Share

Tamu Wisma Lonceng Naga

Wisma Lonceng Naga, Tanah Bebas

"Tuan Xie, sinyal Pedang Es telah muncul kembali. Apa yang harus kami lakukan?" Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam menatap Xie Jing Cuan yang seperti biasanya tengah menghibur diri dengan memetik guzhengnya.

Lagu merdu mengalun lembut ke seantero wisma. Seakan-akan tengah mengibur para tamu yang tengah kepanasan.

"Kang Li, informasi apa saja yang kau dapatkan setelah munculnya sinyal Pedang Es?" Xie Jing Cuan bertanya dengan santai tanpa menghentikan petikan senar guzhengnya.

"Tidak banyak selain orang-orang mulai gelisah. Zhao Lu Yang masih belum bereaksi apapun. Sedangkan kota-kota di Kaili mulai bergerak untuk mempersiapkan musim dingin yang akan datang. Banyak wilayah di Kaili yang gagal panen tahun ini dan dapat dipastikan musim dingin tahun ini akan menjadi musim yang berat. Selain itu Kaisar Ao Yu Long memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Selatan." Kang Lin melaporkan penyelidikannya.

Kang Li adalah Ketua Pintu Keempat. Salah satu dari sembilan Ketua di Sekte Sembilan Pintu Kematian. Dapat dikatakan dirinya dan Wu Hongyi adalah rekan sejawat. Keduanya juga memiliki olah kanuragan yang hebat.

Jika Wu Hongyi bercirikan rambutnya yang memutih dan menunggangi kuda putih, maka Kang Li adalah kebalikannya. Wanita cantik ini selalu berpakaian serba hitam dan memiliki senjata berupa pedang giok bewarna hitam.

"Begitu? Kalau begini keadaannya aku tidak akan mencemaskan Kaili. Kita hanya harus berkonsentrasi pada perseteruan di Dataran Tengah. Untuk apa Ao Yu Long pergi ke selatan?" Xie Jing Cuan mengerutkan keningnya.

"Meski chi-nya mulai pulih dan Pedang Es telah kembali padanya, dentiannya masih belum pulih sepenuhnya. Jika dipaksakan untuk kembali menggunakan jurus pedang es maka itu akan membuat tubuhnya hancur perlahan-lahan. Karenanya dia disarankan oleh Naga Es untuk memulihkan diri di Pegunungan Selatan bersama Dong Xiu Bai dan Tuan Wu." Kang Li menjelaskan dengan rinci alasan kepergian Ao Yu Long ke selatan.

"Begitu? Jadi untuk selanjutnya kita hanya perlu menghubungi Jenderal Duan jika ada informasi terbaru?" Xie Jing Cuan menatap Kang Li lekat-lekat. Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana dengan Sekte Keabadian? Apakah ada gerakan dari mereka?" Xie Jing Cuan kembali bertanya.

"Ketua Qilin sudah berada di Tanah Bebas. Aku rasa sebentar lagi beliau akan mengunjungi Anda." Kang Li tersenyum.

"Wah dia bergerak dengan sangat cepat!" Xie Jing Cuan tergelak.

"Ketua Qilin hampir tidak pernah menampakkan diri di depan umum. Terakhir kali dia bersedia muncul saat bernegosiasi dengan Anda, Ketua Sekte Elang Emas dan Kaisar Ao Yu Long." Kang Li pun tersenyum semakin lebar.

"Jika berurusan dengan Ao Yu Long, dia pasti akan muncul. Bagaimana pun juga dia memiliki hubungan darah dengannya." Xie Jing Cuan bergumam pelan.

"Apakah itu sudah dapat dipastikan?" Kang Li menatap Xie Jing Cuan lekat-lekat.

"Selir Li adalah seorang gadis dari daerah Utara. Seperti kebiasaan pada waktu itu, para gadis yang cukup umur akan dikirimkan ke ibukota sebagai calon selir, dayang atau pun pelayan. Dia adalah bibi dari Ketua Qilin. Itu hasil penyelidikan Ketua Ang Hui beberapa tahun lalu." Xie Jing Cuan menjelaskan dengan gamblang.

"Begitu rupanya! Baiklah sepertinya saya harus kembali ke markas. Ada beberapa hal yang harus saya selesaikan sebelum kembali ke Dataran Tengah." Kang Li tersenyum dan membungkukkan tubuhnya dengan sopan kemudian melesat meninggalkan sudut taman tersembunyi di Wisma Lonceng Naga.

Xie Jing Cuan tersenyum tipis dan kembali memetik guzhengnya. Lagu-lagu yang dibawakannya selalu merdu dan membawa perasaan tenang di hati siapapun yang mendengarnya.

"Ao Yu Long, sebenarnya semua orang juga meragukan berita kematianmu waktu itu. Tidak ada yang melihat apa yang terjadi dan juga jenazahmu dan Nona Duan Xiao Jiao. Wajar rasanya jika kembalinya dirimu tidak menimbulkan pertanyaan atau pun keheranan." Xie Jing Cuan bergumam seorang diri.

"Namun bagi orang-orang yang mengharapkan kematianmu mungkin ini berita yang mengejutkan. Bangkit dari kematian apalagi yang akan kau perbuat selain balas dendam?" Xie Jing Cuan tersenyum tipis.

Wisma Lonceng Naga selalu menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Jianghu dan tidak pernah terusik oleh penguasa Tanah Bebas, Zhao Lu Yang. Pria itu tahu benar, meski dirinya berkuasa penuh atas kota ini, tetapi konyol rasanya jika dia menyinggung Xie Jing Cuan.

Pria berambut putih itu memiliki hak istimewa di Tanah Bebas ini. Tidak ada seorang pun yang akan berani mengusiknya sekalipun itu Zhao Lu Yang. Bahkan Kaisar Ao Yu Long pun segan dan sangat menghormati pria yang selalu bergaya santai itu, bukan hanya sebagai ketua sekte tetapi juga karena sejarah mereka berdua.

Sekte Sembilan Pintu Kematian adalah sekte terkuat sepanjang sejarah wilayah ini. Sedari masa kekacauan, mereka telah berdiri dan memiliki kekuatan yang sulit ditembus oleh Klan Ao sekali pun.

Sekte yang didirikan oleh seorang pria yang berasal dari wilayah timur, tepatnya ibukota Kaili yang kini telah membeku. Pada awalnya sekte ini dianggap sebagai sekte sesat karena mereka menerima permintaan untuk mendapatkan informasi dengan cara apa pun.

Namun seiring berjalannya waktu, sekte ini berubah menjadi seperti intelijen yang terpercaya. Siapa pun dapat menggunakan jasa mereka dengan kriteria dan bayaran yang ditentukan oleh mereka sendiri.

Ao Yu Long selalu menggunakan jasa mereka untuk hal-hal yang bersifat sangat rahasia. Selain alasan keamanan, dia lebih mempercayai Xie Jing Cuan dibandingkan pasukan intelijen milik Kekaisaran Kaili yang masih dikendalikan oleh orang-orang di bawah perintah Ibu Suri.

Xie Jing Cuan sendiri adalah ketua sekte generasi ke sepuluh. Sama halnya dengan Ao Yu Long yang merupakan Kaisar ke-sepuluh dalam hitungan setelah peperangan besar yang melanda wilayah ini.

Sebelumnya para tetua dan pemimpin termasuk kaisar selalu silih berganti dari berbagai klan maupun sekte. Karena itu sangat jarang tercatat secara resmi dalam catatan sejarah.

"Tuan Xie, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda!" Seorang pelayan tiba-tiba melapor.

"Tamu? Di siang hari yang panas seperti ini?" Xie Jing Cuan berhenti memetik senar guzhengnya.

"Iya Tuan!" Pelayan itu menyahut dengan kepala tertunduk.

"Baiklah! Aku akan menemuinya, biarkan dia masuk! Tolong persiapkan hidangan dan arak yang lezat untuknya." Xie Jing Cuan tersenyum dan kembali memetik senar guzhengnya.

Kali ini lagunya terdengar lebih gembira. Seakan tengah menyambut kedatangan seorang kawan lama. Sementara pelayan tadi bergegas kembali ke aula dan mengantarkan tamu yang baru saja datang ke kediaman pribadi Xie Jing Cuan.

"Tuan Xie, Ketua Qilin dan Nona Yu ada di sini!" Pelayan tadi kembali dengan seorang pria dan seorang gadis kecil bersamanya.

Pria seumuran Xie Jing Cuan atau mungkin Ao Yu Long dan Rong Xia Guo. Dia berpakaian sederhana selayaknya para pengelana yang sering mampir di Tanah Bebas.

Rambutnya yang panjang diikat di puncak kepalanya dan sebuah pedang tergantung di pinggangnya. Sebuah perhiasan yang terbuat dari giok putih berkualitas bagus tergantung di pinggangnya.

"Tuan Xie bagaimana kabar Anda?" Pria itu tersenyum dan menyapa Xie Jing Cuan dengan ramah.

"Seperti yang kau lihat, aku masih hidup dan baik-baik saja. Bagaimana denganmu Ketua Qilin?" Xie Jing Cuan berdiri dan mengangkat tangannya kemudian berputar menunjukkan dia baik-baik saja.

"Aku juga baik-baik saja dan menjadi semakin baik setelah melihat sinar sinyal Pedang Es milik Ao Yu Long." Ketua Qilin tertawa pelan.

"Sudah kuduga kau akan berkata begitu." Xie Jing Cuan tertawa terbahak-bahak.

"Yu, apakah ada sesuatu?" Kini Xie Jing Cuan menoleh pada gadis kecil yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua dengan tenang.

"Ada Ketua Oey di Manor Zhao." Gadis kecil itu menyahut dengan polos.

Xie Jing Cuan dan Ketua Qilin saling berpandangan mendengar berita yang disampaikan gadis kecil itu.

"Baiklah! Ayo kita duduk dan menikmati makanan serta arak lezat." Xie Jing Cuan mempersilakan Ketua Qilin untuk duduk setelah para pelayan menghidangkan makanan dan arak untuk mereka.

"Yu, duduklah! Kau pasti lelah dan lapar bukan?" Xie Jing Cuan mengulurkan tangannya dan mengajak gadis kecil itu untuk duduk bersamanya dan Ketua Qilin.

Kedua Ketua sekte yang terkuat di Dataran Tengah itu berbincang-bincang sembari menikmati makanan dan arak hingga larut malam. Banyak yang mereka bicarakan juga rencanakan. Sedangkan gadis kecil itu mendengarkan dengan seksama hingga tertidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status