Share

Bab 3 "Xue Feng mendapatkan kekuatan spiritual"

Xue Feng yang terkejut mencoba membuang buku hitam itu, namun, buku tersebut tiba-tiba retak dan berkeping-keping, mengeluarkan tulisan yang tidak dimengerti oleh Xue Feng.

Dalam kebingungan, Xue Feng melihat tulisan berwarna emas mendekatinya. Sebelum dia bisa bereaksi, tulisan emas itu masuk dan menyerap ke dalam tubuhnya.

Xue Feng merasakan panas yang menyengat seperti minyak panas meresap ke dalam kulitnya. Ia terduduk, menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya.

Bagian bawah kaki dan pangkal pahanya terasa seolah terbakar. Xue Feng mencoba mengatur nafasnya, tetapi hembusan napasnya terasa terbata-bata akibat kesakitan.

Sambil mengigit giginya, Xue Feng merasa keringat mengalir di dahinya. Saat rasa sakit menyebar, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu dalam pikirannya - Buku kuno bercahaya ungu yang berputar-putar.

Dalam sekejap, dia juga merasakan panas di dadanya. Xue Feng melihat ada tato dan tulisan yang asing muncul di dadanya, tampak mengesankan baginya.

Sambil memandangi tato yang muncul dengan tiba-tiba, dia merasakan tubuhnya menjadi lebih kuat dan merasakan aliran yang nyaman memasuki dan merambat ke seluruh tubuhnya, memberikan perasaan yang tak terlukiskan sebelumnya.

Xue Feng merasakan perasaan bermandikan dengan kehangatan, sepertinya sel-sel tubuh nya berteriak kegirangan.

Saat itu, dia jugak merasakan sesuatu dihatinya. Itu perasaan seperti sesuatu yang paling diharapkan telah terjadi.

Dalam keraguan, ekspresi wajah Xue Feng berubah menjadi kejutan.

"Apakah ini kekuatan spiritual?" serunya dalam pikirannya.

Saat itu, Xue Feng yang terkejut, mengeluarkan cincin sumi yang sebelumnya telah ia ambil dari mayat lelaki tua.

Dia ingin mencoba, apakah itu benar-benar apa yang dia pikirkan. Hatinya merasa sangat rumit saat ini, dia tidak dapat gambarkan perasaannya.

Dengan gemetar, ia memasang cincin di jarinya dan membayangkan membuka ruang di dalamnya. Tiba-tiba, asap tipis berwarna merah muda meluncur keluar dari jarinya yang memakai cincin.

Dia terkejut sejenak, bertanya-tanya mengapa ada asap yang keluar. Seharusnya orang lain memancarkan cahaya aura ditubuhnya atau bagian yang diinginkan saat menggunakan energi spiritual, bukan? Pikirannya penuh kebingungan.

Dalam benaknya, ia melihat ruang yang luas berisi lima puluh meter di dalam cincin tersebut, dan ia juga melihat mayat monster singa yang lebih kecil dari yang sebelumnya telah mati di luar sana.

Akhirnya, ia menyadari mengapa monster itu sangat membenci lelaki tua tersebut, karena ia telah membunuh anak monster itu.

"Pasti monster itu melihat orang tua itu membunuh anaknya dan memasukkan kedalam cincin ini, yang membuatnya sangat ingin mati sama-sama dengan musuh yang membunuh anaknya.." pikirnya.

Tanpa banyak berpikir, Xue Feng memasukkan mayat monster singa besar yang sudah mati ke dalam cincin barunya, kemudian melihat pada mayat lelaki tua itu, apa yang harus dilakukan dengan mayat ini? Apakah meninggalkan disini? Atau... Lebih baik membuangnya ditempat lain? , pikirnya, kerana setidaknya jika ada yang ingin mengetahui apa yang terjadi disini, mereka harus terlebih dahulu mencari mayat ini.

Tanpa ragu, ia memasukkan jugak mayat itu kedalam cincin. Kemudian terus melompat ke atas pohon, meninggalkan area pertempuran itu.

Kali ini, ia mencoba menggunakan kekuatan spiritual yang ada dalam tubuhnya. Meskipun tidak terbiasa, namun, ia terus mencoba dan menggunakan sedikit kekuatan spiritual yang memiliki elemen yang tidak diketahui, hingga ia merasa terbiasa dan langkah kakinya menjadi ringan.

Ia hampir yakin bahwa jika ia menggunakan lebih banyak kekuatan spiritual, ia akan dapat terbang dalam jarak pendek.

Dengan menggunakan energi spiritualnya, Xue Feng berlari lebih cepat dari sebelumnya saat datang ke tempat ini. Ia berputar di sekitar pohon beberapa kali dan akhirnya melihat sebuah jurang yang dalam. Ia merasakan perasaan yang agak resah saat mencoba ingin melihat kebawah, tanpa banyak berpikir, dia melempar mayat itu kebawah.

Setelah itu, ia terus melompat dari pohon sambil berputar-putar, agar jika ada orang yang mencoba mengikutinya, mereka tidak akan bisa mengikuti jejaknya. Ia juga berusaha untuk terbiasa dengan kekuatan yang baru ia peroleh.

Xue Feng juga tidak lupa kuntum bunga yang diinginkan oleh bibinya. Kini, dia memiliki cincin ruang yang memungkinkannya menyimpan berbagai macam buah dan tanaman berharga di dalamnya.

Xue Feng pulang menggunakan jalan memutar dari arah jalan yang dia masuki hutan tadi, agar tak ada yang melihatnya keluar dari pintu masuk hutan Bintang Jatuh.

Dia tidak mengetahui apakah ada orang lain yang melihat pertempuran itu, tapi dia harus waspada supaya tidak menjadi target yang mencurigakan.

Saat melompat mengunakan sedikit kekuatan spiritual pada kakinya, dia terus bingung melihat asap yang keluar melalui kaki itu saat energi spiritual diaktifkan. Apakah kerana kekuatan spiritualnya tidak asli, atau kerana dia mendapatkan kekuatan itu dengan cara yang lain maka cara kerja kekuatan spiritual itu tidak sama dengan orang lain yang dia ketahui?

Xue Feng terus melanjutkan menuju jalan pulang dalam kebingungan..

..........

Saat hampir senja, Xue Feng akhirnya melihat tembok kota. Dia berjalan perlahan memasuki kota, dan menuju rumahnya setelah menempuh jalan yang agak jauh. Meskipun langkah kakinya tetap seperti biasa, namun terlihat lebih kokoh dari sebelumnya.

Meskipun dia sudah berjalan pulang mengunakan kekuatan spiritual yang baru didapatnya, dia masih terasa agak tidak nyata saat ini, ia akhirnya memiliki kekuatan yang membuatkan banyak mata yang menatapnya dengan merendahkan.

Xue Feng juga merasakan tato di dadanya terus menarik energi spiritual di sekitarnya untuk memperkuat tubuhnya. Hal ini membuatnya merasa takjub dengan buku hitam yang memasuki tubuhnya, dia terus merasa hangat dan nyaman sejak tato itu muncul di dadanya.

Dia jugak penasaran dengan buku ungu yang ada di benaknya, tapi untuk sekarang, Xue Feng hanya bisa menahan perasaan ingin tahunya, dan mempelajarinya pelan-pelan setelah kembali ke rumahnya.

Xue Feng berjalan perlahan mengikuti kerumunan yang terkadang terus menatapnya dengan penasaran. Kerana saat Xue Feng memiliki kekuatan spiritual, dia tidak sedar terjadi perubahan emosi pada dirinya sendiri yang terlihat memiliki keyakinan yang kuat, berbeda sebelumnya.

Rambut peraknya yang panjang terus berkibar mengikuti angin, membuatnya menonjol di tengah keramaian jalanan. Rambut tersebut sangat langka dan hanya dimiliki olehnya dikota itu. Ramai yang mengatakan rambutnya menjadi warna perak kerana tidak mempunyai kekuatan spiritual..

Xue Feng pulang dengan membawa bungkusan daun yang diambilnya dari hutan untuk membungkus bunga yang diinginkan bibinya.

Dia harus menyembunyikan cincin dan kekuatannya untuk sementara waktu, karena dia perlu mempelajari kekuatan yang baru dan anehnya untuk sementara, dan menjadi kuat tanpa gangguan.

Namun, jika ada yang melangkah terlalu jauh, dia akan terpaksa menyerang dengan berat hati. Meskipun tanpa kekuatan spiritual, Xue Feng yakin anak-anak kecil itu akan mendapat pelajaran jika dipukulinya.

Karena sejak kecil, Xue Feng fokus pada pertarungan dan latihan jarak dekat, dia sangat yakin dengan kemampuan tendangan dan tinjunya.

Penguasa spiritual umumnya kuat dalam pertarungan jarak jauh, namun, lemah dalam jarak dekat, kecuali bagi mereka yang banyak berlatih mengunakan tinju dan tendangan sama dengannya. Tapi, kerana penguasa spiritual dapat menyerang dalam jarak jauh, banyak yang fokus pada serangan itu daripada pertarungan jarak dekat.

Tanpa menyadarinya, dia tiba-tiba sudah berada di gerbang keluarga Xue. Ketika hendak masuk, dia melihat Xue Mei sedang berjalan pelan-pelan ke gerbang bersama seorang gadis.

Gadis itu memiliki tinggi 165cm dan rambut hitam panjang yang diikat ke atas. Dia terlihat imut dan ceria, dengan setiap langkahnya melompat-lompat kecil dengan gembira. Gadis itu mengenakan gaun oranye yang mencerminkan kepribadiannya senantiasa ceria.

Itu adalah Xue Fei, adik perempuan Xue Feng.

Saat Xue Mei melihat Xue Feng mendekat ke gerbang, dia segera berlari mengejarnya bersama Xue Fei.

"Xue Feng! Kamu pergi ke mana? Apa kamu sedang keluar dengan seorang wanita sampai tidak menemani kami?" tanya Xue Fei sambil menarik tangan di pinggangnya dan berusaha terlihat garang dan marah.

Xue Mei juga mengangguk, memberikan dukungan pada Xue Fei untuk memarahi Xue Feng yang tidak menemani mereka.

"Oh, kamu terlihat serius. Tidak ada orang yang akan mau menikahi kamu nanti, Fei-Fei. Apa aku ada masa untuk memikirkan wanita sekarang? Aku hanya ingin berlatih dan terlihat tampan selalu," balas Xue Feng sambil memperlihatkan otot bisepnya yang berotot.

"Huh, Xue-ge, kamu pasti ada menyembunyikan sesuatu dari kami, hingga tidak mengajak kami ikut kamu, kan? Huh, aku tidak peduli. Kamu harus menemani kami makan bersama nanti," balas Xue Fei lagi.

Xue Feng selalu berlatih, dan jika penat, dia akan tidur terus, tanpa pergi makan bersama dengan keluarganya. Dia hanya akan selalu muncul pada waktu sarapan pagi.

"Baiklah, Aku akan kembali dan meminta uang dari bibi terlebih dahulu. Sampai jumpa saat makan, Fei-Fei, Mei-Mei," kata Xue Feng sambil berjalan perlahan masuk, sambil melambaikan tangan seakan berkata, "Aku pergi dulu, lanjutkan pembicaraanmu."

...

Xue Fei melihat pada kepergian saudaranya yang mencurigakan, "Dia pasti tidak akan dapat menyembunyikan sesuatu dari kami dengan lama Mei-Mei, pasti kita akan tahu nanti, hahahah" ucap Xue Fei pada Xue-Mei sambil ketawa dengan tangan mencekat pinggang halusnya.

Xue Mei hanya menggelengkan kepalanya melihat Xue Fei tertawa tanpa alasan, dia heran, apa yang ada di kepala Xue Fei.

Xue Feng pergi ke rumah bibinya dengan berjalan perlahan. Selama perjalanannya, beberapa pelayan menyapa Xue Feng dengan sopan namun terlihat tidak begitu antusias.

Mereka juga memiliki kekuatan spiritual sendiri dan merasa sedikit lebih superior daripada Xue Feng yang tidak memiliki kekuatan tersebut.

Xue Feng hanya membalas sapaan mereka dengan mengangguk sedikit. Baginya, hanya orang-orang terdekat dan keluarganya yang benar-benar berarti.

Jika seseorang menghormatinya, dia akan menghormati mereka kembali dengan sejajar. Dia tidak perlu rumit-rumit dalam mengatur emosi dan perasaannya, berharap orang lain menghargainya.

Yang terpenting, Xue Feng harus menghargai dirinya sendiri, karena saat putus asa, hanya dirinya sendiri yang bisa merasakannya.

Saat tiba di rumah bibinya, Xue Feng mengetuk pintu sambil berteriak, "Bibi, aku pulang untuk mengambil uang!"

Ketika dia masih kecil, bibinya selalu memberinya uang. Namun, ketika dia tumbuh dewasa, dia merasa malu jika bibinya masih memberinya uang. Meskipun begitu, dia masih sering memasuki hutan dan mencari bunga atau benda-benda menarik lainnya. Akhirnya, bibinya yang selalu mengambil benda-benda itu dan memberinya uang sebagai upah.

"Bibi senang kamu pulang tepat waktu, aku butuh bunga itu sekarang," balas bibinya sambil muncul di atap rumah yang rendah.

"Bibi, mengapa kamu selalu naik ke atap? Apakah lebih nyaman di sana dengan angin yang bertiup?" tanya Xue Feng sambil memperhatikan raut wajah bibinya yang tampak sedikit cemas.

"Hahaha, jangan banyak bertanya. Ini adalah upah kamu, dan jika ada lebih, berikan saja pada bibi," kata bibinya sambil melemparkan bungkusan uang dari kain kulit.

Xue Feng juga melemparkan bungkusan daun pada bibinya sambil mengambil bungkusan yang bibinya berikan.

"Baiklah, aku pulang dulu, Bibi. Jika kamu memiliki waktu, datanglah dan makan bersama kami nanti." ucapnya sambil memasukkan dompet kulit kecil dalam poketnya.

Namun, saat dia melihat pada atap itu lagi, bibinya telah menghilang dari atap, sepertinya dia sangat terburu-buru. Meskipun dia penasaran, dia hanya menguburkan rasa penasaran dalam hatinya. Mungkin juga, dia boleh bertanya pada Ibunya.

Ketika Xue Feng sedang berjalan pulang ke rumahnya, ia mendengar suara sekelompok tapak kaki kuda yang memasuki gerbang keluarga Xue dengan perlahan. Tampaknya mereka sudah balik. Pikirnya sambil terus berjalan ke rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status