Darah muda memang gampang bergejolak. Adrenalinnya pun terpacu liar. Laksana balap kuda, tidak mengenal lelah dan mengharap kemenangan. Walau tak pernah memikirkan kudanya sendiri saat sedang di pecut.
Begitu pula Amber dan Steve, setiap harinya mendorong darah muda mereka pada panasnya pertarungan, tidak memikirkan kondisi tubuhnya yang belum benar-benar prima.
Pagi itu, awalnya Amber sedang duduk di sebuah pembatas semen. Entah apa yang di pikirkan Amber, namun matanya menatap langit biru bersama putihnya awan. Tak lama, dia dihampiri oleh Steve yang tanpa basa basi memukul wajah Amber.
Sejurus kemudian dia di seret paksa ke tempat pelatihan, dan terjadi lah pertarungan antar duo verbegens.
"Masih mau lanjut?" tanya Amber yang tampak masih kuat walau napasnya terengah-engah.
"Jangan mundur, kau! Aku belum puas! Jangan jadi penakut!" ujar Steve menantang Amber dengan senyum tipis.
"Takut? Aku gak takut. Ayo lanjutkan!" kata Amber tidak gentar.
Amber menendang dan memukul Steve sampai terpental. Ketika, hendak bangkit, ditendang lagi, dipukul lagi, hingga Amber tidak mengijinkan lawannya berdiri dan menghirup udara bebas.
Nahasnya, lawan Amber bukan lah tipe mudah menyerah. Makin kuat musuhnya, maka akan semakin berkembang pula Steve.
Sebagai karakter yang bertarung dengan mengikuti irama dan level musuhnya, Steve belajar dari pengalaman. Baginya, yang namanya guru tidak semata-mata mengacu pada pendidikan saja.
Sementara Amber, sedari awal memang tertarik melawan Steve. dia bisa menjadikannya sebagai guru dalam duel, mempelajari apa yang belum Allan ajarkan.
Pergerakan Amber sangat cepat, serangan Steve juga bertambah pareasinya.
Orang-orang yang melihatnya membelalak, bak menyaksikan dua hewan buas yang menunjukkan taringnya, menerkam mangsa.
"Apa?"
"Ada apa dengan mereka berdua?"
"Aku tidak percaya! Mataku tidak bisa mengiringinya!"Tanpa sadar ketika pertarungan sedang berlangsung, muncul seorang pria ke tengah-tengah pertarungan sengit itu, lalu menjitak kepala Steve dan Amber hingga tersungkur ke bawah.
Sosok tersebut bernama Soe, pria umur tiga puluh tahunan, sekaligus tangan kanan Jack. Salah satu master muda seni bela diri di sana.
"Apa yang kalian lakukan? Apa kalian ingin mati! Belum cukupkah pertarungan kalian yang hampir meregang nyawa waktu lalu?" bentak Soe.
Meskipun kata-kata Soe ringan, itu sangat menenusuk hati Amber. Dia menunduk sambil sesekali melirik ke arah Soe.
Steve tidak mengatakan apa-apa, melihat Amber yang ciut di depan Soe, rasanya ingin tertawa keras. Namun, dia tahu kalau Soe orangnya serius, meski hal sepele.
"Hahaha! Mereka berdua persis kita sewaktu masih muda. Setiap hari selalu tak luput berkelahi! hahaha!" tambah Joe, adik Soe yang tiba-tiba datang.
"Kau seharunya pergi ke pasar menemani nyonya, bukan ke sini!" ucap Soe pada Joe.
"Tentu aku akan melakukannya! tetapi sebelum itu, Amber di suruh Tuan ke tempatnya!"
"Amber? Untuk apa?"
"Tidak tahu! Mungkin ada sesuatu yang harus di bicarakan!" jawab Joe seraya pergi.
"Hey paman Soe, mengapa kau dan paman Joe selalu memanggil ibu dan ayahku tuan-nyonya?"
"Untuk penghormatan, tentunya!"
"Hmmt. Benar kah? Namun yang kulihat bukan hanya itu saja!"
"Dengar! Tuan dan Nyonya lebih tua dari aku dan Joe. Alangkah baiknya yang muda selalu hormat pada yang tua!"
"Aaaaah! Mana mungkin. Pasti paman menyembunyikan sesuatu, kan?" cibir Amber seraya lekas keluar mengekori Joe.
Sudah lebih dari dua puluh tahun, Soe dan Joe hidup bersama Jack. Mereka sangat setia padanya, Karena pria tua itu telah membebaskan dari kemiskinan dan penderitaan besar dimasa lalu.
Sebagai Pria yang mengerti balas budi, tentu bukan hanya sekedar rasa hormat saja, mereka rela jika harus membuang harga diri demi Jack dan Olvie, bahkan nyawanya sekalipun.
Begitu Amber sampai di ruangan yang di maksud, Jack tampak tengah duduk di kursi kayu.
Amber mematung sejenak memandangi pria tua itu. Sepintas wajahnya mirip orang yang sangat familiar di matanya.
'Kakek...!'
Jack menanggapinya dengan senyuman. Dia tahu yang di maksud kakek adalah saudaranya."kakek? Apa aku semirip itu dengannya?""Maaf aku jadi kepikiran kakek setelah melihat anda!""Hahaha... Tidak masalah! Tetapi bisa tidak kau jangan terlalu formal dengan ku?""Tentu... hehee!"Jack langsung membawa Amber ke ruangan di sebelahnya untuk mengukur seberapa kuat pemuda itu.Alasannya cukup serius, Amber memiliki kepribadian yang sedikit aneh dan miterius."Aku ingin, kau menunjukkan gerakan yang sudah Allan latih!" kata Jack, seolah bisa menebak apa yang hendak di tanyakan Amber."Baik! tetapi aku harus memulainya dari mana?""Dari awal...!" jawab Jack.Amber mendengus, "haaah, Dari awal? Itu keterlaluan!"Meski mengeluh, Amber tetap mengambil posisi dan mulai memaparkan gerakannya.Ditempat lain, Soe berdiri tegap mengawasi para murid yang sedang berlatih."pertemuan mereka yang dimulai dari proses baku hantam ternyata melahirkan awalan baru!" cibirnyaJoe muncul, bertanya "Apa yang kaka
"Ini di mana? Seharusnya aku bersama Tuan Jack?"Amber menatap ke depan, gua setinggi enam kaki tepat di hadapannya. Diperhatikannya, gua besar itu berbentuk seperti mulut yang sedang menganga. Dismpingnya tumbuh pohon beringin, semak belukar, dan batu-batu besar.Anak muda yang kebingungan itu mencoba berpikir keras. Sejauh mata memandang hanya ada pohon-pohon besar.'Apa maksudnya ini? Peristiwa apalagi yang sedang menimpa ku?'Dia yakin, kejadian yang janggal sedang menerpa dirinya lagi. Ketika di rumah, Amber sering mengalami hal-hal di luar nalar.Sejak usianya lima tahun, kata kakeknya, dia suka menghilang. Saat di temukan kembali, dirinya tengah bermain dengan bola api dengan mata tertutup.Tidak mengerti mengapa bisa berada di tempat yang tidak dikenal. Lagi pula, bagaimana bisa mengenalinya kalau memang belum pernah ke sana, semua terlihat asing.Amber menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.'Aku benar-benar tak mengerti. Padahal sudah lumayan banyak hal-hal aneh terjadi! Te
Seperkian detik, Amber menyerang Steve. Dia melakukan lompatan setengah meter seraya kaki kanannya menderu. Menyusul kaki kiri berputar seratus delapan puluh derajat.Dua serangan itu berhasil dihindari Steve yang menggeserkan badannya. Tetapi, belum lagi dia membalas, Amber sudah bergerak. Tangan kanannya mengarah ke ulu hati Steve.Sontak Steve mencoba menutup dengan mengibaskan tangannya. Namun, pukulan Amber memang tidak akan pernah sampai pada sasarannya. Karena, itu hanya pancingan belaka.Steve menyadari hal itu dan melompat mundur. Sayangnya, kepalan tangan kiri Amber melayang deras tepat menghajar pelipisnya, ditambah lagi satu tendangan mengenai perutnya membuat dirinya terhuyung."Hahaha.. kondisi sadar atau tidak kau yang terbaik!"cibir Steve menstabilkan tubuhnya. Lalu Tangan kanannya siap menggedor kepala Amber.Amber bergeming, dia cepat bergerak ke arah kiri. Lalu, menghantamkan pukulan ke wajah Steve. Dilanjutkan tendangan memutar dengan kaki kirinya, membuat pemuda
Pria tua itu mengambil napas panjang sebelum melanjutkannya,"Sementara yang terjadi pada Amber adalah kasus yang berbeda!"."Jiwanya masuk ke kedalaman yang luar biasa. Ujung alam bawah sadar di sebut alam Syakukyou. Disana, sakit bukan kepalang, rasanya aliran kuat sedang memasuki isi kepala. Diteruskan dengan seperti ada yang melahap dari dalam. Seolah merusak jiwa, menahan segala rasa sakit, itu merupakan bukti telah meraup kekuatan dahsyat!""Menurut prediksiku, dengan kekuatan tersebut Amber tak sadar telah membangunkan jiwa lain yang disegel oleh seseorang di dalam dirinya. Bisa di pastikan kalau dia belum sempurna menguasai tenik beladiri Gyaku tahap akhir!" jelas Jack panjang lebar.Dia memberi isyarat kepada anaknya untuk membawa Amber ke kamarnya.Setelah menyanggupi, Steve membopong Amber dan meninggalkan tempat itu.Sore harinya, jam lima tepat...Seorang laki-laki berusia sekitar dua puluhan tengah duduk diatas kursi.Tubuhnya kurus dengan rambut agak gondrong. Matanya
Mereka berdua mundur karena di dorong oleh datangnya Jack bersama Soe dan Joe. Steve tampak tak puas. Tetapi, tidak berani berbuat apa-apa lagi, terutama setelah mendengar Jack berkata, "Satu tindakan saja melihat kalian bertarung lagi, aku akan menjadi lawan kalian sekarang!" Tak terpacaya apa yang di lihat semua orang. Bahkan Steve yang di sebut penggila perang, tubuhnya bergetar. Setetes keriangat ikut terjatuh melewati keningnya. Belaian angin menyisir lembut rambut Amber. Dia tidak peduli dengan peringatan Jack, memasang kuda-kuda siap untuk menghadapi sang Master. Sekujur tubuh Jack mengeluarkan aura yang sangat berat. Udara di sekitanya juga terasa pengap. "Huahaha..! Apa, anak muda? Kau bahkan lebih bodoh dari yang terlihat!" "Apa aku terlihat seperti orang sekecil itu? Kau mengatakan sebelumnya, bukan! Jika aku meminta air, kau pasti akan memberiku air, kan!" kata Jack. "Lalu, apa?" "Artinya, aku akan m
Pagi ini Amber dan Jack mulai melakukan perjalanan ke suatu tempat yang terletak di belakang kediaman Verbegens. Beruntung anak muda itu tidak kesiangan, karena semalam beberapa kali mengadakan pertempuran dengan Steve hingga kelelahan. Sementara, Steve masih bermalas-malasan di tempat tidurnya. Padahal, Jack sudah berkali-kali membangunkannya. Sejauh mata memandang, hanya ada pepohonan yang menjulang tinggi. Percikan kuning yang terlihat di langit, menjadi pertanda bahwa malam akan berganti dengan siang. Kabut tipis yang berada di pucuk pohon, kian memudar seiring waktu. Siang akan segera datang, dan Amber tidak tahu mau dibawa kemana oleh Jack. Sebab, tepat pukul empat pagi, saat Amber terlelap dalam tidur, Jack tiba-tiba membangunkannya. Katanya Amber harus menjadi lebih kuat agar mampu menaklukan Monster yang berada didalam tubuhnya. 'Tapi, aku sama sekali tidak mengerti! Monster? Di tubuhku?' 'Yang jelas, kau ikut aku!'
Siang hampir menjelang malam.Amber tak sempat makan hari ini karena terlalu fokus pada latihanya."Sudah cukup!" kata Jack.Namun Amber tidak bergeming, matanya masih terpejam dalam kondisi meditasi."Apa kau akan terus berlatih dengan perut kosong? Mari kita kembali ke sungai yang tadi. Mencari makan lalu istirahat!" imbuh Jack lagi.Amber membuka matanya, dia tidak menolak ajakan Jack, sebab perutnya sudah keroncongan.Keduanya pun beranjak pergi ke sebuah perbukitan yang sedikit berumput, beserta sungai yang tidak cukup jauh dari persinggahan mereka."Apa kita akan bermalam di sini?" tanya Amber."Tidak ada pilihan lain. Setidaknya kita bisa beristirahat untuk malam ini!""Anda bercanda? Di tempat ini?" Amber kaget dengan pernyataan Sang Master."Ya! Aku tidak tahu latihanmu mengendalikan Qi akan membutuhkan waktu lama atau tidak! Sebab itu, kita akan menghemat jarak dengan bermalam di sini!" ucap Jack."Sebelu
Amber merasa ada tepukan tangan di wajah, yang mengganggu tidur nyenyaknya."Aaah.. aku masih ngantuk, jangan ganggu!""Bangun! Cepat bangun bocah!"Mendengarnya, Amber langsung membuka kedua mata. Dia sangat mengenali suara itu. Dilihatnya, Jack Tampak memengang sesuatu."Bagus! Karena kau sekarang sudah terbangun, mungkin ini tidak di butuhkan lagi?" imbuh Jack seraya melempar botol berisi air. Sepertinya, dia akan mengguyur Amber jika tidak bangun.Mengeluarkan aliran Qi untuk membalut tubuh membutuhkan konsentrasi tinggi. Jika Amber tidak berhasil menguasainya, maka sebelum sampai di gua bawah tanah Yultim, dia akan mati dilalap panasnya aliran Qi gunung Yultim, disepanjang perjalanan masuk ke gua.Dengan duduk bersila ditambah mata tertutup, Amber tampak antusias dalam latihannya."Konsentrasi, Amber!" kata Jack sembari mengawasinya.Amber mulai mengalirkan energi dalamnya ke seluruh badan. Aura yang keluar darinya tampak