Share

Bab 4 "Ayah pulang"

Xue Feng melihat ayahnya, pamannya, dan beberapa orang lainnya kembali menaiki kuda perkasa. Di benua ini, kebanyakan orang menggunakan kuda sebagai transportasi utama. Ada juga beberapa orang yang menggunakan monster terbang, tetapi umumnya hanya orang kaya dan berkuasa yang memilikinya karena monster terbang sulit untuk dijinakkan.

Karena tidak ada teknik khusus di benua ini untuk menjinakkan monster, mereka hanya dapat menjinakkannya secara perlahan atau dengan cara khusus yang hanya diketahui oleh para penjinak yang khusus menjinakkan monster yang masih anak-anak. Mereka juga dapat menjinakkannya dengan cara kasar, yaitu memasukkannya ke dalam sangkar beberapa waktu hingga menjadi lebih jinak atau bahkan menjadi makanan seseorang.

"Hey, Xiao-Feng, dari mana saja kamu? Apakah kamu dari rumah bibimu?" tanya seorang pria paruh baya dengan kepribadian yang bebas.

Xue Mo, paman Xue Feng yang kedua, berusia sekitar empat puluh tahun. Dia terlihat kurang rapi dan berpakaian sangat sederhana. Rambutnya panjang sebahu dan diikat, dan dia selalu membawa dua bilah pedang panjang, satu di pinggang dan satu lagi di tangannya. Dia juga memiliki senyum yang tampan di wajahnya.

"Iya, paman Mo, aku baru pulang dari rumah bibi. Apa kamu akan tinggal lama di sini kali ini?" tanya Xue Feng, karena paman Mo sering menghilang untuk berlatih pedang.

"Hahaha, kalimat apa itu yang kamu gunakan? Hey, kamu tidak tahu seberapa membosankannya tinggal di kota kecil ini. Jika kamu keluar, kamu akan tahu bahwa banyak hal yang terjadi di benua ini sekarang," ucapnya sambil terus ingin menceritakan pengalamannya.

"Xue Feng, apakah bibimu masih di rumah?" tanya seorang paman paruh baya yang terlihat dingin dengan tiba-tiba, seolah-olah ingin memotong percakapan Xue Feng dengan paman Mo, agar paman Mo tidak mulai menceritakan pengalaman masa mudanya. Karena paman Mo sangat suka bercerita, selain bermain pedang.

Xue Bo, paman tertua Xue Feng yang berusia sekitar lima puluh tahun. Dia memiliki wajah yang dingin dan selalu terlihat tegas, berpakaian hitam dan senjatanya adalah sebuah kapak besar. Dia adalah ayah Xue Wei, tetapi tampaknya dia tidak terlalu peduli pada anaknya sendiri. Mungkin karena sifatnya yang dingin, dia tidak terlalu pandai bergaul dengan anak-anak di rumah Xue.

"Bibi masih di rumah, dia terlihat terburu-buru tadi. Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Xue Feng dengan tenang, karena dia sudah mengenal sifat setiap orang di rumah keluarga Xue.

"Ya, dia memang terburu-buru, karena bibimu sepertinya akan naik tingkat kelima setelah ini," kata paman Mo dengan santai.

"Oh, itu bagus. Dalam diam, bibi sudah menjadi penguasa yang keempat lingkaran kelima dalam keluarga kita," balas Xue Feng dengan gembira untuk bibinya.

Dalam keluarganya, kakeknya dikatakan paling kuat, setelah itu ayahnya, dan paman Mo. Sekarang bertambah seorang lagi, itu pasti patut dirayakan.

"Baiklah, apakah kamu ingin terus berbicara di tengah jalan ini? Aku harus pulang bertemu dengan istriku yang menunggu," ucap seorang lelaki yang diam sejak tadi sambil memeluk lengannya di atas kuda sambil mendengar percakapan mereka.

Xue Long, terlihat berusia tiga puluh lima tahun, dengan rambut panjang yang diikat, memakai pakaian berwarna biru lembut. Dia terlihat mirip dengan Xue Feng, tetapi Xue Feng lebih tampan karena rambutnya perak dan mengikuti wajah ibunya yang memiliki mata dan hidung mancung. Xue Long juga terlihat memegang sebuah kipas tangan yang memiliki simbol Ying - yang di tangannya.

"Baiklah, aku akan pergi melihat Mei Lin. Dia harus bersiap-siap untuk naik tingkat sekarang. Aku akan pergi menjaganya," ucap Paman Mo kepada ayah Xue Feng dan juga Paman Bo.

Mereka menatap kepergian Paman Mo dan kemudian melanjutkan jalan menuju rumah masing-masing.

Xue Feng berjalan sendirian, karena ayahnya harus pergi menyimpan kuda itu di kandangnya. Kuda itu juga adalah monster yang dijinakkan, dan tidak menyukai orang lain yang mendekatinya kecuali pemiliknya. Oleh karena itu, ayahnya harus mengantarkan kuda itu sendiri di kandangnya.

Saat Xue Feng sampai di hadapan rumahnya, dia melihat Xue Mei dan Xue Fei sedang asyik berbincang tentang sepatu baru yang mereka beli.

Juga terlihat seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun yang sedang duduk menjahit sesuatu di luar pondok luar ruangan rumahnya.

Wanita tersebut adalah ibu Xue Feng, Lin Xi. Ia memiliki rambut panjang yang melebihi pinggangnya, hidung mancung, serta mata hitam pekat yang terlihat dalam. Ia jugak memakai gaun berwarna putih, sehingga terlihat lembut. Halaman rumahnya dipenuhi dengan bunga-bunga yang ditanam oleh ibunya.

Xue Feng berjalan perlahan mendekati ibunya. "Bu, Paman Mo memberitahuku bahwa bibi akan naik ke tingkat lingkaran kelima nanti. Kakek pasti senang mendengarnya. Aku harap kakek juga akan naik tingkat setelah bibi Mei" ucapnya sambil menuangkan teh untuk mereka berdua dan minum.

Kakeknya juga sedang dalam latihan tertutup, sudah tiga bulan.

Lin Xi, yang sedang menjahit, berhenti sejenak dan melanjutkan jahitannya.

"Bibi kamu sudah lama menunda untuk naik tingkat. Dia ingin stabilkan lingkaran spiritual nya dahulu sebelum naik. Pasti paman Bo kamu merasa tidak nyaman sekarang," ucapnya lembut.

"Iya, paman Mo dan ayah sudah lama adalah penguasa lingkaran kelima. Sekarang, bibi juga, sudah melampauinya dengan hanya memiliki kekuatan lingkaran keempat," pikir Xue Feng.

"Baiklah, bu. Aku akan kembali ke bilik dahulu. Aku juga perlu mandi. Mungkin paman Mo akan datang makan di sini nanti. Ibu harus memasak banyak malam ini."

"Hey, dua gadis, tolong ibu memasak nanti. Paman Mo sudah pulang dan dia akan senang cerita-cerita padamu jika tahu kalian ikut membantu ibu memasak," ucap Xue Feng pada dua gadis yang terus bergosip.

Mata kedua gadis itu berbinar-binar, kegirangan memancar dari wajah mereka saat mendengar kata-kata Xue Feng.

Karena paman Mo suka berbagi cerita saat ia merantau. Gadis-gadis yang sangat penasaran dengan dunia luar itu senang mendengarnya.

Karena tidak semua orang pernah keluar dari kotanya sendiri, dikarenakan transportasi yang kurang sesuai untuk perjalanan jauh atau mereka merasa tidak aman membawa keluarga mereka melewati jalan hutan yang dipenuhi oleh monster, maka kebanyakan hanya tinggal di kotanya sepanjang hidup.

"Bu, ayo pergi masak, paman Mo dan ayah sudah pulang, ibu harus memasak banyak dan juga enak, kami pasti akan membantu ibu" ucap Xue Fei pada Ibunya dengan ceria.

Di rumah mereka, tidak ada pelayan untuk memasak. Karena ibunya menyukai memasak sendiri untuk keluarganya. Pelayan hanya bertanggung jawab membersihkan rumah atau membantu saat ibunya membutuhkannya.

Xue Feng perlahan-lahan berjalan menuju kamarnya, masuk dan melihat sekeliling, takut ada mata licik yang mengintai.

Xue Fei adalah mata licik dirumahnya, jika dia penasaran akan sesuatu, dia pasti akan mencari tahu.

Ia melepas pakaiannya dan terus melihat tato berwarna kulitnya. Ia menyentuhnya dan merasakan bahwa tato tersebut tidak hanya ada di kulit dadanya, tapi juga seolah-olah menyatu dengan dagingnya.

Setelah memastikan bahwa tato hanya ada di bagian dadanya, Xue Feng duduk di atas tempat tidur sambil melihat apa yang ada di dalam cincin sumi yang telah diambilnya sebelumnya. Ia belum sempat memeriksanya sebelumnya, karena harus pulang awal, dan juga waspada jika ada orang yang datang ke tempat pertempuran itu.

Ia melihat banyak uang emas di dalamnya, setiap keping emas sebanding dengan seratus keping perak, dan setiap keping perak setara dengan seribu kepingan tembaga. Sepotong roti atau satu mangkuk nasi berharga lima keping tembaga belum termasuk lauk-pauk.

Xue Feng memperkirakan ada sekitar seribu keping emas, serta banyak daging monster. Tampaknya lelaki tua itu adalah pengumpul daging monster. Ada juga pakaian dan berbagai barang pribadi lelaki tua tersebut.

Melihat banyaknya daging monster membuat Xue Feng merasa sangat bahagia, karena ia banyak berlatih dan mengandalkan daging itu untuk memperkuat tubuhnya.

Setelah melihat dan memisahkan barang-barang yang akan ia buang nanti, Xue Feng menyimpan cincin tersebut.

Kemudian dia menutup matanya, dan melihat buku yang terus bersinar yang ada di pikiran nya, tetapi dia tidak memahami bahasa apa di kulit buku kuno itu.

Tiba-tiba, buku itu bersinar terang. Kepalanya mengeluarkan cahaya ungu jika dilihat dari luar..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status