Selepas Magrib mereka berangkat. Sekali lagi Bayu memegang kemudi. Sementara yang lain terlihat menikmati keindahan malam. Bulan tampak bersinar redup malam itu, tapi bintang-bintang banyak bertaburan dikaki langit. Sungguh indah pemandangan malam ditengah laut.
Kapal pesiar mewah itu terus melaju memecah ombak. Sekitar satu jam mereka hanya terduduk diam dan merenung sendiri-sendiri. Terlihat Baron mulai mengantuk ketika Surya tiba-tiba berdiri dan menatap bintang. Matanya seperti menyala saat tangannya terangkat untuk menunjukkan suatu titik di cakrawala.
“Hei, Lihat!” katanya tegas. “Gerbang Surga sudah terbuka.”
Mereka semua langsung berdiri.
“Apa maksudnya?” Baron bertanya sembari mena- tap ke kegelapan. “Pintu apa yang terbuka?”
Surya tak menjawab hal itu, tapi jarinya menunjuk titik cahaya di kejauhan. “Kalian lihat? Antares sudah muncul di tenggara dan Vega di timur laut. Dan di sana kukira Regulus, atau mungkin Capella, berada di barat laut. Dan, ya, Sirius ada di barat daya. Pada malam seperti ini, bintang-bintang itu muncul membentuk titik kardinal kompas. Orang menyebutnya ‘Pilar Langit’ dan juga ‘Gerbang Surga”.
Surya tertawa ringan, mengejutkan mereka, dan merekapun menertawakan rasa takut mereka sendiri. “Tak ada yang perlu ditakutkan,” katanya sambil memeluk Lyn yang tadi sempat ikut kaget.
“Tentu tidak,” kata Baron tersenyum kecut.
“Tunggu...” kata Bayu tampak bingung. Ia melihat ke cakrawala dan langit. Ekspresinya bertambah bingung.
“Ada apa? Ada apakah?” tanya Baron sambil ikut melihat.
“Sepertinya tempat yang kita tuju sedang ada badai” kata Bayu lagi. Kontan semua pandangan langsung tertuju kearah tempat dimana yang akan mereka tuju. Terlihat kilatan-kilatan petir dan awan hitam dikejauhan.
“B... Bagaimana ini ?” tanya Baron dengan suara bergetar. “Apa kita batalkan aja perjalanan kita malam ini” sambungnya lagi.
“Tidak! Kita sudah sudah terlanjur kemari. Bayu! Arahkan kapal ini kearah barat, kita akan coba memutari badai itu” seru Surya.
“Baik”
Kapal pesiar mewah itu kemudian melaju cepat menuju kearah barat, mencoba mencari jalan yang lain. Sejujurnya, Surya tidak begitu yakin badai akan datang secepat ini. Tapi perhitungannya keliru. Pelan-pelan, dari kejauhan, suara deru angin mencapai telinga mereka. Awalnya seperti siulan panjang yang tiada habisnya, tapi lama-kelamaan semakin keras dan kuat. Semua angin seperti berkumpul bersama, lalu melesat bergemuruh.
Betapa cepatnya angin itu akan datang. Mereka takjub sekaligus ngeri. Tapi belum ada tanda-tanda badai datang, hanya suara badai dan angin kencang yang menyapu mereka. Tapi kini suaranya makin keras bergemuruh, seolah-olah napas dari langit turun ke bumi menghantam mereka. Badai hebat menekan jantung mereka.
Baron tak tahan lagi menahan takut. Dia jatuh berlutut dan menengadahkan wajah, lalu berseru memohon pertolongan Yang Maha Kuasa. Baron berlutut di sebelah Zayn dan memegangi betis Zayn dengan kuat.
Dan selama berjam-jam kapal bergerak pelan di kegelapan, didorong oleh kebutuhan untuk menghindari badai yang makin mendekat.
Weeerr...!!!
Entah dari mana asalnya, suara dahsyat terdengar di telinga mereka. Dan akhirnya, terlihatlah angin badai yang bergemuruh dan bergelombang hebat keluar dari dalam air laut dalam. Angin itu berputar-putar membentuk gumpalan hitam menjulang dan terus bergerak, hingga bulan dan bintang tertutup olehnya.
Mereka tak bisa melihat ujungnya. Ke manapun menengok, yang ada hanya badai. Kapal mereka diliputi badai, di tengah-tengah cengkeraman pusaran topan. Mereka tak bisa berbuat apa pun selain menunggu apa yang akan terjadi kemudian.
Ribuan doa keluar dari jiwa saat badai akhirnya benar-benar menghantam. Bayu jatuh berlutut, terpaku, saat angin puyuh yang berputar-putar membentuk tiang setinggi lima ribu kaki menggulung kapal mereka.
Badai itu berputar mengelilingi kapal mereka. Petir besar menyambar-nyambar di atas mereka, tapi kilatnya tidak mendekati mereka. Angin berputar seperti roda surga bersumbukan doa-doa mereka. Badai itu mematuhi batas- batas gaib demi suatu tujuan tertentu.
Apa tujuan angin itu, tidak ada yang tahu. Merekapun tak tahu kenapa mereka diberi pertolongan di tengah bahaya yang mengancam ini. Badai laut di tengah laut diketahui bisa bergerak sampai ribuan kilometer. Tiada makhluk yang bisa bertahan dalam badai seperti ini. Pusaran air yang berputar amat cepat dengan kekuatan yang dahsyat bisa menyayat daging-daging dan meremukkan tulang-belulang. Tetapi anehnya, tak satu pun bahan-bahan dikapal yang rontok, dan tak sehelai rambut pun yang lepas dari kepala mereka.
Semuanya diliputi kegelapan, seperti seonggok ampas kopi di dalam cangkir. Air mata ketakjuban dan kepasrahan jatuh dari mata Mereka. Baron yang perkasa menangis hebat sampai tak bisa bergerak lagi. Surya dan Lyn saling berpelukan tak mampu menyembunyikan rasa takut mereka, tapi Surya masih mencoba menenangkan Lyn dalam pelukannya. Sementara Bayu dan Zayn luruh dari tangannya, dan bersujud kepada Allah Yang Maha Pemurah atas curahan rahmat-Nya. Dan mereka menangis tanpa henti, tak berani mengangkat kepala sampai akhirnya mereka tak sadarkan diri.
-o0o-
Entah berapa lama mereka tak sadarkan diri, atau kapan badai itu lenyap. Tapi Zayn merasakan kehangatan api unggun menyapu wajahnya dan membangunkannya. Zayn mendengar gumaman di sekitarnya. Zayn mencoba menguping pembicaraan mereka, dan tersenyum ketika Baron bertanya apakah ia boleh membangunkan Zayn. “Kau tak bisa membangunkan orang yang pura-pura tidur,” kata Bayu, yang berdiri di atas Zayn. Zayn tertawa, lalu bangun. “Apa yang terjadi?” tanya Zayn, sambil menatap kabut debu yang mewarnai langit yang muram. “Kami sedang menunggumu,” katanya. “Mengapa tidak ada yang membangunkanku?” “Karena kami tidak tahu apa yang menyebabkanmu tidur.” Zayn mengangguk sambil mengingat-ingat apa yang terjadi. Tubuh Zayn terasa segar dan kesadarannya menaik, tapi Zayn tidak bermimpi. “Badai itu?” Bayu menoleh dan bergeser dari pandangan Zayn. “Badai itu telah hilang, tapi sekarang entah berada dimana kita ?!” katanya.
“Batu-batu ini dipotong dari batu hitam,” katanya, sambil berdiri setelah melakukan pemeriksaan di bagian bawah. “Batu ini menghitam karena api. Sungguh aneh.” “Apa pun yang ada di sini?” tanya Surya. “Tidak ada tanda-tanda atau simbol sesuatu, bahkan sebait puisi pun tidak. Bangsa apa yang membangun tempat ini? Lokasi tempat ini tidak pernah disebut-sebut dalam legenda atau mitologi apa pun. Ini sepertinya belum pernah ditemukan orang.” Ia menghela napas. “Memang tidak ada tanda-tanda simbol, tapi arsitektur bangunan itu sendiri merupakan simbol yang punya arti, dan struktur yang mengelilinginya jelas signifikan maknanya. Aku tak pernah melihat yang seperti ini, tapi jelas ini didesain untuk tujuan religius. Lingkaran kayu yang terbuka ini tampaknya sama dengan lingkaran sumur. Mungkin ini adalah... ” Zayn tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi mulai berjalan mengelilingi struktur itu dan menatap ke langit-langit. Dua kali ia berjalan berputar, berkali-kali menggaruk-
Apa yang terjadi, benar-benar membuat syok Zayn dan kawan-kawannya, ketiganya masih terlihat terduduk lemas ditempatnya masing-masing. Melihat bagaimana Surya dan Lyn telah tiada. Melihat mereka masuk ke dalam api. Sungguh pemandangan yang sangat mengenaskan dan takkan pernah terlupakan bagi ketiganya.Apa yang akan mereka lakukan sekarang ? Entahlah! Bahkan mereka sendiri tak tahu sekarang berada dimana.“Jangan berputus asa seperti itu, dunia masih belum berakhir” sebuah suara lembut terdengar hingga mengejutkan ketiganya. Dengan serentak ketiganya bangkit dari tempatnya masing-masing, celingak celinguk mencari asal suara tanpa wujud itu. Hal ini membuat bulu kuduk ketiganya merinding.Ketiganya langsung merapatkan diri saat beberapa tombak dihadapan mereka muncul sesosok berbentuk bayang-bayang yang semakin lama semakin jelas wujudnya. Dia adalah sosok kakek berpakaian resi bermata putih. Ketiganya yakin kalau kakek resi bermata putih dihadapan me
Sebuah goa yang terkesan sangat menakjubkan tapi juga sedikit menegakkan bulu kuduk. Karena cahaya yang terpancar kedalam goa tersebut sangat sedikit, hingga kondisi yang cenderung remang-remang tersebut sedikit menyeramkan untuk orang yang berada didalamnya. Menakjubkan karena goa tersebut memiliki kedalaman yang sangat dalam, walaupun didalamnya terdapat sebuah ruangan yang sangat luas, yang lebih menakjubkan ternyata langit-langit goa tersebut dapat bertahan karena ditopang oleh sebuah patung berukuran raksasa. Patung dengan kedua tangan yang terangkat keatas seperti tengah menopang langit-langit goa, diatas kepala patung itu terlihat lobang cahaya yang memberikan cahaya dari sinar bulan yang masuk, tapi itupun sinar cahaya yang masuk tampak mengarah kearah kepala patung raksasa tersebut. Hanya pancaran cahayanya yang memantullah yang memencarkan cahaya keseluruh arah diruangan didalam goa batu tersebut. Di bawah pantulan sinar sang bul
Ribuan tahun yang lalu, negeri jin dilanda sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh seorang panglima kerajaan jin terhadap maharaja jin, panglima itu bernama Thathamghi Yam Yal...” Mustofa terus menceritakan tentang peristiwa yang terjadi dinegeri jin ribuan tahun yang lalu, sementara dihadapannya tampak Zayn, Bayu dan Baron yang terdiam, menyimak dan mendengarkan. Dari Jin Mustofa pula Mereka banyak tahu, kalau hampir semua bangsa jin dulunya mengabdi pada baginda Nabi Sulaiman. Dan inilah kisahnya... “Raja Sulaiman, penguasa terkuat dan terbijak yang pernah ada di muka bumi. Kekayaannya tak bisa diukur, kedalaman kearifannya hanya Allah yang tahu. Ia menguasai angin, manusia, jin, dan hewan. Semuanya mengabdi kepadanya. Tetapi ia tidak diberkati Allah, sebab kekayaan dan kebijaksanaannya tidak membuatnya tercerahkan.” “Suatu hari, saat Raja Sulaiman sedang berjalan-jalan sendiri di taman istana, ia bertemu Izrail, Sang Malaikat Pencabut Nyawa, yang sedang m
“Konon pada saat Sulaiman mulai membangun Kuilnya, Assaf Sang Wazir mengadu bahwa ada orang yang mencuri permata-permata berharga dari kamarnya, dan juga permata di kamar anggota kerajaan lainnya. Bahkan, perbendaharaan istana juga dicuri. Assaf terkenal karena ilmu hikmahnya. Ia tahu bahwa yang bisa melakukan pencurian ini pasti bukan pencuri biasa. ‘Sepertinya ada makhluk halus jahat yang melakukannya,’ katanya kepada Sang Raja.“Sulaiman kemudian berdoa dengan khusyuk kepada Tuhan agar bisa menangkap makhluk jahat itu dan menghukumnya. Doanya dikabulkan. Malaikat Mikail muncul di hadapan Sang Raja, dan memberi kekuatan dahsyat yang belum pernah ada sebelumnya di dunia ini: sebuah cincin emas kecil, yang ditempeli batu berukir.“Dan Mikail berkata, ‘Hai! Raja Sulaiman putra Daud, ambillah cincin ini. Inilah hadiah dari Tuhan yang dianugerahkan kepadamu. Pakailah cincin ini, niscaya semua setan di muka bumi, pria maupun wanita,
Zayn, Bayu dan Baron benar-benar tersentuh oleh kisah ini, atau boleh dikatakan merasa bersemangat.“Kemudian,” lanjut Jin Mustofa, “Sulaiman mencap leher Ornias dengan cincinnya sebagai tanda kekuasaannya. Sejak itu ia tunduk kepada Sulaiman, dan diberi tugas memotong batu untuk membangun Kuil Sulaiman. Dan jin-jin lain yang berbuat salah di dunia ini juga dipanggil untuk datang: Onoskelis, yang berbentuk dan berkulit perempuan yang cantik; Asmodeus, yang patuh pada keyakinan Yahudi dan konon tunduk pada hukum-hukum Taurat; Tephros, setan Debu, bersama tujuh roh perempuan yang menyatakan diri sebagai 36 unsur kegelapan; dan Rabdos, roh rakus yang berwujud mirip anjing pemburu. Semuanya dicap dengan Cincin Sulaiman.’” Kata Jin Mustofa mengakhiri ceritanya.“Dengan cincin sulaiman. Thathamghi Yam Yal akhirnya berhasil menggulingkan kekuasaan raja jin, entah bagaimana dan dimana Thathamghi Yam Yal mendapatkan cincin itu” kata Jin
“Jadi? Apa yang harus kami lakukan untuk pergi ke negeri Jin, Mustofa ?”“Jalan masuk menuju ke negeri jin yaitu sumur kematian. Salah satu tempat seperti tempat yang kemarin tuan-tuan kunjungi, dan sumur itu dijaga oleh Jin Tangan Seribu” kata Jin Mustofa menghentikan ucapannya untuk melihat reaksi dari ketiganya. Wajah Zayn, Bayu dan Baron terlihat berubah pucat mendengar hal itu.“A-apa tidak ada jalan lain ?” tanya Baron dengan gugup. Jin Mustofa tampak menggeleng.“Ini mustahil untuk dilakukan” sahut Baron.“Tuan-tuan tenang saja” kata Jin Mustofa kemudian tersenyum.“Tenang bagaimana sih om jin ? Kemarin saja kami semua hampir mati” sanggah Baron.“Beberapa dari kami bangsa jin, diberikan berkah untuk mengabulkan permintaan, kebetulan hamba masih memiliki 4 Sarira didalam tubuh hamba, hasil dari pertapaan hamba selama ribuan tahun. Itu artinya saya m