Cahaya sang surya telah menyinari pagi hari. Semua makhluk hidup mengawalinya dengan kegiatan yang berbeda-beda.
Tak terkecuali Jack, dengan ditemani secangkir teh dan roko, dia selalu mengawali paginya dengan berjalan-jalan di taman.
Hangat matahari pagi membasuhi sekujur badan Jack. dia menikmati setiap sentuhan yang dia terima. Entah sejak kapan kelakuan itu, menjadi rutinitas paginya hingga sekarang.
Pria yang tengah berjemur, yang mensyukuri atas pemberian sang pencipta, langkahnya terhenti karena melihat salah satu anak didiknya menghadang rute jalan santainya tersebut.
Menyadari wajah sang murid tampak gelisah, dia bertanya, "Ada apa?"
Murid yang datang pada Jack membuka mulutnya dan menceritakan apa yang terjadi. ...
Jack yang mendengar jawaban itu, langsung terkesiap. Seketika dia menghentakan kakinya dengan cepat, di pandu muridnya ke tempat kejadian.
Dinginnya udara pagi beserta bau anyir darah menyambut Jack dengan peristiwa tragis, dua anggota keluarganya tak sadarkan diri dengan kondisi tubuh bermandi cairan merah.
Bersamaan dengan datangnya Jack, terdengar suara dari kejauhan.
"Apa yang terjadi?" teriak perempuan paruh baya sembari membawa sayur mayur nan buah.
Pandangan Jack langsung terlempar pada sumber teriakan. Ekspresi wajahnya kian berubah, sampai tak bisa ditebak apa yang harus dia katakan pada Olive, belahan jiwanya yang baru pulang belanja.
Merasa tak ada jawaban, Olive pelan-pelan berjalan melewati orang-orang yang ada di area.
Saat langkahnya makin dekat, baru lah bisa melihat dengan lebih jelas.
Olive terkejut saat kedua matanya melihat sosok yang berada di atas rumput itu ternyata adalah anaknya. Tubuh tuanya lesu hingga hampir terjatuh ke belakang tetapi sempat Jack tahan.
"Entah apa penyebabnya, saat semua orang terlelap dalam dekapan malam, terjadi pertarungan antar dua saudara! Dulihat dari bekas luka dan darahnya, sepertinya mereka saling serang hingga menjelang pagi!" ungkap Jack ke Olive yang masih terlihat syok.
Karena takut terjadi sesuatu yang lebih buruk apabila tidak mendapat pertolongan pertama, Jack langsung memberi interupsi,
"Cepat bawa ke rumah sakit! Mereka berdua harus segera mendapatkan perawatan sebelum terjadi apa-apa!"
Ke dua pemuda itu langsung di bawa ke rumah sakit.
Beberapa perawat membawa brankar untuk meletakan Steve dan Amber. Laju di bawanya ke ruang ICU guna mendapat perawatan.
Melihat isterinya yang telah bersipuh dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi, membuat Jack dalam keadaan frustrasi. dia hanya bisa pasrah, semoga keajaiban datang pada anggota keluarganya.
Tak kenal lelah dan bosan menunggu, akhirnya pintu ruang ICU perlahan di buka. Sontak semua orang yang menunggu hasilnya memburu orang yang keluar dari sana.
"Setelah melewati masa kritis, mereka berdua akhirnya baik-baik saja! Beruntung tidak ada luka yang cukup serius. hanya saja butuh beberapa waktu untuk kembali sadar!" tutur sang dokter.
Setelahnya, pria dan wanita langsung masuk ke dalam ruangan. Terlihat dua pemuda yang belum sadar dari paska operasinya tengah berbaring.
Sejurusnya, Olive bersama dua lainnya diminta Jack untuk pulang duluan. Olive mengangguk ragu, pikirannya terus di selimuti rasa khawatir kepada sang anak. dia menghela napas lalu pergi menyisakan Jack sendiri.
Dengan tatapan sayu, ada rasa sesak yang begitu dalam saat Jack menatap kedua pemuda yang terbaring. Jika bukan mengikuti keegoisan mempertemukan Amber dengan Steve, semua ini mungkin tidak akan terjadi.
Rasanya dia ingin peristiwa ini hanya sebuah mimpi belaka, hanya sekadar bunga tidur yang menghiasi dunia ilusi, tetapi nyatanya ini benar-benar terjadi adanya.
"Kalian....! Setiap pertemuan pasti punya cerita! ada yang baik dan juga buruk!"
"Namun, pertemuan kalian mempunyai cerita yang amat buruk. Entah apa jadinya pertemuan yang kedua kalinya setelah kalian sadar nanti!"
Darah muda memang gampang bergejolak. Adrenalinnya pun terpacu liar. Laksana balap kuda, tidak mengenal lelah dan mengharap kemenangan. Walau tak pernah memikirkan kudanya sendiri saat sedang di pecut.Begitu pula Amber dan Steve, setiap harinya mendorong darah muda mereka pada panasnya pertarungan, tidak memikirkan kondisi tubuhnya yang belum benar-benar prima.Pagi itu, awalnya Amber sedang duduk di sebuah pembatas semen. Entah apa yang di pikirkan Amber, namun matanya menatap langit biru bersama putihnya awan. Tak lama, dia dihampiri oleh Steve yang tanpa basa basi memukul wajah Amber.Sejurus kemudian dia di seret paksa ke tempat pelatihan, dan terjadi lah pertarungan antar duo verbegens."Masih mau lanjut?" tanya Amber yang tampak masih kuat walau napasnya terengah-engah."Jangan mundur, kau! Aku belum puas! Jangan jadi penakut!" ujar Steve menantang Amber dengan senyum tipis."Takut? Aku gak takut. Ayo lanjutkan!" kata Amber tidak gentar.Amber menendang dan memukul Steve sampai
Jack menanggapinya dengan senyuman. Dia tahu yang di maksud kakek adalah saudaranya."kakek? Apa aku semirip itu dengannya?""Maaf aku jadi kepikiran kakek setelah melihat anda!""Hahaha... Tidak masalah! Tetapi bisa tidak kau jangan terlalu formal dengan ku?""Tentu... hehee!"Jack langsung membawa Amber ke ruangan di sebelahnya untuk mengukur seberapa kuat pemuda itu.Alasannya cukup serius, Amber memiliki kepribadian yang sedikit aneh dan miterius."Aku ingin, kau menunjukkan gerakan yang sudah Allan latih!" kata Jack, seolah bisa menebak apa yang hendak di tanyakan Amber."Baik! tetapi aku harus memulainya dari mana?""Dari awal...!" jawab Jack.Amber mendengus, "haaah, Dari awal? Itu keterlaluan!"Meski mengeluh, Amber tetap mengambil posisi dan mulai memaparkan gerakannya.Ditempat lain, Soe berdiri tegap mengawasi para murid yang sedang berlatih."pertemuan mereka yang dimulai dari proses baku hantam ternyata melahirkan awalan baru!" cibirnyaJoe muncul, bertanya "Apa yang kaka
"Ini di mana? Seharusnya aku bersama Tuan Jack?"Amber menatap ke depan, gua setinggi enam kaki tepat di hadapannya. Diperhatikannya, gua besar itu berbentuk seperti mulut yang sedang menganga. Dismpingnya tumbuh pohon beringin, semak belukar, dan batu-batu besar.Anak muda yang kebingungan itu mencoba berpikir keras. Sejauh mata memandang hanya ada pohon-pohon besar.'Apa maksudnya ini? Peristiwa apalagi yang sedang menimpa ku?'Dia yakin, kejadian yang janggal sedang menerpa dirinya lagi. Ketika di rumah, Amber sering mengalami hal-hal di luar nalar.Sejak usianya lima tahun, kata kakeknya, dia suka menghilang. Saat di temukan kembali, dirinya tengah bermain dengan bola api dengan mata tertutup.Tidak mengerti mengapa bisa berada di tempat yang tidak dikenal. Lagi pula, bagaimana bisa mengenalinya kalau memang belum pernah ke sana, semua terlihat asing.Amber menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.'Aku benar-benar tak mengerti. Padahal sudah lumayan banyak hal-hal aneh terjadi! Te
Seperkian detik, Amber menyerang Steve. Dia melakukan lompatan setengah meter seraya kaki kanannya menderu. Menyusul kaki kiri berputar seratus delapan puluh derajat.Dua serangan itu berhasil dihindari Steve yang menggeserkan badannya. Tetapi, belum lagi dia membalas, Amber sudah bergerak. Tangan kanannya mengarah ke ulu hati Steve.Sontak Steve mencoba menutup dengan mengibaskan tangannya. Namun, pukulan Amber memang tidak akan pernah sampai pada sasarannya. Karena, itu hanya pancingan belaka.Steve menyadari hal itu dan melompat mundur. Sayangnya, kepalan tangan kiri Amber melayang deras tepat menghajar pelipisnya, ditambah lagi satu tendangan mengenai perutnya membuat dirinya terhuyung."Hahaha.. kondisi sadar atau tidak kau yang terbaik!"cibir Steve menstabilkan tubuhnya. Lalu Tangan kanannya siap menggedor kepala Amber.Amber bergeming, dia cepat bergerak ke arah kiri. Lalu, menghantamkan pukulan ke wajah Steve. Dilanjutkan tendangan memutar dengan kaki kirinya, membuat pemuda
Pria tua itu mengambil napas panjang sebelum melanjutkannya,"Sementara yang terjadi pada Amber adalah kasus yang berbeda!"."Jiwanya masuk ke kedalaman yang luar biasa. Ujung alam bawah sadar di sebut alam Syakukyou. Disana, sakit bukan kepalang, rasanya aliran kuat sedang memasuki isi kepala. Diteruskan dengan seperti ada yang melahap dari dalam. Seolah merusak jiwa, menahan segala rasa sakit, itu merupakan bukti telah meraup kekuatan dahsyat!""Menurut prediksiku, dengan kekuatan tersebut Amber tak sadar telah membangunkan jiwa lain yang disegel oleh seseorang di dalam dirinya. Bisa di pastikan kalau dia belum sempurna menguasai tenik beladiri Gyaku tahap akhir!" jelas Jack panjang lebar.Dia memberi isyarat kepada anaknya untuk membawa Amber ke kamarnya.Setelah menyanggupi, Steve membopong Amber dan meninggalkan tempat itu.Sore harinya, jam lima tepat...Seorang laki-laki berusia sekitar dua puluhan tengah duduk diatas kursi.Tubuhnya kurus dengan rambut agak gondrong. Matanya
Mereka berdua mundur karena di dorong oleh datangnya Jack bersama Soe dan Joe. Steve tampak tak puas. Tetapi, tidak berani berbuat apa-apa lagi, terutama setelah mendengar Jack berkata, "Satu tindakan saja melihat kalian bertarung lagi, aku akan menjadi lawan kalian sekarang!" Tak terpacaya apa yang di lihat semua orang. Bahkan Steve yang di sebut penggila perang, tubuhnya bergetar. Setetes keriangat ikut terjatuh melewati keningnya. Belaian angin menyisir lembut rambut Amber. Dia tidak peduli dengan peringatan Jack, memasang kuda-kuda siap untuk menghadapi sang Master. Sekujur tubuh Jack mengeluarkan aura yang sangat berat. Udara di sekitanya juga terasa pengap. "Huahaha..! Apa, anak muda? Kau bahkan lebih bodoh dari yang terlihat!" "Apa aku terlihat seperti orang sekecil itu? Kau mengatakan sebelumnya, bukan! Jika aku meminta air, kau pasti akan memberiku air, kan!" kata Jack. "Lalu, apa?" "Artinya, aku akan m
Pagi ini Amber dan Jack mulai melakukan perjalanan ke suatu tempat yang terletak di belakang kediaman Verbegens. Beruntung anak muda itu tidak kesiangan, karena semalam beberapa kali mengadakan pertempuran dengan Steve hingga kelelahan. Sementara, Steve masih bermalas-malasan di tempat tidurnya. Padahal, Jack sudah berkali-kali membangunkannya. Sejauh mata memandang, hanya ada pepohonan yang menjulang tinggi. Percikan kuning yang terlihat di langit, menjadi pertanda bahwa malam akan berganti dengan siang. Kabut tipis yang berada di pucuk pohon, kian memudar seiring waktu. Siang akan segera datang, dan Amber tidak tahu mau dibawa kemana oleh Jack. Sebab, tepat pukul empat pagi, saat Amber terlelap dalam tidur, Jack tiba-tiba membangunkannya. Katanya Amber harus menjadi lebih kuat agar mampu menaklukan Monster yang berada didalam tubuhnya. 'Tapi, aku sama sekali tidak mengerti! Monster? Di tubuhku?' 'Yang jelas, kau ikut aku!'
Siang hampir menjelang malam.Amber tak sempat makan hari ini karena terlalu fokus pada latihanya."Sudah cukup!" kata Jack.Namun Amber tidak bergeming, matanya masih terpejam dalam kondisi meditasi."Apa kau akan terus berlatih dengan perut kosong? Mari kita kembali ke sungai yang tadi. Mencari makan lalu istirahat!" imbuh Jack lagi.Amber membuka matanya, dia tidak menolak ajakan Jack, sebab perutnya sudah keroncongan.Keduanya pun beranjak pergi ke sebuah perbukitan yang sedikit berumput, beserta sungai yang tidak cukup jauh dari persinggahan mereka."Apa kita akan bermalam di sini?" tanya Amber."Tidak ada pilihan lain. Setidaknya kita bisa beristirahat untuk malam ini!""Anda bercanda? Di tempat ini?" Amber kaget dengan pernyataan Sang Master."Ya! Aku tidak tahu latihanmu mengendalikan Qi akan membutuhkan waktu lama atau tidak! Sebab itu, kita akan menghemat jarak dengan bermalam di sini!" ucap Jack."Sebelu