mulut yang sedang menganga. Dismpingnya tumbuh pohon beringin, semak belukar, dan batu-batu besar.Anak muda yang kebingungan itu mencoba berpikir keras. Sejauh mata memandang hanya ada pohon-pohon besar.'Apa maksudnya ini? Peristiwa apalagi yang sedang menimpa ku?'Dia yakin, kejadian yang janggal sedang menerpa dirinya lagi. Ketika di rumah, Amber sering mengalami hal-hal di luar nalar.Sejak usianya lima tahun, kata kakeknya, dia suka menghilang. Saat di temukan kembali, dirinya tengah bermain dengan bola api dengan mata tertutup.Tidak mengerti mengapa bisa berada di tempat yang tidak dikenal. Lagi pula, bagaimana bisa mengenalinya kalau memang belum pernah ke sana, semua terlihat asing.Amber menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.'Aku benar-benar tak mengerti. Padahal sudah lumayan banyak hal-hal aneh terjadi! Te
Seperkian detik, Amber menyerang Steve. Dia melakukan lompatan setengah meter seraya kaki kanannya menderu. Menyusul kaki kiri berputar seratus delapan puluh derajat.Dua serangan itu berhasil dihindari Steve yang menggeserkan badannya. Tetapi, belum lagi dia membalas, Amber sudah bergerak. Tangan kanannya mengarah ke ulu hati Steve.Sontak Steve mencoba menutup dengan mengibaskan tangannya. Namun, pukulan Amber memang tidak akan pernah sampai pada sasarannya. Karena, itu hanya pancingan belaka.Steve menyadari hal itu dan melompat mundur. Sayangnya, kepalan tangan kiri Amber melayang deras tepat menghajar pelipisnya, ditambah lagi satu tendangan mengenai perutnya membuat dirinya terhuyung."Hahaha.. kondisi sadar atau tidak kau yang terbaik!"cibir Steve menstabilkan tubuhnya. Lalu Tangan kanannya siap menggedor kepala Amber.Amber bergeming, dia cepat bergerak ke arah kiri. Lalu, menghantamkan pukulan ke wajah Steve. Dilanjutkan tendangan memutar dengan kaki kirinya, membuat pemuda
Pria tua itu mengambil napas panjang sebelum melanjutkannya,"Sementara yang terjadi pada Amber adalah kasus yang berbeda!"."Jiwanya masuk ke kedalaman yang luar biasa. Ujung alam bawah sadar di sebut alam Syakukyou. Disana, sakit bukan kepalang, rasanya aliran kuat sedang memasuki isi kepala. Diteruskan dengan seperti ada yang melahap dari dalam. Seolah merusak jiwa, menahan segala rasa sakit, itu merupakan bukti telah meraup kekuatan dahsyat!""Menurut prediksiku, dengan kekuatan tersebut Amber tak sadar telah membangunkan jiwa lain yang disegel oleh seseorang di dalam dirinya. Bisa di pastikan kalau dia belum sempurna menguasai tenik beladiri Gyaku tahap akhir!" jelas Jack panjang lebar.Dia memberi isyarat kepada anaknya untuk membawa Amber ke kamarnya.Setelah menyanggupi, Steve membopong Amber dan meninggalkan tempat itu.Sore harinya, jam lima tepat...Seorang laki-laki berusia sekitar dua puluhan tengah duduk diatas kursi.Tubuhnya kurus dengan rambut agak gondrong. Matanya
Mereka berdua mundur karena di dorong oleh datangnya Jack bersama Soe dan Joe. Steve tampak tak puas. Tetapi, tidak berani berbuat apa-apa lagi, terutama setelah mendengar Jack berkata, "Satu tindakan saja melihat kalian bertarung lagi, aku akan menjadi lawan kalian sekarang!" Tak terpacaya apa yang di lihat semua orang. Bahkan Steve yang di sebut penggila perang, tubuhnya bergetar. Setetes keriangat ikut terjatuh melewati keningnya. Belaian angin menyisir lembut rambut Amber. Dia tidak peduli dengan peringatan Jack, memasang kuda-kuda siap untuk menghadapi sang Master. Sekujur tubuh Jack mengeluarkan aura yang sangat berat. Udara di sekitanya juga terasa pengap. "Huahaha..! Apa, anak muda? Kau bahkan lebih bodoh dari yang terlihat!" "Apa aku terlihat seperti orang sekecil itu? Kau mengatakan sebelumnya, bukan! Jika aku meminta air, kau pasti akan memberiku air, kan!" kata Jack. "Lalu, apa?" "Artinya, aku akan m