Nicholas terdiam di dalam mobilnya yang sejak tadi masih berhenti di depan jalan Cafe milik Selena.
Ternyata nama wanita itu adalah Selena. Hanya perasaan Nicholas atau memang sebuah kebetulan kalau nama wanita itu juga hampir sama dengan nama Sesilia?Selena dan Sesilia.Nicholas langsung mengacak rambutnya kasar. Ia benar-benar bingung sekarang. Terlebih rasa penasarannya terhadap Selena yang kini justru semakin bertambah kian besar.“Ada apa dengan dirimu?” Gumam Nicholas.Sejak kemarin ia terus menanyakan hal itu pada dirinya. Tapi sampai detik ini juga ia tak kunjung menemukan jawabannya. Satu-satunya jawaban yang ia temukan hanyalah rasa penasaran. Tidak ada yang lain.Nicholas lalu melirik jam mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. Baru hampir jam sepuluh malam. Apakah setelah ini ia akan langsung pulang ke rumah? Tidak. Tentu saja tidak. Nicholas masih merasa enggan kembali ke rumah. Ia tidak tahu apaTidak sampai satu jam, mobil yang Nicholas kendarai sudah sampai di apartemen yang Selena sebutkan tadi. Nicholas terus melajukan mobilnya hingga masuk menuju basement apartemen, lalu menghentikan mobilnya di sana. “Ternyata apartemen Selena cukup jauh juga dari pusat kota,” gumam Nicholas seraya melangkah keluar mobil. Tidak ingin membuang waktu lebih banyak. Nicholas pun segera melangkah menuju lift yang ada di lantai basement, lalu menekan tombol empat puluh lima, dimana lantai kamar Selena berada. Beberapa menit menunggu sampai akhirnya pintu lift yang di naiki Nicholas terbuka di lantai empat puluh lima. Nicholas segera melangkah keluar lift dan mencari nomor kamar Selena berada. “Rupanya di sana.” Nicholas kembali bergumam pelan saat berhasil menemukan keberadaan kamar apartemen Selena. Kebetulan kamar apartemen Selena berada di paling ujung. Nicholas hendak langsung menekan bel yang ada di di dekat pintu, tapi tiba-t
“Nicholas, tolong aku …,” Kalimat itu seketika membuat rasa khawatir Nicholas menyeruak. Persetan dengan semua rasa itu! Seharusnya Nicholas tidak perlu sekhawatir ini. Tapi entah kenapa saat ia mendengar suara Selena ia tidak bisa menahan rasa kekhawatirannya. Sial. Suara itu benar-benar membuat kepala Nicholas terasa semakin pening. “Tolong aku, Nicholas …,” Lagi-lagi suara Selena kembali terdengar. Apa yang harus Nicholas katakan? “Ada apa? Kamu ingin meminta tolong soal apa?” Di saat kepala Nicholas sedang bingung memikirkan kata apa yang ingin Ia keluarkan. Tapi tiba-tiba saja mulutnya sudah lebih dulu mengeluarkan kalimat tersebut. “Jeffry, Nich. D-dia mendatangiku. Dia ingin menyakitiku lagi. A-aku takut. Tolong aku,” ucap Selena pelan nyaris berbisik. Dari suara
Hari sudah semakin sore tapi tampaknya Aleeta sama sekali belum berniat untuk berpamit pulang ke rumahnya. Ia menyukai saat bisa berkumpul dengan keluarga Nicholas seperti ini. Aleeta bisa tertawa dan mengobrol dengan adik dan juga ibu mertuanya. Rasanya Aleeta tidak akan pernah bosan meski sudah melakukan kegiatan seperti itu hingga berjam-jam lamanya. Di samping itu, Nicholas tampaknya juga terlihat baik-baik saja saat melihat Aleeta sibuk sendiri dengan Emily dan Karina. Dan itu membuat Aleeta yakin kalau sepertinya Nicholas juga tengah menikmati suasana kebersamaannya dengan Lukas dan juga Papanya. Tanpa Aleeta sadari, bahwa yang sebenarnya terjadi Nicholas tidak benar-benar sedang menikmati kegiatannya sekarang. Sebaliknya pria itu justru sedang berusaha menahan sakit yang tengah ia rasakan dengan cara mengobrol maupun bercanda dengan Lukas dan Papanya.Kini Aleeta tengah berada di dapur, ia tengah mengupas buah sedangkan Emily membuat minuma
Meski hari sudah berganti tapi tetap saja rasa sakit yang di derita Nicholas tak kunjung menghilang juga. Ia meringis seraya memegangi perutnya, saat langkahnya baru saja sampai di dalam kamar mandi. Pria itu mengerang kesakitan. Tidak-tidak. Jika Nicholas terus seperti ini maka yang ada Aleeta akan tahu soal sakit yang sedang ia rasakan. Tapi kali ini Nicholas sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Lalu apa yang harus Nicholas lakukan sekarang?Nicholas harus menahan semua rasa sakitnya. Setidaknya untuk hari ini saja. Apalagi hari ini ia dan Aleeta akan pergi ke rumah orang tuanya. Jika Nicholas terlihat sakit maka tidak hanya Aleeta saja yang akan khawatir padanya, melainkan semuanya. Nicholas berusaha menarik panas panjang, lalu menghembuskannya perlahan sebelum kemudian ia berjalan tertatih menuju ke bilik pancuran shower. Selepas mandi, Nicholas segera melangkah keluar kamar. Hendak menyusul Aleeta yang kemungkinan saat ini
Nicholas meringis seraya memegangi perutnya saat ia hendak masuk ke dalam lobi kantor. Sudah beberapa hari belakangan ini Nicholas memang sering merasakan perih pada perutnya, bahkan sampai ke ulu hatinya. Tapi Nicholas terus berusaha mengabaikannya. Ia tidak ingin merasakan sakit itu.Sejak awal Nicholas sudah berjanji kalau ia tidak akan sakit karena ia tidak mau merepotkan orang lain, termasuk istrinya—Aleeta.Tapi kini perih itu benar-benar mengganggunya. Nicholas bahkan bisa merasakan keringat dingin yang perlahan menetes dari dahinya.“Tuan Nicholas. Anda tidak apa-apa?” Salah satu security yang menjaga pintu lobi kantornya segera berjalan mendekat.Nicholas berusaha menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan. “Nggak apa-apa. Kamu kembali bekerja saja,” ujarnya berusaha tersenyum.Security itu tampak terdiam sebelum akhirnya mengangguk karena tidak ingin membantah perintah dari atasannya.Nicholas segera k
Beberapa hari ini, semenjak Nicholas sering lembur dan selalu berangkat pagi. Aleeta terus sengaja bangun lebih awal, sebisa mungkin ia harus bangun sebelum Nicholas terbangun.Setelah itu Aleeta akan langsung pergi ke dapur menyiapkan sarapan untuk Nicholas. Meski kenyataannya beberapa hari ini hal itu selalu sia-sia karena Nicholas tidak pernah mau sarapan di rumah. Tapi, Aleeta masih cukup bersyukur karena suaminya masih mau membawa masakannya sebagai bekal sarapannya di kantor. Meski sejujurnya Aleeta akan semakin merasa senang jika Nicholas mau sarapan di rumah bersamanya.Aleeta menghela napas, memejamkan matanya, berusaha menghalau rasa pusing yang tiba-tiba melanda. Ia bahkan sampai harus menghentikan aktivitas memasaknya karena rasa pusing yang tak kunjung hilang itu. Aleeta merasa kalau hari ini badannya tidak terlalu fit, ia merasa pusing dan badannya juga lemas sekali. Padahal kemarin ia masih merasa baik-baik saja. “Nona.”