Karena anggap sebagai sebuah kegagalan. Identitas Azriel sebagai penerus keluarga Aprilio pun dihilangkan. Azriel dikirim ke negara Jepang untuk memulai hidup barunya dengan identitas barunya. Tanpa nama Aprilio di nama belakangnya.
Karena Azriel sejak awal adalah seorang anak remaja yang suka dengan pertarungan, Azriel dikirimkan ke sebuah sekolah yang di mana pelajaran adalah hal yang sama sekali tidak penting. Di sekolah itu memiliki sistem yang kuat adalah yang berkuasa. Jadi setiap hari pasti ada sebuah pertarungan untuk merebut posisi lebih tinggi.
Tengoku Gakuen. Sekolah yang selalu menjadi pilihan nomor satu bagi orang-orang yang ingin mendapatkan pengakuan sebagai orang dengan kekuatan terhebat. Sekolah dengan berbagai masalah di dalamnya itu selalu ditakuti oleh sekolah-sekolah yang lainnya. Bukan cuma karena para muridnya yang suka bertengkar. Tetapi juga karena di sekolah itu ada lima penguasa surga. Atau sering disebut sebagai Archangel.
Azriel tau akan semua itu. Maka dari itu sekarang ia ada di sekolah itu. Mencoba untuk merangkak ke atas. Mengalahkan para Archangel dan menjadi yang terkuat dari yang terkuat.
Azriel menatap secara keseluruhan dinding-dinding tembok sekolah yang sudah dipenuhi oleh coret-coretan. Bahkan ada beberapa tembok yang memiliki bercak darah yang sudah kering. Menandakan bahwa sekolah tempatnya berdiri sekarang bukanlah sekolah pada umumnya. Membuatnya semakin bersemangat untuk menduduki posisi puncak.
Sambil mengagumi seluruh coretan yang ada di dinding, langkah kaki Azriel masih melangkah mengikuti seorang guru tua yang berjalan di depannya. Sampai pada akhirnya, mereka memasuki sebuah kelas yang di mana keadaannya sangat berantakan.
Ada beberapa puing-puing meja dan kursi di bagian belakang kelas. Kaca kelas yang sudah berlubang. Dan para muridnya yang bahkan tidak memiliki sopan santun sama sekali.
Dari yang terlihat, Azriel bisa menyimpulkan bahwa para murid boleh berkelahi sesuka mereka walau ada guru di hadapannya. Asalkan selama tidak menyentuh atau pun menyakiti guru, maka hal itu diizinkan.
Pandangan Azriel menatap ke arah beberapa gerombolan murid yang ada di barisan belakang. Para gerombolan itu terlihat seperti sedang memainkan sebuah kartu dengan tumpukan uang yang ada di tengah-tengah mereka.
Azriel tersenyum kecil melihat itu. Sekolah yang menarik. Itulah yang ada di pikiran Azriel saat melihat kejadian langka itu.
Pandangan Azriel beralih menatap ke arah seorang laki-laki berkacama yang duduk di dekat jendela sambil membaca sebuah buku pelajaran. Saat melihat laki-laki itu, Azriel merasa ada yang aneh. Pasalnya dari yang terlihat, laki-laki itu terlihat seperti anak baik dan pintar. Jadi untuk apa laki-laki itu masuk ke dalam sekolah bermasalah?
"Perkenalkan diri kamu," ujar guru yang tadi mengantarkan Azriel.
"Nama saya Azriel Kevin. Saya murid baru di sini dan saya yang akan mendapatkan posisi tertinggi di sekolah ini," ujar Azriel dengan lantang.
Sontak seluruh murid yang ada di dalam kelas saat itu langsung menatap ke arah Azriel. Dengan tatapan tajam, mereka menatap Azriel seakan sedang mencoba untuk memberikan sebuah tekanan melalui tatapan mereka.
"Ha? Anak baru kayak kamu mau berada di posisi puncak? Jangan bodoh. Orang kayak kamu pantasnya cuci sepatuku," ujar seorang laki-laki dengan rambut berwarna pirang dari gerombolan para murid yang ada di barisan belakang.
Laki-laki itu adalah Teko Mayumi. Pemimpin kelas yang akan ditempati oleh Azriel. Tentu saja Teko tidak mendapatkan gelar pemimpin kelas begitu saja. Teko berhasil mengalahkan semua orang yang ada di dalam kelas itu secara satu per satu. Sehingga bisa terbukti bahwa Teko adalah yang terkuat di kelas mereka.
"Apa kamu pemimpin di sini?" tanya Azriel sambil mengepalkan tangannya.
"Apa orang rendahan sepertimu berhak mengatakan hal itu?" tanya Teko.
Azriel langsung tersenyum kecil mendengar hal itu. Tanpa basa-basi lagi, Azriel langsung menerjang maju. Saat Azriel sudah dekat dengan Teko, Azriel langsung lompat begitu saja. Ia melompat dengan kedua kakinya lurus ke arah depan. Memberikan sebuah tendangan keras pada dada Teko. Sehingga Teko terhempas ke arah belakang hingga membentur tembok.
Di saat itu juga keadaan kelas yang tadinya sedikit tenang langsung berubah menjadi ricuh. Bukan cuma Teko saja yang Azriel lawan, melainkan seluruh murid yang ada di sekitarnya.
Azriel memang berasal dari keluarga bangsawan yang terkenal akan sopan santunnya. Tetapi di balik itu semua, Azriel adalah seorang petarung handal. Bahkan secara diam-diam, Azriel pernah memenangkan sebuah pertandingan legal yang bisa saja menghilangkan nyawa para pesertanya.
Kemampuan Azriel memang tidak perlu diragukan lagi. Serangannya sangatlah keras. Saking kerasnya bisa membuat lawannya terhempas hanya dengan sekali pukul. Sedangkan pertahanannya juga sangat sempurna. Hampir seluruh serangan bisa ia terima tanpa luka sedikit pun. Tetapi itu dulu, saat ia berasal di negeri asalnya.
Sekarang tempatnya berdiri adalah Tengoku Gakuen. Sekolah yang berisikan para murid-murid yang memiliki ambisi untuk menjadi yang terkuat dari yang terkuat. Jadi tidak mungkin, Azriel bisa menang dengan mudahnya melawan mereka. Apalagi yang Azriel lawan saat ini bukan satu orang. Melainkan hampir seluruh murid yang ada di kelasnya.
Sebelumnya Azriel sangat percaya dengan kemampuan pertahanannya. Tetapi kepercayaannya langsung hancur begitu saja, saat beberapa serangan Teko berhasil meluncur tanpa hambatan sedikit ke arah perutnya dan berhasil membuatnya kesakitan.
"Oi, oi, oi. Apa cuma segini kemampuan lo?" tanya Tako memprovokasi Azriel.
Teko adalah yang terkuat di kelas mereka. Jadi kemampuan Teko juga tidak bisa diremehkan. Meski masih remaja, Teko sudah terbiasa dengan pertarungan jalanan. Melawan orang yang lebih kuat darinya adalah kebiasaannya setiap hari. Jadi saat dipertemukan dengan Azriel yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi di atasnya, ia tidak terlalu terkejut.
Teko memang memiliki kemampuan bertahan yang cukup hebat. Tetapi sehebat apa pun dirinya, jika serangan musuhnya selalu mengenai tubuhnya, maka tubuhnya akan kesakitan juga. Makanya itu, Teko memilih untuk memenangkan pertarungan ini dengan serangan. Teko memang sangat percaya diri dengan pukulannya yang bahkan pernah membuat orang masuk ke dalam rumah sakit hanya dengan sekali pukul.
"Aku akan serius. Jangan sampai mati, Bocah," ujar Azriel sambil tersenyum kecil.
Pertarungan terjadi cukup lama. Hingga akhirnya hanya ada satu orang yang berhasil berdiri sampai akhir. Dengan luka lebam yang ada di wajahnya dan darah yang ada di sudut bibirnya laki-laki itu berhasil memenangkan pertarungan itu dan berhasil mengambil posisi pemimpin.
Azriel berpikir seperti itu sambil menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan. Sampai pada akhirnya, tatapannya bertemu pada seorang laki-laki dengan kacamata yang masih terlihat serius membaca buku di dekat jendela.
Dengan seluruh kekacauan yang terjadi, laki-laki itu masih sempat-sempatnya membaca buku dengan santainya. Membuat Azriel langsung menghampirinya. Karena mau bagaimana pun, untuk menjadi yang terkuat, ia harus bisa mengalahkan seluruh murid yang ada di kelasnya. Dan sekarang hanya laki-laki itu yang tersisa.
Azriel menepuk pundak laki-laki itu dengan keras. Saat merasa ada sebuah tepukan di pundaknya, laki-laki yang tadinya masih sangat serius belajar itu pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Azriel.
Di saat itu juga, Azriel bisa melihat wajah polos dan tatapan sayu yang dimiliki oleh laki-laki itu. Untuk sesaat, Azriel kehilangan tujuannya untuk mengalahkan laki-laki itu. Karena mau bagaimana pun juga, laki-laki itu terlihat sangat lemah. Terlihat seperti seekor tupai kecil yang sedang menikmati hidupnya.
"Maaf, tapi bisa tidak tinggalkan saya sendiri? Saya sedang ingin belajar," ujar laki-laki itu sambil menatap lekat wajah Azriel.
"Maaf. Tapi aku harus mengalahkan mu, supaya saya bisa menjadi pemimpin dari kelas ini," balas Azriel sambil meremas pundak laki-laki itu.
"Baiklah kalau begitu. Saya kalah. Selamat atas kemenangan Anda."
Setelah mengucapkan hal itu, laki-laki itu langsung melenggang pergi dari kelas. Menghilang dari pandangan mata Azriel. Meninggalkan Azriel dengan para teman sekelasnya yang masih pingsan di atas lantai.
Tiba-tiba Azriel merasakan pusing di kepalanya. Seakan ada seseorang yang menyerang bagian leher bagian belakangnya. Membuatnya langsung lemas tak berada di lantai kelas. Dengan tubuhnya sudah lemas dan matanya yang mulai tertutup, ia memaksakan tubuhnya untuk berputar arah. Untuk melihat siapakah orang yang baru saja menyerangnya.
Tetapi ia sama sekali tidak bisa melihat apa-apa selain siluet seseorang yang terlihat seperti sedang jongkok di hadapannya. Matanya memang tidak bisa melihat. Tetapi dengan hidungnya yang masih berfungsi sempurna, ia bisa mencium bau darah segar dari tubuh orang itu. Dan sebelum ia pingsan, ia dapat mendengar suara tertawa keras dari orang itu.
Mata Azriel secara perlahan mulai terbuka. Saat Azriel sudah bisa melihat dengan jelas, benda pertama yang ia lihat adalah dinding yang penuh dengan coretan. Dengan penuh usaha, Azriel berusaha untuk mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. Saat sudah berada di dalam posisi duduk, Azriel langsung mengerti bahwa tempat yang sekarang sedang ia tempati adalah ruangan UKS. Saat Azriel menatap ke arah sekitar, pandangannya tak sengaja melihat ada seorang laki-laki dengan kacamata yang juga sedang berbaring di kasur sebelahnya sambil membaca sebuah buku."Mending kamu berbaring lagi. Biarkan tubuhmu istirahat dulu sebentar," ujar laki-laki berkacamata itu sambil bangkit dari posisinya."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba aku pingsan?" tanya Azriel sambil mengusap lehernya yang masih terasa nyeri."Mana aku tau. Tapi kemungkinan dari kondisi tadi, sepertinya Darkshield muncul lalu nyerang begitu saja.""Darkshield? Siapa dia?""Salah satu dari Archangel. Dia selalu hadir
Azriel duduk di sebelah Tako yang sedang bermain kartu dengan teman-teman sekelasnya di belakang kelas. Ia menatap kartu yang sedang Tako pegang. Dan ternyata kartu Tako ternyata berisikan kartu As. Empat kartu As dipegang oleh Tako. Yang artinya kemenangan Tako adalah mutlak."Kenapa? Mau ikut?" tanya Tako sambil menatap Azriel."Enggak," jawab Azriel sambil mengambil daging bakar yang ada di piring Tako."Lah, Bodoh! Itu daging milik gua.""Cuma minta satu ini. Lagipula mulai sekarang gua pemimpin kelas ini. Jadi kamu tidak boleh mengeluh hanya karena hal sepele seperti ini.""Terserah udah."Azriel tersenyum kecil sambil menguyah daging yang masih ada di dalam mulutnya. Kemenangannya kemarin saat melawan Tako dan seisi kelas adalah pertarungan pertamanya. Masih ada banyak lagi pertarungan yang harus ia jalani untuk bisa mencapai posisi puncak. Jadi Azriel harus menyiapkan diri untuk hal itu. Karena semakin ia naik peringkat, maka lawan yang akan ia lawan juga akan semakin kuat. "A
Tako, Azriel, dan beberapa pengikut Tako sedang memakan daging bakar di bagian belakang kelas. Tentu saja dengan luka yang ada di wajah Azriel, Azriel sedikit kesulitan untuk memakan daging bakar yang ada di hadapannya.Berita tentang pertarungan Azriel dengan Darkshield kemarin sudah menyebar ke mana-mana. Membuat semua murid tau bahwa sampai saat ini tidak ada satu pun murid yang berhasil mengalahkan salah satu dari Archangel. Bisa dibilang sekarang Azriel adalah yang terkuat di angkatannya. Jadi kalau Azriel saja belum bisa mengalahkan salah satu dari Archangel, bagaimana dengan para murid yang kemampuannya ada di bawahnya?"Archangel tahun ini sepertinya sangat agresif. Mereka tidak memperbolehkan satu pun murid naik ke atas untuk menantang pemimpin mereka," ujar Tako setelah menguyah daging bakar yang ada di mulutnya."Tahun ini? Bukannya tahun ini sama tahun lalu beda?" tanya Azriel yang sama sekali belum tau tentang sejarah Archangel."Sangat berbeda. Tahun lalu para anggota A
Semua murid yang tadinya bersantai-santai di kelas langsung merasakan tekanan tersendiri saat melihat Natsume sedang memasuki kelas sambil membaca buku.Mereka memang belum melawan Natsume secara langsung. Tetapi melihat pertarungan Natsume kemarin melawan para kelompok Bionce, membuat mereka yakin bahwa mereka tidak ada apa-apanya di hadapan Natsume. Makanya mereka tidak berani bertingkah di hadapan Natsume. Mereka takut kalau mereka bertingkah, Natsume akan marah dan membantai mereka semua.Tako dan Azriel adalah orang yang paling kaget dengan pertarungan Natsume kemarin. Sebelumnya mereka berdua mengira bahwa Natsume hanyalah orang biasa yang sama sekali tidak menguasai ilmu bela diri. Tetapi setelah melihat kejadian kemarin, pemikiran mereka itu berubah. Mereka sekarang berpikiran bahwa Natsume adalah singa yang sedang tertidur dan menunggu mangsa yang tepat untuk dilahapnya. Mereka sadar bahwa kalau pun mereka menggabungkan kekuatan mereka, mereka belum tentu bisa mengalahkan Na
Semua orang langsung berdiri di pinggir kelas sambil menatap ke arah lorong saat mendapatkan berita bahwa para Archangel turun dari ruangan mereka dengan alasan untuk berkeliling sekolah.Tentu saja mereka semua tau kalau alasan itu hanyalah sebuah tipuan. Mereka semua tau pertarungan Natsume melawan kelompok Bionce sudah sampai di telinga para Archangel. Jadi wajar saja jika Archangel mulai bergerak sedikit demi sedikit untuk memastikan bahwa tidak akan ada yang berubah dari takhta mereka.Kehadiran Natsume sekarang memang belum terlalu membahayakan posisi mereka karena untuk sekarang Natsume sama sekali belum menunjukkan bahwa dirinya memang mengincar posisi puncak. Tetapi saat Natsume sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa ia ingin naik ke posisi puncak, maka para Archangel mau tidak mau harus berhadapan dengannya. Supaya tidak ada regenerasi sebelum kelulusan para Archangel tahun ini.Darkshield, Raku Nakajima, Ishikawa Manabu berjalan tepat di belakang Glasses. Kali ini cuma m
Azriel menatap seorang laki-laki yang sedang menghadang jalannya. Azriel mengenal laki-laki itu. Karena laki-laki itu adalah salah satu dar Archangel. Jadi sangat mustahil baginya kalau tidak dapat mengenali laki-laki itu.Laki-laki itu adalah Raku Nakajima. Azriel sudah mendapatkan beberapa informasi tentang laki-laki itu dari Natsume. Dan Azriel rasa kemampuannya sekarang belum sepadan dengan laki-laki itu. Jadi kalau ia langsung menantang laki-laki itu sekarang, sama saja ia cari mati.Mereka berpapasan di sebuah lorong sepi yang ada di dekat kelas tiga. Azriel tadinya pergi ke sana karena ingin mencari lawan yang bisa membuat kemampuannya meningkat. Tetapi siapa sangka ia malah bertemu dengan Raku di sana.Raku sendiri memang sudah sejak awal ingin bertemu dengan Azriel. Rencananya hari itu sudah hampir sempurna. Sisanya ia harus memancing Azriel supaya mau bertanding di atas ring bersama dengan dirinya."Anak baru. Sepertinya kamu mempunyai latar belakang yang cukup menarik," uja
Azriel sudah sampai di klub malam yang akan menjadi tempatnya bertarung melawan Raku. Di tengah-tengah klub ada ruangan kosong yang cukup jika akan digunakan untuk bertarung. Dan para pengunjung klub nantinya akan melihat secara langsung pertarungan Azriel melawan Raku.Selama ini Raku sama sekali belum pernah dikalahkan dalam pertarungan di klub ini. Membuat para pengunjung sangat yakin bahwa pertarungan malam ini akan dimenangkan oleh Raku. Kalau secara data, kemungkinan menang yang dimiliki oleh masing-masing petarung sangatlah sengit. Raku memang sudah sering bertarung bebas seperti ini membuat rasa percaya dirinya sangatlah besar. Begitu juga dengan Azriel yang dulunya sangat sering melawan para berandalan.Yang menjadi hambatan Azriel kali ini adalah Raku memiliki kekuatan yang besar. Sekali tinju saja bisa membuat orang pingsan atau pun terpental jauh ke luar arena. Azriel tidak mungkin menghindar terus. Karena itu sama saja ia mengaku kekalahannya secara tidak langsung. Seda
"Apa kamu baik-baik saja, Pangeran?" tanya laki-laki berjubah itu.Azriel tersenyum kecil mendengar pertanyaan laki-laki itu. Tanpa melihat wajahnya secara langsung, Azriel bisa tau kalau pengguna jubah berwarna hitam itu adalah teman sekelasnya yang selalu membawa buku kedokteran ke mana pun ia pergi."Dasar bodoh, kenapa kamu datang ke sini, Natsume?" tanya Azriel dengan sebuah senyuman lebar di bibirnya.Benar, pengguna jubah hitam itu adalah Natsume. Sejak pertama kali Azriel jatuh tadi, Azriel sudah mengetahui bahwa pengguna jubah itu adalah Natsume. Makanya Azriel berani melanjutkan pertarungannya. Azriel ingin menunjukkan kepada Natsume bahwa ia bukanlah orang yang akan menyerah begitu saja."Aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan dia. Jadi aku putuskan untuk datang mengamati. Akan menyusahkan untukku jika kamu mati sekarang," ujar Natsume sambil melancarkan sebuah tendangan ke arah Raku.Raku tersenyum meremehkan. Karena tendangan yang dilakukan oleh Natsume sangatla