Share

BAB 7. Pertandingan Harga Diri Keluarga

Jawaban Patriark Keluarga Wang itu sebenarnya jawaban yang paling tidak diinginkan oleh keluarga Qiang. Namun Patriark keluarga Qiang tidak dapat menolaknya. Semua orang bersorak-sorak yang menyetujui pendapat yang diberikan oleh Patriark keluarga Wang. Bahkan ada dari pihaknya sendiri yang menyetujui saran itu. Sehingga mau tidak mau patriark keluarga Qiang akhirnya harus menyetujui.

Dipihak keluarga Qiang semua nampak tegang. Mereka ingin mengetahui tingkatan kultivasi tertinggi yang dimiliki oleh perwakilan angkatan muda pihak keluarga Wang. Hal ini akan menentukan sekali nasib angkatan muda keluarga mereka nantinya.

"Kalau boleh aku juga ingin menyarankan,” ucap Qiang Chau terus mencoba untuk memberikan keadaan yang menguntungkan pada pihak keluarganya.

“Apa itu?” tanya Patriark keluarga Wang penasaran.

“Setiap orang yang bertanding diberikan kesempatan beristirahat setelah ia memenangkan dua pertandingan. Pihaknya boleh digantikan terlebih dahulu salah satu anggota keluarga yang belum dikalahkan.”

Mendengar usulan Patriark keluarga Qiang, keluarga Wang sedikitpun tidak keberatan. Bahkan ia memperbolehkan satu pertandingan yang sudah dimenangkan pertandingan selanjutnya perwakilan keluarga yang masih belum dikalahkan untuk maju.

Setelah kedua belah pihak sepakat, pertandingan pun dimulai. Yang bertanding pertama kali di pihak keluarga Qiang adalah Qiang Lu, orang termuda dari perwakilan keluarga Qiang. Sementara dari pihak keluarga Wang diwakili pemuda yang bernama Wang Kiau.

“Apa, ranah Perubahan Darah!” seru Patriark keluarga Qiang cukup terkejut melihat lawan cucunya yang masih berada di ranah Penguatan Nafas Batin Halus itu.

Semua orang di pihak keluarga Qiang menjadi tegang. Perbedaan tingkat kultivasi di pihaknya dengan pihak musuh cukup jauh. Kalau dipaksakan bertarung tentu hanya akan mencelakakan Qiang Lu. Apalagi disepakati dalam pertarungan ini siapapun boleh membunuh lawannya.

“Qiang Lu, menyerah saja!” seru Qiang Fan setengah berteriak.

Mendengar teriakan Qiang Fan, tanpa banyak bicara Qiang Lu pun meninggalkan gelanggang. “Aku menyerah!” teriaknya.

Keputusan menyerah yang dilakukan oleh Qiang Lu itu menjadi bahan ejekan para penonton terutama pihak keluarga Wang. Merekalah yang memprovokasi sehingga penonton lain yang bukan dari pihak kedua keluarga turut mengejek keputusan Qiang Lu itu.

Qiang Bhu yang tidak tahan adik sepupunya mendapat ejekan seperti itu, langsung turun gelanggang. Ia langsung menyerang Wang Kiau yang terlihat tersenyum sinis penuh kemenangan. Namun sayang serangannya itu tidak berarti apa-apa bagi perwakilan pihak keluarga Wang itu. Ia bahkan mampu membalikkan serangan dengan menggunakan serangan yang lebih kuat.

Wang Kiau memang memutuskan untuk menghadapi serangan Qiang Bhu keras dengan keras. Ia turut melakukan serangan dengan niatan melakukan adu tenaga. Tentu hasilnya dapat ditebak. Qiang Bhu langsung terlempar puluhan tombak dan menyemburkan darah segar.

“Berikan Pil Penyembuh tujuh bintang!” teriak Patriark keluarga Qiang ketika memeriksa keadaan Qiang Bhu yang sudah berada di ujung tanduk.

Pil tujuh bintang merupakan pil yang sangat langka. Konon pil ini dapat menyembuhkan orang yang akan mati. Bahkan dikatakan meskipun orang itu sudah putus lehernya, namun ketika nadi atau detak jantung masih ada maka ia masih dapat disembuhkan. Dan benar saja setelah diberikan pil itu, Qiang Bhu yang nyawanya sudah diujung tanduk bisa diselamatkan nyawanya.

“Biarkan dia beristirahat!” ucap Qiang Chao.

Keluarga Qiang kini dibuat bingung setengah mati. Mereka tidak menyangka di pihak keluarga Wang memiliki angkatan muda yang sudah berada di ranah Perubahan Darah. Tentu tidak ada satupun dari pihak mereka yang sepadan dalam bertarung dengan pihak musuh.

“Biarkan aku mencobanya, kek!” ucap Qiang Yun menawarkan diri.

Pemuda itu pun sebenarnya sangat yakin ia bukanlah tandingan pihak musuh. Ranah kultivasi yang ia miliki masih berada di bawah musuh beberapa tingkatan. Namun ia sendiri tak mungkin membiarkan begitu saja pihak yang menang. Kekalahan tanpa perlawanan sedikit pun tentunya akan membuat malu keluarga Qiang.

“Jangan bertindak bodoh! Kau hanya akan mengorbankan nyawa apabila melawannya,” ucap Patriark keluarga Qiang setengah membentak marah.

Qian Yun pun terdiam. Ia tentu tidak berani membantah kakeknya. Meskipun saat itu emosinya mau meledak mendengar ejekan musuh yang mengatakan keluarga mereka tidak berguna.

‘Patriark Qiang, apakah kalian menyerah?” tanya Patriark Wang dengan senyum liciknya.

“Jangan mimpi orang tua! Bukankah kami belum kalah. Baru dua orang pihak kami yang turun gelanggang. Itu artinya kalian belum mengalahkan kami!” seru Qiang Fan yang maju ke gelanggang berhadapan langsung dengan Wang Kiau yang masih berdiri dengan wajah angkuhnya.

“Hmmmm.. Hanya Ranah Penguatan Nafas kehendak kau berani menantangku? Sungguh tak tau diri dan tak sayang nyawa,” cibir Wang Kiau menghina.

Qiang Fan tertawa meremehkan. Ia mengatakan lawan hanya manusia kerbau bertubuh besar banyak omong sesumbar hendak mengalahkannya.

"Dengan sekali pukulan cukup bagiku mengirimmu menghadap raja neraka!" ucap Qiang Fan dingin melemahkan mental lawan

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status