"Tuan muda yang di mata orang-orang begitu angkuh, sombong dan arogan adalah pahlawan di hati kami. Tuan muda yang mereka anggap berhati dingin dan kejam itu ternyata adalah sosok pria dengan penuh kehangatan. Apakah anda tahu berapa banyak nyawa yang sudah beliau selamatkan. Berapa manusia yang telah berhasil beliau berikan kehidupan baru. Jawabannya tidak ada yang tahu karena Tuan muda tidak pernah menunjukkannya kepada siapapun. Bahkan di depan keluarganya sendiri," ungkap Sari panjang lebar.
Bening terpaku mendengar pengakuan Sari kepadanya. Apakah itu benar? Tetapi Sari juga tidak mungkin berbohong kepadanya 'kan. Apakah cerita tentang pria itu memang sengaja dilebih-lebihkan mengingat Sari adalah seorang pengabdi di rumah ini. Ah, itu juga tidak mungkin. Karena menjilat bukan termasuk sifat gadis itu.
"Tolong lanjutkan ceritamu Sari. Jangan membuatku penasaran!" tanya Bening.
"Jawabannya ada di panti asuhan KASIH BUNDA, rumah singgah KITA BISA, dan klinik
Kelegaan luar biasa dirasakan Bening setelah meluapkan isi hatinya kepada sang suami dan juga dokter Fahmi beberapa saat yang lalu. Walaupun suaminya itu sering tersulut emosi sepanjang ia bercerita tadi. Setelah membuat janji untuk pertemuan mereka selanjutnya. Di sinilah Bening berada sekarang-"Kita akan ke mana?" tanya Bening saat mobil yang dikemudikan Arga melesat kencang membela kepadatan jalanan Ibu kota."Aku ada urusan sebentar. Jika mengantarmu pulang dulu maka akan memakan banyak waktu lebih lama lagi. Jadi kau ikut saja!" jawab Arga tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari depan. "Dan jangan banyak bertanya!" imbuhnya.Bening yang mendapat ultimatum seperti itu hanya bisa mencebikkan bibirnya atas sikap berlebihan suaminya itu. Masa' bertanya saja tidak boleh? Begitu pikirnya."Baiklah-baiklah aku tidak akan bertanya lagi. Aku akan tidur saja kalau begitu!" Gadis itu berusaha mencari pos
Langit sudah tampak gelap saat Arga berhasil memarkirkan mobilnya di depan halaman sebuah villa yang berada di atas bukit."Turunlah!""Ini rumah siapa?" tanya Bening saat melihat bangunan megah di depannya."Salah satu villa milik keluargaku!" jawab Arga sembari melepas sabuk pengaman di tubuhnya."Tapi kenapa kita kemari?""Ada yang ingin aku kerjakan di sini. Sudah jangan cerewet. Ayo cepat turun!""Iya, tapi aku tidak bisa membuka ini!" ucap Bening sembari menujuk sabuk pengaman yang masih melilit tubuh mungilnya."Dasar kampungan!" Arga pun membantu Bening membuka sabuk pengamannya."Hey Tuan muda, sudah berapa kali kau mengataiku dalam seharian ini. Iya memang aku kampungan karena aku berasal dari kampung. Wajar aku tidak bisa membukanya karena aku tidak pernah memiliki mobil semewah ini sebelumnya!" ujar Bening tak terima.
"Kamu Sandra kan?!" ulang wanita tersebut.Sandra yang merasa namanya dipanggil itupun langsung memicingkan mata untuk memindai dan mencoba mengenali wajah wanita yang seakan mengenalnya tersebut."Juwita! Kamu?!" Sandra menatap tajam wanita di depannya guna memastikan bahwa memang benar itu sahabat lamanya."Iya ini aku San. Juwita, sahabat kamu waktu kuliah dulu. Kamu nggak lupa sama aku 'kan?" ujar Juwita meyakinkan."Ya ampun Ta. Beneran itu kamu? Aku nggak nyangka bisa ketemu lagi sama kamu di sini!" girang Sandra.Kedua sahabat lama itupun berhambur saling berpelukan untuk melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak bertemu."Ya, kok nggak dilanjut sih?""Aku suka baku hantam!""Aku suka kekerasan. Tolong jangan ada yang pisahin!""Ditunggu adegan jambak-jambakan-nya!""Kamera roll eksenn!"Begitu lah komentar-komentar yang keluar dari mulut para pengguna jalan yang sempat melihat dan memvideokan perte
Di villa.Tidur Bening terganggu saat mendengar kicau burung saling bersahutan memenuhi indera pendengarannya.Gadis itu merasa asing dengan tempat tidurnya saat baru saja membuka mata, karena masih setengah sadar. Hingga ia berhasil mengingat bahwa ia telah berada di villa milik suaminya.Bening melirik sisi sebelahnya yang ternyata masih nampak rapi. Ia yakin suaminya itu semalam tidak pulang.Ke mana sebenarnya pria itu. Kenapa menghilang begitu saja. Bahkan mobilnya saja masih terparkir di depan villa. Apa dia tidak membawa mobil atau memakai mobil lain? Ah sudahlah memikirkannya membuat kepala Bening semakin pusing.Hingga ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.Tok tok tok!Ceklekk-"Selamat pagi Nona," sapa perempuan paruh baya yang baru saja mengetuk pintu kamarnya."Selamat pagi, Ibu siapa ya?!" tanya Bening bingung karena semalam ia tidak melihat wanita ini."Maaf saya lupa memperkenalkan di
Bening semakin penasaran dengan kelanjutan dari cerita Bik Sri. Wanita paruh baya itupun kembali meneruskan ceritanya-"Dulu suami Bibi pernah difitnah melakukan malpraktek oleh salah satu keluarga pasiennya karena merasa tidak puas dengan kinerja Bapak. Orang tua pasien yang meninggal itu menuntut Bapak dengan penjara seumur hidup. Tapi karena semua itu tidak terbukti di pengadilan maka Bapak terbebas dari jeratan hukum. Namun, semuanya belum berakhir karena orang tersebut malah semakin menaruh dendam karena tidak berhasil memenjarakan suami Bibi. Dia menyewa orang untuk membunuh kami dengan cara membakar rumah yang kami tempati. Bukan itu saja, butik yang Bibi bangun dengan susah payah juga tidak luput dari incarannya. Harta benda kami habis dan kami nyaris menjadi gelandangan andai saja tidak mendapat pertolongan dari Tuan muda. Karena tabungan kami habiskan untuk biaya luka bakar yang diderita suami Bibi." Terlihat kilatan sendu dari netra wanita paruh baya itu saat menco
"Aku tahu kau hanya pura-pura tidur!" sindir Arga dengan masih memejamkan matanya.Bening yang mendengar ucapan suaminya itupun refleks membuka matanya lebar. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sang suami yang ternyata sudah memandangnya dengan senyuman sinis."Si-siapa yang pura-pura tidur?!" gugup Bening."Sudah lah aku juga tahu, kau sangat mengagumi wajah tampanku saat aku tertidur tadi," ucap Arga penuh rasa percaya diri.Apa yang dikatakan Arga itu memang benar adanya. Namun Bening tidak mungkin mengakuinya bukan?"Cih, selain pemaksa kau juga orang yang sangat narsis ternyata," cibir Bening."Terserah kau akui ataupun tidak, tapi kau sudah tertangkap basah tadi!""Terserah!"Bening pun tidak ingin memperpanjang masalah dan berniat meninggalkan Arga dengan bangkit dari ranjangnya. Namun tiba-tiba Arga menarik tangan Bening dal
Tepat pukul 09.00 pagi Juwita dan Sandra melakukan cek out dari hotel tempat mereka menginap. Sebelum berangkat ke Jakarta Sandra menyempatkan diri untuk singgah sebentar ke kosan yang selama dua minggu ini ia tempati untuk mengambil barang-barangnya.Perjalanan panjang mereka lalui dengan menggunakan mobil menuju ibu kota. Perasaan ragu dan gelisah sempat menghinggapi hati Sandra saat akan kembali ke kota tempat kelahirannya itu. Mengerti dengan kegelisahan hati Sandra Juwita pun mencoba menenangkan sahabatnya itu dengan mengusap punggung tangannya seolah berkata semua akan baik-baik saja.Namun perasaan was-was dan tidak nyaman selalu saja menghinggapi pikiran Sandra. Banyak sekali yang ia takutkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti saat ia kembali bertemu dengan orang-orang yang pernah dikenalnya dulu."Kenapa?"Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Sandra yang sedari tadi terus menun
Bening mencengkeram erat pegangan mobil akibat kejadian mendadak tadi. Untung Arga sigap dan bisa menguasai mobilnya sehingga tidak terjadi sesuatu kepada mereka."Siapa orang-orang itu?!" tanya Bening ketakutan melihat sosok pria menyeramkan mendekati mobil mereka."Tenanglah, mereka tidak berbahaya. Tunggu di sini, aku akan keluar menemui mereka!""Jangan keluar! Bagaimana jika mereka ingin melukaimu?!""Tidak akan terjadi apa-apa padaku, percayalah!""Kalo begitu aku juga ikut turun denganmu!" ucap Bening sembari melepas sabuk pengamannya."Jangan membantah, tetaplah di sini. Sampai aku kembali!""Tapi-""Cukup!" bentak Arga yang membuat Bening tak bisa berkutik lagi.Arga pun membuka pintu mobilnya dan berjalan santai menuju tiga orang yang sedang berdiri menghadang mobilnya tersebut.Dari dalam mobil