Home / Pendekar / Penguasa Tujuh Benua / Ch. 04 - Aku Tidak Akan Kalah Darimu

Share

Ch. 04 - Aku Tidak Akan Kalah Darimu

Author: Fii
last update Last Updated: 2023-11-19 13:15:07

Salah satu pendekar lanjut usia menganggukkan kepala sambil mengelus jenggot putihnya, "Tidak salah lagi. Ini seperti yang diramalkan dalam syair itu. Dunia akan kembali pada 'masa itu'."

Murid dari perguruannya sedikit terkejut sehingga salah satu dari mereka bahkan terang-terangan bertanya. "Masa itu? Syair? Apa yang sedang Guru bicarakan?"

Lelaki tua itu hanya tersenyum dengan sepasang bola mata yang telah memutih menatap ke arah Feng Guang. "Ini hanyalah kisah lama ... Anak muda seperti kalian pasti tidak akan mengerti. Seandainya aku bisa hidup lebih lama untuk tetap mengikuti perkembangan ini, hahaha..."

Pertanyaan mereka tidak terjawab, para murid itu hanya bisa kembali menatap ke arah panggung eksekusi di mana suara Mo Xiaohan menjadi satu-satunya perhatian di ruang terbuka itu.

"Seperti yang kalian tahu, bangsa siluman adalah ancaman bagi dunia manusia. 900 tahun lalu, pengkhianat dari Klan Shan telah melakukan dosa besar dan menyimpan 7 pusaka langit demi memperkuat klannya. Bahkan dia menyimpan salah satu kitab terhebat untuk dirinya sendiri! Impian bodohnya memusnahkan bangsa manusia sehingga ratusan tahun kita hidup dalam era kehancuran."

"Lalu lelaki di sampingku ini, dia adalah utusan para siluman yang ingin merebut kembali pusaka ini demi memusnahkan manusia! Aku tahu di hati kalian, kalian masih sangat mempercayainya termasuk diriku! Tapi dia adalah binatang tak berakal yang sudah seharusnya musnah, leluhur kita sangat membencinya, tugas kita adalah membinasakannya dari muka bumi ini!" Lelaki itu meneteskan air matanya, membuat beberapa penonton terharu dengan kelapangan hatinya. Dia pasti sangat menyayangi gurunya.

"Aku berdiri di sini untuk menemani saat-saat terakhirnya. Ini adalah tugas terakhirku sebagai muridnya..."

Mo Xiaohan kembali melihat lelaki yang dirantai menyedihkan itu.

"Feng Guang!" seru Mo Xiaohan lantang. "Atas nama Raja Rong ke-15 yang telah memberikan gelar kepadamu, hari ini sesuai perintah langsung dari anaknya, Yang Mulia Raja Rong Yin, gelarmu sebagai Tujuh Pilar Langit telah dicabut!"

Rong Yin yang menyaksikan dari kursinya mengangkat wajah puas.

Feng Guang yang tidak berdaya menatap ke samping dengan tajam, selama ini dia selalu mengabaikan pemuda itu, dia selalu muncul dengan cara menyebalkan dan membuat dirinya seolah-olah murid yang paling Feng Guang banggakan. Mo Xiaohan. Nama itu akan Feng Guang simpan dalam kematiannya.

"Seperti yang kita semua inginkan, hari ini Feng Guang Sang Cakar Naga Api akan dieksekusi atas perbuatan dosanya dan mati dalam penghinaan!"

Keputusan itu sudah bulat. Persiapan eksekusi menimbulkan keheningan yang mencekam, Feng Guang yang terluka berat mencoba menatap seluruh manusia yang hadir di hari itu. Dia tidak melihat satu pun sahabatnya melainkan orang-orang yang tidak begitu dikenalnya. Mungkin setelah tahu dirinya bukanlah bagian dari manusia melainkan siluman yang menjelma menjadi manusia, mereka mulai meninggalkannya satu per satu. Feng Guang menelan kenyataan pahit itu dan hanya bisa menerima kematiannya.

Dua algojo yang akan mencabut nyawa Feng Guang mulai mengangkat senjata. Detik itu tiba-tiba ribuan orang diam dan hanya menyaksikan dalam hening.

Tombak tajam mengarah ke punggung Feng Guang, cipratan darah mengucur di panggung eksekusi.

Situasi berubah tak terkendali dalam beberapa detik. Dua algojo tewas dengan leher disayat oleh benda tajam. Tidak terlihat di mana pun pembunuhnya. Melihat situasi yang buruk, Mo Xiaohan yang sangat panik langsung mengambil langkah tegas. Dia terlihat seperti tidak mau membiarkan Feng Guang selamat.

Lelaki itu mengumpulkan seluruh kekuatan di sebelah tangannya, lantai tempatnya berpijak mulai retak dengan begitu hebatnya. Salah seorang ahli pedang yang menyaksikan tindakan ceroboh Mo Xiaohan terkejut.

"Yang benar saja? Bukankah itu sedikit berlebihan? Jurus itu adalah jurus terkuatnya. Dia akan menggunakannya untuk mengeksekusi Feng Guang yang bahkan tidak berdaya?"

Mereka hanya bisa menyaksikan ketakutan besar di wajah Mo Xiaohan.

"Tapak Dewa Pembunuh!"

Feng Guang melihat ke samping terkejut, jurus tersebut menjatuhkannya ke lantai dan menembus hingga tulangnya, darah menggenangi lantai. Feng Guang memuntahkan darah. Tidak tanggung-tanggung, Mo Xiaohan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membunuh Feng Guang.

Di sisa-sisa kesadarannya, Feng Guang menahan tangan Mo Xiaohan. "Sebegitu takutnya kau denganku?" Dia tertawa dengan mulut penuh darah. "Seharusnya sejak awal aku memperhatikanmu,"

.

"Guru, ini satu-satunya jalan yang kau punya."

"Kau bukanlah muridku. Asal kau tahu, aku tidak akan kalah darimu, Mo Xiaohan."

Kekuatan yang begitu dahsyat merobohkan panggung eksekusi. Secara mengejutkan kekuatan itu mulai meretakkan lantai istana yang terbuat dari batu terkuat. Mo Xiaohan mengambil sebuah kitab di balik jubah putih lelaki itu dan menghabisi Feng Guang dalam satu hentakan selanjutnya.

Pukulan itu mengenai jantung Feng Guang, dia tidak akan selamat dari serangan sebesar itu. Pada akhirnya kekuatan dari tubuhnya Feng Guang menghilang, luka fatal di tubuhnya tak menunjukkan harapan dia bertahan hidup. Perlahan semua orang menyadari bahwa Feng Guang telah tewas di tangan Mo Xiaohan.

Seluruh tamu yang menyaksikannya terpaku, Mo Xiaohan mengangkat kitab yang berhasil direbutnya kembali. "Feng Guang telah mati dan kitab ini akan dikembalikan pada penerus Klan Rong! Dengan begitu semuanya aman!"

"Tidak mungkin!!" Tiga orang yang merupakan kerabat dekat Feng Guang berteriak, mereka berusaha menyelamatkan Feng Guang dari eksekusi dengan membunuh algojo, namun Mo Xiaohan telah membunuh Feng Guang dengan tangannya sendiri. Semua orang menaruh hormat atas tindakan tegas Mo Xiaohan. Sementara itu, ketiga orang tersebut harus menerima akibat perbuatannya.

Ketika mereka sibuk dengan Mo Xiaohan, lantai tempat Feng Guang tergeletak mulai retak berkeping-keping. Hingga akhirnya lubang besar terbuka dan menjatuhkan jasad Feng Guang ke sebuah tempat. Lantas ratusan orang mengerubungi lubang besar itu dan menyadari ke mana Feng Guang jatuh.

"Bukankah itu Gunung Gui Shan?" Salah seorang melihat sepintas dan sudah merasakan kengerian tak beralasan dari sana.

"Dia benar-benar dikutuk. Setelah melakukan dosa besar, bahkan jasadnya terjatuh di tempat itu sehingga tidak bisa dimakamkan dengan layak."

"Pengkhianat tidak membutuhkan pemakaman!" tegas Mo Xiaohan. "Yang terpenting adalah Feng Guang telah lenyap dan kitab ini kembali ke pemilik yang benar."

Semua orang memalingkan muka dari tempat di mana jasad Feng Guang terjatuh. Mungkin besok semua orang akan membicarakan sosok Feng Guang sebagai sosok yang begitu buruk hingga akhir hayatnya.

Mo Xiaohan mengalihkan kedua matanya kepada kitab di tangannya dan merasa ada yang aneh, dia membuka beberapa lembar halaman dan melihat jelas bahwa kitab itu hanyalah salinan palsu. Wajahnya pucat pasi. Semua orang bersorak merayakan kemenangan Mo Xiaohan. Sementara Mo Xiaohan melihat ke lubang itu dengan ketakutan, Feng Guang telah mati. Andai pun dia mengejar jasad Feng Guang ke Gunung Gui Shan, belum tentu kitab itu bersamanya dan dirinya hanya akan terjebak di sana selama-lamanya.

Meskipun begitu saat Mo Xiaohan menyerahkan kitab tersebut kepada Rong Yin, dia sama sekali tidak curiga karena yang tahu bentuk aslinya hanyalah ayahnya. Mo Xiaohan berkeringat dingin saat mengingat ucapan terakhir Feng Guang.

'Aku tak akan kalah darimu.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 113 - Sesudah Perang

    "Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 112 - Sebuah Awal Baru untuk Rouhan

    Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 111 - Menyatukan Kekuatan

    Melihat dua bocah dengan mata penuh keyakinan mulai membuat Manajer Li kesal setengah mati, jemarinya bergerak-gerak ingin mencabik kedua pemuda itu.Mereka berdua berdiri bersebelahan, mengumpulkan seluruh kekuatan untuk serangan terakhir"Jika kalian gagal akulah yang akan memakan kalian," ujarnya dengan suara berat. Manajer Li sudah lebih tahu apa yang membuat ketiga pemuda itu bertahan lebih lama setelah mendapatkan luka berat dari para Six Stars. "Untuk kalian ketahui saja. Ketika tubuh telah mencapai batas dan tetap memaksakan bertarung, kalian akan mati.""Kami ke sini untuk menang, bukan untuk mati!" sahut Ma Jun dengan kobaran api yang sangat besar menyala di seluruh tubuhnya. Mata Manajer Li bergerak merasakan aura kekuatan yang hampir tidak pernah diketahuinya. Beberapa pendekar memiliki elemen khusus dalam teknik bertarungnya, tapi qi yang dimiliki pemuda itu netral. Kedua alisnya bertaut. Namun mengabaikannya ketika tahu keduanya benar-benar mempersiapkan diri."Kalian

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 110 - Menang atau Mati

    Lan Xiaoyan hampir kehabisan napas, paru-parunya terasa berat sekali. Sosok tanpa wujud menekan dadanya dan mencekiknya dari belakang dalam keadaan dirinya tanpa bisa melawan. Dia memberontak namun benang-benang tipis merah merekat semakin kuat dan membalutnya. "Sial...." Kali ini Lan Xiaoyan benar-benar kehabisan langkah. Manajer Li tidak akan ragu-ragu mengambil nyawanya. Dia mencoba melihat sekitar. Ma Jun telah tumbang dan terkapar tak berdaya. Sementara itu Feng Guang telah pergi ke tempat yang jauh. Sementara Lao Zhan tidak muncul sejak tadi."Tenang saja. Tidak akan ada yang menolongmu." Tangannya mencair dan berubah menjadi sebuah pedang sabit, kakinya yang panjang melangkah cepat ke tempat Lan Xiaoyan digantung. Dia tidak akan membuang waktu dan melepaskan Lan Xiaoyan hidup-hidup.Belasan serangan mengenai Lan Xiaoyan tanpa ampun, tangan laki-laki itu bergerak tanpa jeda dan hampir tidak terlihat, wajahnya lebih cerah daripada sebelumnya dan dia menyeringai iblis seperti mel

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 109 - Kita akan Bertemu Lagi

    "Aku menyesali banyak hal selama ini. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi mereka, maafkan aku. Jika hari itu aku menyelamatkannya..."Quan Yui menyadari jarum-jarum darah akan membunuh mereka berdua dalam sekejap, dia ingin gadis itu mendengarkannya di saat-saat terakhir. "Aku tidak membencimu." Ucapan Mei Linlin membuatnya berpaling sejenak. Quan Yui menggunakan teknik tubuh besi lalu berkata. "Maafkan kelancanganku, nona.""Tidak—aku tidak mau dilindungi lagi-!"Lelaki itu melindungi Mei Linlin dengan tubuhnya."Kau adalah tuan putri kerajaan, nyawamu adalah masa depan rakyatmu. Satu-satunya pilihan adalah membiarkan orang lain melindungimu.""Tidak..," Mei Linlin meneteskan air matanya, dia memejamkan mata saat jarum darah menghujani mereka berdua."Heaven Breaking Sword Technique.""Fire Barrier!!"Gebrakan kuat menghancurkan pusaran jarum darah, pelindung api menghalau ribuan serangan dan membakar jarum-jarum tersebut. Manajer Li mengedipkan matanya dan di balik perisai api

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 108 - Kekuatan yang Asing

    Sebuah bayangan besar menutupi tubuh Lan Xiaoyan yang terbaring telungkup di atas tanah yang banjir. Darah mengalir mengikuti arus hujan yang turun dengan deras. Menghujani ratusan mayat dan membawa amis darah bersama angin badai.Lelaki dengan pedang kebanggaannya melirik ke bawah dengan enggan, "Terlalu cepat seribu tahun untuk menantang ku, bocah."Dia mengangkat wajah Lan Xiaoyan dengan ujung pedang. "Kau hanya akan mati konyol di tempat ini.""Aku bilang, aku ke sini untuk memukul pantat kalian semua."Yang Guang terdiam sejenak, lalu tertawa kemudian hingga suaranya menggema keras. "Nyawa sudah diujung tanduk dan kau masih bisa mengoceh. Aku benci bocah sepertimu.""Aku bilang..." Bola mata pemuda itu, tatapan haus darah yang baru kali ini dilihatnya. Yang Guang menebaskan pedangnya untuk memenggal Lan Xiaoyan di tempat. Tapi dia terlambat mengeksekusinya. "Aku datang ke sini untuk membunuh kalian semua!!" Guntur dahsyat seketika memekakkan telinga diselingi cahaya kilat. Yang

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 107 - Menebus Dosa

    Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 106 - Aku Berjanji akan Memperbaikinya

    Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 105 - Terima Kasih telah Menerimaku sebagai Manusia

    Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status