Share

Malang I'm Coming

"Baik Sarah, siap-siap ya, besok kamu akan berangkat bersama Pak Laskar ke Malang. Bawa kabar gembira kali ini!"

"Siap Pak, laksanakan!" Sarah menerima tugasnya dengan sigap dan penuh semangat.

'Yes, akhirnya aku bisa keluar kota hanya berdua aja sama Laskar, jadi aku bisa bebas ngapa-ngapain tanpa harus main petak umpet dari orang-orang.'

"Oke, rapat kali ini cukup. Kalian boleh lanjut bekerja, selamat siang!"

Para staf dan karyawan yang ikut meeting, bergegas menuju meja masing-masing. Laskar kembali ke ruangannya dan Sarah mampir ke toilet sebentar.

Dari dalam toilet, Sarah mendengar desas-desus tentang dirinya dengan Laskar dari para karyawan lain yang juga sedang berada di toilet.

"Eh, kalian liat ga sih gelagat si Sarah yang begitu carmuk banget di depan Pak Broto dan Pak Laskar?"

"Iya ya, mentang-mentang cantik!"

"Kalian juga udah denger belum kabar Pak Laskar yang lagi deket sama si Sarah? Kata salah satu karyawan disini, dia liat si Sarah keluar dari mobil Pak Laskar tadi pagi!"

"Masa sih, tapi 'kan Pak Laskar udah punya istri ya? Gak tau malu banget sih dia!"

Dan banyak lagi omongan-omongan tak enak mengenai dirinya dan Laskar. Sarah sengaja tetap diam didalam toilet karena ingin mendapatkan informasi lebih lagi sejauh mana dirinya dan Laskar digosipkan.

'Ternyata ada yang liat aku sama Laskar pergi bareng, aku harus lebih berhati-hati lagi!' desisnya di balik toilet.

***

Laskar hari ini sengaja pulang cepat karena banyak keperluan yang harus dia siapkan di rumah, hatinya nampak senang mendapat tugas ke luar kota bersama Sarah bisa sekaligus jalan-jalan menikmati kebersamaannya tanpa harus main petak umpet.

"Tumben pulang cepet?" ujar Hanna yang masih terlihat sedikit kesal kepada Laskar.

"Aku ada tugas ke Malang, besok pagi aku berangkat!"

"Ke luar kota lagi? Berapa lama?"

"Mungkin seminggu Sayang, liat sikonnya aja nanti!"

"Oh, sini aku bantu packing!"

Hanna terlihat sedih mendengar Laskar keluar kota lagi, itu artinya dia akan merasakan LDR lagi sama suaminya.

"Jangan ditekuk gitu dong mukanya, aku cuma sebentar kok!"

Laskar mengusap rambut Hanna dan mengecup keningnya penuh perhatian, tapi Hanna hanya tertunduk diam.

"Kemarin pas aku lagi beli martabak, aku liat mobil kamu lewat. Aku pikir kamu akan pulang tapi kamu malah belok ke jalan sebelah komplek dan baru pulang ke rumah pas malem, kamu habis dari mana sih?" Pertanyaan itu akhirnya mulai terlontar dari mulut Hanna.

"Hah? Kamu liat mobil aku?" ucapnya sedikit kaget.

"Emm oh itu Sayang, kemaren temen aku nebeng lagi, karena searah ya udah kita bareng deh!" Wajahnya terlihat sangat gugup saat menjawab pertanyaan dari Hanna.

"Akhir-akhir ini kamu baik ya, setiap ada yang mau nebeng selalu kamu anter sampe rumah, kenapa ga sekalian aja nyambil jadi taksi online!"

Nadanya ketus dan wajah Hanna mulai terlihat bete lagi.

"Jangan gitu dong Sayang, jangan bete-bete. Aku mau ada tugas seminggu nih di luar kota, kasih aku semangat kek jangan dibete'in mulu!"

Hanna terkekeh melihat wajah galau Laskar yang membuatnya tak sanggup lagi menahan tawanya.

"Hahaha, kamu lucu banget sih kalau lagi ngedumel, oke maaf-maaf!"

"Iya deh, aku kasih semangat buat kamu. Tapi nanti ya!" Hanna memberikan kode nakal dari wajahnya yang cantik, Laskar pun membalasnya genit. Mereka asik mengemasi barang-barang sambil sesekali melempar candaan. Sampai tidak terasa waktu pun berlalu begitu cepat.

Malam ini adalah malam terakhir bagi Laskar untuk tidur bersama Hanna di rumahnya yang sederhana namun penuh kehangatan. Seminggu ke depan, Laskar akan menghabiskan seluruh waktunya bersama sang penggoda di Malang.

***

"Sayang, boleh aku minta sekali lagi sebelum aku berangkat pagi ini?" Bisikan nakal itu terdengar lagi di telinga Hanna yang masih menggeliat dalam selimutnya. Tangan Laskar memeluk Hanna dari belakang, seakan mencoba untuk membujuk istrinya untuk mengulang sekali lagi cinta yang semalam mereka rajut bersama.

"Astaga, nanti kamu telat Sayang! Ini udah subuh loh!" Tapi hasrat Laskar seakan tak bisa dikendalikan lagi.

"Ah, tapi masih mau Sayang!" Dia menyatukan tubuhnya kembali ke dalam pelukan Hanna.

Hanna seakan tak bisa menolak keinginan Laskar untuk melanjutkan sisa cintanya di menit-menit menjelang keberangkatannya. Kebetulan saat itu, tubuh Hanna masih dalam keadaan tanpa sehelai busana dan masih berada dalam selimut yang sama dengan Laskar.

Kring ...

Suara panggilan telepon itu tiba-tiba membuyarkan kenikmatan cinta mereka yang belum usai. Laskar mencoba tak mempedulikannya, tapi suara itu semakin lama semakin membuatnya menjadi tidak fokus menyalurkan hasrat cintanya.

"Ah sial, siapa sih orang yang iseng banget? Masih subuh udah nelpon aja!"

Hanna terkekeh melihat omelan Laskar kala itu.

"Ya udah, angkat dulu gih! Lanjutkan nanti aja kalau kamu udah pulang dari Malang!" Hanna pun lari dari dalam selimutnya tanpa menggunakan sehelai pakaian dan bergegas ke kamar mandi dengan wajah yang sedikit meledek.

"Eh Sayang, kita 'kan belum selesai!" Dengan perasaan yang masih berantakan karena Laskar tak berhasil menyelesaikan sisa cinta itu sampai klimaks, akhirnya dia mengambil ponsel yang ada di atas nakas. Matanya terbelalak saat melihat nama yang tertera jelas di layar ponselnya.

"Boss?!"

Diam-diam Laskar pergi keluar kamarnya dengan hanya menggunakan selimut yang menutupi area intimnya saja. Dia mencari tempat aman untuk sekedar menerima panggilan dari Sarah.

"Ha-halo Sar? Ada apa subuh gini udah nelpon?!" ujarnya cemas.

"Ya ampun, galak banget sih kamu! Aku cuma mau ngingetin aja kok, kalau kita berangkat jam 6 ya dari bandaranya!" sahut Sarah mengingatkan.

"Iya-iya, ya udah aku siap-siap dulu!"

"Oke, bye Sayang!"

"Bye!"

Laskar menutup panggilan yang membuatnya sangat was-was dan menggagalkan ronde keduanya bersama Hanna.

"Telepon dari siapa Sayang subuh-subuh gini?" Hanna keluar dari kamarnya dengan rambut yang kelimis karena dia baru saja selesai keramas.

"Eh itu Sayang, anu. Bos aku nelpon, katanya aku harus udah on the way 15 menit lagi, soalnya pesawat kita akan berangkat jam 6 tepat nanti."

"Oh, ya udah sana, cepet siap-siap!"

Laskar pun bergegas menuju kamar mandi untuk segera bersih-bersih. Koper sudah Hanna siapkan di depan pintu, Laskar tinggal pergi membawanya saja. Karena semua keperluannya, sudah Hanna siapkan semuanya tadi malam.

"Sayang, aku berangkat ya! Kamu baik-baik di rumah!" Laskar memeluk erat tubuh Hanna saat akan pergi, dia juga menghujani wajah Hanna dengan kecupan mesranya.

"Ouh, wajah aku jadi basah semuanya. Iwwh jorok banget sih!" Hanna mengelap wajahnya yang basah karena hujan kecupan dari sang suami.

"Iya Sayang, kamu juga hati-hati ya! Jaga mata sama hatinya!" Hanna seakan sudah mengisyaratkan kecurigaannya. Laskar hanya terkekeh mendengar pesan yang di ucapkan oleh istrinya itu.

"Hemm, iya dong! Mata sama hati aku 'kan cuma buat kamu, hehe."

"Uh gombal, gak mempan. Ya udah gih, keburu telat!"

Akhirnya bekal rindu yang mereka berikan satu sama lain, disudahi dengan kecupan hangat di punggung tangan Laskar. Dengan langkah kecilnya, Laskar membawa koper yang sudah di siapkan Hanna lalu memasukkannya ke dalam bagasi. Perlahan Laskar masuk ke dalam mobilnya sambil tak henti melambaikan tangan ke arah Hanna.

"Bye Sayang,"

"Bye, hati-hati ya jangan ngebut!"

Tatapan mata Hanna tak lepas dari sedan berwarna merah itu, dia melihat sampai ujung mobil Laskar menghilang ditelan oleh jalan.

"Sebaiknya aku pasang mata-mata di kantornya Laskar, biar aku gak menduga-duga terus kelakuan suamiku saat sedang bekerja!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status