Share

19. Terjebak Dalam Pusaran Badai

Selepas Magrib mereka berangkat. Sekali lagi Bayu memegang kemudi. Sementara yang lain terlihat menikmati keindahan malam. Bulan tampak bersinar redup malam itu, tapi bintang-bintang banyak bertaburan dikaki langit. Sungguh indah pemandangan malam ditengah laut.

Kapal pesiar mewah itu terus melaju memecah ombak. Sekitar satu jam mereka hanya terduduk diam dan merenung sendiri-sendiri. Terlihat Baron mulai mengantuk ketika Surya tiba-tiba berdiri dan menatap bintang. Matanya seperti menyala saat tangannya terangkat untuk menunjukkan suatu titik di cakrawala.

“Hei, Lihat!” katanya tegas. “Gerbang Surga sudah terbuka.”

Mereka semua langsung berdiri.

“Apa maksudnya?” Baron bertanya sembari mena- tap ke kegelapan. “Pintu apa yang terbuka?”

 Surya tak menjawab hal itu, tapi jarinya menunjuk titik cahaya di kejauhan. “Kalian lihat? Antares sudah muncul di tenggara dan Vega di timur laut. Dan di sana kukira Regulus, atau mungkin Capella, berada di barat laut. Dan, ya, Sirius ada di barat daya. Pada malam seperti ini, bintang-bintang itu muncul membentuk titik kardinal kompas. Orang menyebutnya ‘Pilar Langit’ dan juga ‘Gerbang Surga”.

Surya tertawa ringan, mengejutkan mereka, dan merekapun menertawakan rasa takut mereka sendiri. “Tak ada yang perlu ditakutkan,” katanya sambil memeluk Lyn yang tadi sempat ikut kaget.

“Tentu tidak,” kata Baron tersenyum kecut.

“Tunggu...” kata Bayu tampak bingung. Ia melihat ke cakrawala dan langit. Ekspresinya bertambah bingung.

“Ada apa? Ada apakah?” tanya Baron sambil ikut melihat.

“Sepertinya tempat yang kita tuju sedang ada badai” kata Bayu lagi. Kontan semua pandangan langsung tertuju kearah tempat dimana yang akan mereka tuju. Terlihat kilatan-kilatan petir dan awan hitam dikejauhan.

“B... Bagaimana ini ?” tanya Baron dengan suara bergetar. “Apa kita batalkan aja perjalanan kita malam ini” sambungnya lagi.

“Tidak! Kita sudah sudah terlanjur kemari. Bayu! Arahkan kapal ini kearah barat, kita akan coba memutari badai itu” seru Surya.

“Baik”

Kapal pesiar mewah itu kemudian melaju cepat menuju kearah barat, mencoba mencari jalan yang lain. Sejujurnya, Surya tidak begitu yakin badai akan datang secepat ini. Tapi perhitungannya keliru. Pelan-pelan, dari kejauhan, suara deru angin mencapai telinga mereka. Awalnya seperti siulan panjang yang tiada habisnya, tapi lama-kelamaan semakin keras dan kuat. Semua angin seperti berkumpul bersama, lalu melesat bergemuruh.

Betapa cepatnya angin itu akan datang. Mereka takjub sekaligus ngeri. Tapi belum ada tanda-tanda badai datang, hanya suara badai dan angin kencang yang menyapu mereka. Tapi kini suaranya makin keras bergemuruh, seolah-olah napas dari langit turun ke bumi menghantam mereka. Badai hebat menekan jantung mereka.

Baron tak tahan lagi menahan takut. Dia jatuh berlutut dan menengadahkan wajah, lalu berseru memohon pertolongan Yang Maha Kuasa. Baron berlutut di sebelah Zayn dan memegangi betis Zayn dengan kuat.

Dan selama berjam-jam kapal bergerak pelan di kegelapan, didorong oleh kebutuhan untuk menghindari badai yang makin mendekat.

Weeerr...!!!

Entah dari mana asalnya, suara dahsyat terdengar di telinga mereka. Dan akhirnya, terlihatlah angin badai yang bergemuruh dan bergelombang hebat keluar dari dalam air laut dalam. Angin itu berputar-putar membentuk gumpalan hitam menjulang dan terus bergerak, hingga bulan dan bintang tertutup olehnya.

Mereka tak bisa melihat ujungnya. Ke manapun menengok, yang ada hanya badai. Kapal mereka diliputi badai, di tengah-tengah cengkeraman pusaran topan. Mereka tak bisa berbuat apa pun selain menunggu apa yang akan terjadi kemudian.

Ribuan doa keluar dari jiwa saat badai akhirnya benar-benar menghantam. Bayu jatuh berlutut, terpaku, saat angin puyuh yang berputar-putar membentuk tiang setinggi lima ribu kaki menggulung kapal mereka.

Badai itu berputar mengelilingi kapal mereka. Petir besar menyambar-nyambar di atas mereka, tapi kilatnya tidak mendekati mereka. Angin berputar seperti roda surga bersumbukan doa-doa mereka. Badai itu mematuhi batas- batas gaib demi suatu tujuan tertentu.

Apa tujuan angin itu, tidak ada yang tahu. Merekapun tak tahu kenapa mereka diberi pertolongan di tengah bahaya yang mengancam ini. Badai laut di tengah laut diketahui bisa bergerak sampai ribuan kilometer. Tiada makhluk yang bisa bertahan dalam badai seperti ini. Pusaran air yang berputar amat cepat dengan kekuatan yang dahsyat bisa menyayat daging-daging dan meremukkan tulang-belulang. Tetapi anehnya, tak satu pun bahan-bahan dikapal yang rontok, dan tak sehelai rambut pun yang lepas dari kepala mereka.

Semuanya diliputi kegelapan, seperti seonggok ampas kopi di dalam cangkir. Air mata ketakjuban dan kepasrahan jatuh dari mata Mereka. Baron yang perkasa menangis hebat sampai tak bisa bergerak lagi. Surya dan Lyn saling berpelukan tak mampu menyembunyikan rasa takut mereka, tapi Surya masih mencoba menenangkan Lyn dalam pelukannya. Sementara Bayu dan Zayn luruh dari tangannya, dan bersujud kepada Allah Yang Maha Pemurah atas curahan rahmat-Nya. Dan mereka menangis tanpa henti, tak berani mengangkat kepala sampai akhirnya mereka tak sadarkan diri.

-o0o-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status