Share

Tantangan

Azriel menatap seorang laki-laki yang sedang menghadang jalannya. Azriel mengenal laki-laki itu. Karena laki-laki itu adalah salah satu dar Archangel. Jadi sangat mustahil baginya kalau tidak dapat mengenali laki-laki itu.

Laki-laki itu adalah Raku Nakajima. Azriel sudah mendapatkan beberapa informasi tentang laki-laki itu dari Natsume. Dan Azriel rasa kemampuannya sekarang belum sepadan dengan laki-laki itu. Jadi kalau ia langsung menantang laki-laki itu sekarang, sama saja ia cari mati.

Mereka berpapasan di sebuah lorong sepi yang ada di dekat kelas tiga. Azriel tadinya pergi ke sana karena ingin mencari lawan yang bisa membuat kemampuannya meningkat. Tetapi siapa sangka ia malah bertemu dengan Raku di sana.

Raku sendiri memang sudah sejak awal ingin bertemu dengan Azriel. Rencananya hari itu sudah hampir sempurna. Sisanya ia harus memancing Azriel supaya mau bertanding di atas ring bersama dengan dirinya.

"Anak baru. Sepertinya kamu mempunyai latar belakang yang cukup menarik," ujar Raku sambil tersenyum kecil.

"Aku tidak tau apa yang kamu maksudkan," balas Azriel.

Raku melemparkan sebuah amplop cokelat ke lantai. Dari amplop itu keluar beberapa berkas-berkas yang berisikan seluruh informasi tentang latar belakang Azriel. Dan di bekas itu juga ada bukti bahwa Azriel adalah seorang bangsawan.

"Begitu, ya. Kalian sudah tau identitasku. Tapi apakah itu menguntungkan bagi kalian?" tanya Azriel sambil menginjak amplop cokelat yang tadi dilempar oleh Raku.

"Tidak ada. Tapi bukankah ini adalah sebuah kerugian bagimu jika identitasmu ini tersebar?" jawab Raku diakhiri dengan sebuah pertanyaan.

"Kerugian?" 

"Benar. Kerugian. Jika identitasmu ini terbongkar, maka seluruh murid yang ada di sekolah ini akan mengincar mu. Menjadikan kamu sandera mereka supaya mereka mendapatkan uang dari keluarga kamu."

"Percuma. Keluargaku tidak akan bergeming sedikitpun kalau pun mereka tau aku disekap oleh kalian."

"Mungkin ayah atau ibumu akan bersikap tidak peduli. Tetapi bagaimana dengan adik kecilmu? Apakah kamu pikir dia akan diam saja saat mengetahui kakak tercintanya disekap oleh orang jahat?"

Azriel mengepalkan tangannya. Ia memang mempunyai seorang adik perempuan. Ia sangat menyayangi adiknya itu. Saking sayangnya ia pada adiknya itu, ia pernah menghabisi orang yang secara tidak sengaja membuat adiknya menangis. Dan Azriel sangat tidak suka jika ada orang lain yang membahas adiknya.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Azriel sambil menatap tajam Raku.

"Pertarungan satu lawan satu di atas ring. Seharusnya itu bukanlah sesuatu yang sulit bagimu mengingat kamu pernah bertarung dengan seluruh berandalan yang ada di jalanan," jawab Raku dengan senyuman liciknya.

"Apa untungnya bagiku dan apa untungnya bagimu?" 

"Keuntungan? Ya anggap saja begini. Kalau kamu menang, identitas aslimu sebagai keluarga bangsawan tidak akan tersebar di sekolah ini. Sedangkan bagiku, dengan mengalahkanmu, itu membuktikan bahwa aku masih yang terkuat."

Azriel sama sekali tidak tertarik dengan keuntungan yang ia dapatkan jika berhasil memenangkan pertarungan itu. Karena ia rasa itu sama sekali tidak menguntungkan baginya. Beda cerita kalau jika ia berhasil menang, ia akan mendapatkan posisi di Archangel. Tetapi rasanya itu mustahil. Karena kalau pun ia berhasil mengalahkan Raku, maka ia harus berhadapan dengan Archangel yang lainnya sebelum ia bisa benar-benar menjadi bagian dari Archangel.

"Aku tunggu jawabannya di klub malam yang ada di pinggir kota. Jangan sampai tidak datang, Murid Baru," ujar Raku lalu melenggang pergi.

Raku merasa bahwa pancingannya kali ini akan membuahkan sesuatu. Identitas asli Azriel ada di dalam genggaman tangannya. Kalau memang Azriel sangat peduli dengan kerahasiaan identitasnya, maka pasti laki-laki itu akan datang menghampirinya di klub malam yang tadi ia sebutkan.

Sedangkan di satu sisi lain, Azriel masih diam di tempat. Mengambil berkas-berkas yang berceceran di lantai lalu merobeknya menjadi bagian terkecil supaya tidak ada orang yang bisa membaca berkas itu.

Melawan Raku? Ia tau bahwa sekarang belumlah saatnya untuk bertarung satu lawan satu dengan laki-laki itu. Tetapi ia mau tidak mau harus melakukannya karena kalau tidak maka identitas rahasianya akan terbongkar dan itu akan sangat membahayakan dirinya di masa depan. 

Saat Azriel sedang membuang robekan berkas ke pinggir lorong, Azriel secara tidak sengaja menatap Natsume yang sedang berjalan sambil membaca sebuah buku.

Tidak lama ini adalah berita beredar bahwa Natsume telah berhasil mengalahkan salah satu kelompok yang menguasai wilayah perpustakaan. Dan berita itu sudah dikonfirmasi oleh pihak Archangel. Membuat semua orang tidak perlu lagi meragukan keaslian dari berita itu.

Azriel sendiri pun masih bingung dengan tingkah Natsume. Saat laki-laki itu ditanya tentang apakah ia yang mengalahkan kelompok itu, Natsume selalu menjawab tidak, bukan dirinya. Jawabannya sama persis saat Natsume berhasil mengalahkan kelompok Bionce. 

Seakan-akan Natsume bertingkah bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat dalam pertarungan yang terjadi, padahal sudah jelas-jelas sekali bahwa dirinya terlibat.

Membuat Azriel mempunyai anggapan bahwa di dalam tubuh Natsume ada dua jiwa. Jiwa pertama adalah jiwa yang tenang dan tidak menyukai pertarungan. Kemunculan jiwa ini biasanya saat Natsume sedang menggunakan kacamatanya. Sedangkan jiwa kedua adalah jiwa haus darah dan sangat menyukai pertarungan. Kehadiran jiwa ini saat Natsume melepaskan kacamatanya.

Dan sekarang Natsume sedang menggunakan kacamatanya. Menandakan bahwa laki-laki itu sekarang dalam kondisi yang tidak menyukai sebuah pertarungan.

"Natsume," ujar Azriel saat Natsume sudah di dekatnya.

"Kenapa?" tanya Natsume sambil menghentikan langkah kakinya.

Natsume memalingkan wajahnya ke arah robekan-robekan kertas yang ada di pinggir tembok. Ia memang tidak bisa mengetahui isi pasti dari kertas-kertas itu. Tetapi ia sangat yakin kalau isi dari kertas itu sangat berhubungan erat dengan Azriel.

"Aku tidak tau apa yang sedang terjadi. Tetapi lebih baik kamu hati-hati. Ingat perjalan kamu untuk mencapai ke posisi puncak baru saja dimulai. Jadi jangan sampai kamu terpeleset sebelum kamu mencapai titik tertinggi," ujar Natsume memperingati Azriel.

"Bagaimana denganmu? Setelah semua yang lakukan itu, apakah kamu masih tidak tertarik untuk berada di posisi puncak?" tanya Azriel.

"Tidak ada yang menarik di atas sana. Mungkin semua orang bisa bersenang-senang jika bisa sampai di atas sana. Tetapi aku tidak. Untukku yang sekarang posisi puncak adalah posisi yang paling membosankan."

"Apakah kamu gila? Jelas-jelas jika kita bisa masuk ke dalam Archangel, kita dapat melakukan apa pun yang kita mau. Ditambah lagi, semua orang akan takut pada kita. Bukankah itu adalah hal yang sangat menakjubkan?"

"Dapat melakukan apa pun kita yang mau? Hahahaha. Kamu lupa kalau kamu itu manusia? Dan manusia memiliki batasannya masing-masing. Jadi untuk melakukan semuanya yang dimau itu rasanya agak berlebihan, karena selama selalu saja ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan. Dan tentang semua orang yang takut pada kita. Apakah kamu merasa memimpin orang-orang pengecut adalah hal yang menarik? Menurutku, pemimpin itu adalah orang yang paling dipercaya dan disayangi oleh semua orang. Jika dengan rasa takut kamu bisa memimpin dunia ini mungkin roh halus dan para iblis sudah menguasai dunia ini sebelum kita dilahirkan."

Natsume langsung melenggang pergi setelah mengatakan hal itu. 

Cara pikir Natsume dan Azriel sangatlah berbeda. Maka dari itu, Azriel sama sekali tidak dapat menebak apa sedang dipikirkan dan apa yang akan dilakukan oleh Natsume.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status