Home / Romansa / Penjara Hati Bos Arogan / Bab 80. Mengikuti Alya

Share

Bab 80. Mengikuti Alya

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-05-06 22:11:09

Wajah itu—yang barusan bersikap tenang—mendadak menegang. Ia berdiri begitu cepat sampai kursi di belakangnya bergeser keras.

“Ada apa?” tanya Evan, ia ikut penasaran dengan apa yang terjadi pada Alya tiba-tiba bangkit dari duduknya.

“Maaf, aku… harus pergi. Maaf,” jawab Alya cepat. Ia meraih tasnya tanpa sempat meneguk air minum yang baru tersaji di atas meja makan mereka. Kabar yang baru saja ia dapat lebh penting dari pertemuan yang sama sekali tidak ia inginkan.

“Biar kuantar,” kata Evan, mencoba berdiri di jalurnya. Evan menawarkan bantuan bantuan ketika melihat Alya tiba-tiba panik.

“Tidak!” jawab Alya, lebih keras dari yang ia sadari. Pandangannya segera melunak, tapi ekspresi paniknya tak bisa ditutupi. “Maaf, Evan. Aku benar-benar harus pergi sekarang.”

Evan memicingkan mata. “Alya, kau baik-baik saja? Setidaknya biar aku—”

“Aku bilang tidak,” potong Alya, lalu berbalik dan berjalan cepat keluar restoran.

Evan terdiam sejenak. Tapi nalurinya sebagai pria yang terbiasa deng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 81. Ke Rumah Sakit

    Mesin mobil meraung pelan menembus kesunyian malam. Suasana di dalam mobil itu begitu hening, seolah-olah suara apa pun bisa membuat semuanya runtuh. Hanya ada detak jam digital dashboard dan hembusan napas tergesa dari seorang anak kecil yang tertidur dalam pangkuan ibunya—atau lebih tepatnya, tergolek lemah.Alya duduk dengan tubuh kaku, memangku Cale yang tampak pucat dan lemas. Tubuh mungil anak itu panas membara, membuat peluh Alya mengalir deras meski AC mobil dinyalakan cukup dingin. Tangannya tak henti membelai rambut anaknya dengan gelisah. Ia nyaris tak berani berkedip, matanya terus mengamati dada kecil Cale yang naik turun dengan napas cepat, tidak teratur.Kecemasan telah mencengkeramnya sejak telepon darurat dari pengasuh datang. “Bu, Cale demam tinggi dan muntah-muntah terus,” begitu katanya dengan suara panik. Tanpa pikir panjang, Alya langsung pamit dari makan malam bersama Evan dan berlari pulang.Kini, ia berada dalam mobil Evan. Pria yang sudah lima tahun tak ditem

    Last Updated : 2025-05-06
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 82. Kebenaran yang Ditakutkan

    Cahaya lampu ruang perawatan menyinari wajah pucat Cale yang terbaring lemah di atas ranjang. Jarum infus tertancap di tangan mungilnya, membuat Alya tak sanggup menahan gemetar di tubuhnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, tangannya menggenggam jemari putranya yang dingin. Alya melirik ponselnya. Sudah hampir jam 12 malam. Hanya ada mereka di ruangan itu. Dunia di luar begitu sunyi, tapi hatinya penuh suara: kecemasan, rasa bersalah, ketakutan.Setelah ia memastikan Cale nyenyak tidurnya. Alya menuju ke sofa tunggu yang berada di seberang ranjang pasien. Ia ingin menghubungi seseorang yang selalu mampu menenangkan dirinya di kala hatinya sedang resah melanda. Dengan tangan gemetar, ia menekan nama yang tertera di layar: Vira. Satu-satunya orang yang tahu seluruh kebenaran.Sambungan terangkat dalam tiga dering. Suara khas Vira langsung terdengar, meski agak parau mungkin temannya itu akan tidur. “Alya? Ada apa? Kamu telepon malam-malam begini?” Belum sempat menjawab, Vira melanjutk

    Last Updated : 2025-05-07
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 83. Jejak Tersembunyi

    JEJAK YANG TERSEMBUNYIHening. Begitu sunyinya ruang tunggu rumah sakit hingga detak jarum jam terdengar seperti denting palu di dalam kepala Alya. Matanya terpaku pada dinding putih, tapi pikirannya berlari jauh. Sementara di sebelahnya, Evan duduk dengan tangan bertaut, menatap lurus ke arah ruang perawatan tempat Cale dirawat.Tadi, dokter mengatakan Cale mengalami keracunan makanan ringan, mungkin dari jajanan yang dibelinya sepulang sekolah. Tubuh kecil itu kini tengah diinfus, tertidur dalam keadaan lemah, dan Alya belum bisa berhenti menyalahkan diri sendiri."Alya." Suara Evan memotong lamunannya, dalam dan tenang, tapi tak bisa menyembunyikan nada penasaran. "Boleh aku tanya sesuatu?"Alya menoleh cepat. Dadanya menegang. Ia tahu, cepat atau lambat, pertanyaan itu akan muncul. Ia sudah menduganya sejak Evan pertama kali menatap wajah Cale dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia sudah merasakannya sejak pria itu mengikuti mobil ambulans malam tadi tanpa izin, hanya demi memasti

    Last Updated : 2025-05-08
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 84. Kehadiran Evan yang Tak Terduga

    Kehadiran Evan yang Tak TerdugaPagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai jendela kamar rumah sakit, menciptakan pola cahaya yang menari di lantai. Alya duduk di tepi ranjang, memperhatikan Cale yang tengah tertidur pulas. Wajah anak itu tampak lebih segar, rona pucatnya mulai tergantikan oleh warna merah muda yang sehat.Alya mengelus rambut Cale dengan lembut, perasaan lega dan syukur memenuhi hatinya. Setelah hampir dua hari yang melelahkan, akhirnya Cale menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Dokter telah memberikan izin untuk pulang hari ini, dan Alya tak sabar membawa putranya kembali ke rumah.Saat Alya sedang membereskan barang-barang di kamar, terdengar ketukan pelan di pintu. Ia menoleh, sedikit terkejut melihat Evan berdiri di ambang pintu dengan senyum hangat di wajahnya. Di tangannya, ia membawa beberapa kantong plastik berisi makanan dan mainan."Selamat pagi," sapa Evan sambil melangkah masuk. Evan pun merekahkan kedua ujung sudut bibirnya, dit

    Last Updated : 2025-05-08
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 85. Jejak Langkah yang Tak Sengaja

    Langit siang itu tertutup mendung tipis, namun suasana dalam mobil Evan begitu hangat. Tawa Cale mengisi setiap jeda waktu, membuat perjalanan ke pusat perbelanjaan seperti perjalanan keluarga kecil yang telah lama saling mengenal. Padahal kenyataannya baru kemarin malam Evan tahu tentang keberadaan bocah kecil itu.Alya duduk di kursi penumpang di belakang, tangannya mengepal di atas paha, berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa lebih berat dari biasanya. Ia melirik wajah Cale yang duduk dengan suasana hatinya yang riang, tertawa karena lelucon ringan dari Evan.“Kalau mobil ini bisa terbang, kita langsung ke bulan aja, ya, Om Evan?” tanya Cale polos.Evan tertawa. “Boleh. Tapi kita harus pakai baju astronot dulu. Cale mau jadi kapten?”“Mau! Tapi nanti Mommy takut, soalnya Mommy nggak suka tempat tinggi!”Cale tertawa diikuti Evan, sementara Alya hanya tersenyum tipis. Getaran asing mulai tumbuh di dadanya. Bukan hanya tentang fakta bahwa Cale dengan mudah melebur dalam keh

    Last Updated : 2025-05-09
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 1. Usaha Alya

    “Bukankah perusahaan ini menyediakan pinjaman untuk karyawannya yang membutuhkan, yang nanti akan dipotong langsung dari gaji bulanan sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan pada perusahaan ini, Pak?” Tanya Alya. Gadis berusia 20 tahun yang saat ini sedang menjadi tulang punggung keluarganya mencoba berargumen pada manajer akunting baru yang tak lain adalah anak dari pemilik pabrik konveksi tempatnya bekerja. Wanita yang sejak beberapa tahun terakhir ini menjadi lemah keadaannya, karena harus mendapati fakta jika sang ibu yang selama ini bekerja keras untuknya dan Safa, adiknya itu harus mengidap penyakit jantung koroner. Pria yang berada di balik meja kerjanya itu menatap tak suka pada Alya yang berusaha mencari simpati kepadanya. Kebijakan baru saja dia buat, tentu saja dia tak akan melakukan pelanggaran atas apa yang sudah diputuskan olehnya. Bagi Evan, permintaan karyawannya itu tak masuk akal. Jumlah yang akan dipinjam bukanlah jumlah sedikit. Melainkan jumlah uang ratusan j

    Last Updated : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 2. Berbagi Cerita

    Alya kembali ke ruang kerjanya dengan mata sembab dan langkahnya yang gontai. Banyak pasang mata yang menatap penuh tanya saat melihat kondisi yang terjadi kepada Alya. Tentu saja semua orang yang melihat keadaan Alya tidak seperti biasanya itu saling bertanya satu sama lain. Dan mereka hanya mengira jika sesuatu buruk terjadi pada ibu gadis tersebut.Tiba di ruang kerjanya, sambutan pertama yang Alya dapatkan adalah tatapan cemas dari Vira, rekan kerja satu profesi dengannya yang menjadi desain tiap pakaian yang diproduksi oleh pabrik tekstil tersebut.Vira yang mendapati keadaan temannya yang sedang tidak baik-baik saja itupun tidak tinggal diam. Dia segera mendekat, menatap penuh tanya kepada wanita yang terbiasa ceria itu masuk dengan mata sembab yang masih memerah.“Apa yang terjadi?” Vira yang mendapati sang teman sedang tak baik-baik saja itu pun menjadi panik. Setelah mereka melakukan absensi masuk bekerja, Vira sudah tidak mendapati temannya kembali masuk ke ruang kerjany

    Last Updated : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 3. Kabar dari Sekolah

    “Maaf.” Vira yang sebelumnya terlihat antusias mendengar keluhan dari Alya itu tiba-tiba meminta maaf pada temannya. Dia menatap sendu pada Alya, setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh rekan kerjanya tersebut. Vira tidak mampu berbuat banyak. Sebagai teman yang baik dia hanya mampu mendoakan semoga kalian bisa melewati ujian hidup yang terjadi pada dirinya dan keluarganya tersebut.“Kenapa Mbak minta maaf. Mbak ga salah apa pun loh,” kata Alya. Wanita yang semula sudah bersiap menumpahkan cairan kristal di balik kelopak matanya itu tiba-tiba terkekeh pelan. Dia mengulas senyum cantiknya, menatap pada sang teman karena Vira yang sama sekali tidak melakukan kesalahan malah meminta maaf kepadanya.“Al.” Wanita yang menetap sendu kepada Alya itu bukan suara, masih dengan tatapan nanarnya. Dia berucap, “mbak minta maaf. Kali ini habis tidak bisa membantu lebih untukmu dan keluargamu. Jujur saja Mbak juga habis memberikan pinjaman kepada Mas Emir untuk biaya pendidikannya. Jad

    Last Updated : 2024-03-15

Latest chapter

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 85. Jejak Langkah yang Tak Sengaja

    Langit siang itu tertutup mendung tipis, namun suasana dalam mobil Evan begitu hangat. Tawa Cale mengisi setiap jeda waktu, membuat perjalanan ke pusat perbelanjaan seperti perjalanan keluarga kecil yang telah lama saling mengenal. Padahal kenyataannya baru kemarin malam Evan tahu tentang keberadaan bocah kecil itu.Alya duduk di kursi penumpang di belakang, tangannya mengepal di atas paha, berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa lebih berat dari biasanya. Ia melirik wajah Cale yang duduk dengan suasana hatinya yang riang, tertawa karena lelucon ringan dari Evan.“Kalau mobil ini bisa terbang, kita langsung ke bulan aja, ya, Om Evan?” tanya Cale polos.Evan tertawa. “Boleh. Tapi kita harus pakai baju astronot dulu. Cale mau jadi kapten?”“Mau! Tapi nanti Mommy takut, soalnya Mommy nggak suka tempat tinggi!”Cale tertawa diikuti Evan, sementara Alya hanya tersenyum tipis. Getaran asing mulai tumbuh di dadanya. Bukan hanya tentang fakta bahwa Cale dengan mudah melebur dalam keh

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 84. Kehadiran Evan yang Tak Terduga

    Kehadiran Evan yang Tak TerdugaPagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai jendela kamar rumah sakit, menciptakan pola cahaya yang menari di lantai. Alya duduk di tepi ranjang, memperhatikan Cale yang tengah tertidur pulas. Wajah anak itu tampak lebih segar, rona pucatnya mulai tergantikan oleh warna merah muda yang sehat.Alya mengelus rambut Cale dengan lembut, perasaan lega dan syukur memenuhi hatinya. Setelah hampir dua hari yang melelahkan, akhirnya Cale menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Dokter telah memberikan izin untuk pulang hari ini, dan Alya tak sabar membawa putranya kembali ke rumah.Saat Alya sedang membereskan barang-barang di kamar, terdengar ketukan pelan di pintu. Ia menoleh, sedikit terkejut melihat Evan berdiri di ambang pintu dengan senyum hangat di wajahnya. Di tangannya, ia membawa beberapa kantong plastik berisi makanan dan mainan."Selamat pagi," sapa Evan sambil melangkah masuk. Evan pun merekahkan kedua ujung sudut bibirnya, dit

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 83. Jejak Tersembunyi

    JEJAK YANG TERSEMBUNYIHening. Begitu sunyinya ruang tunggu rumah sakit hingga detak jarum jam terdengar seperti denting palu di dalam kepala Alya. Matanya terpaku pada dinding putih, tapi pikirannya berlari jauh. Sementara di sebelahnya, Evan duduk dengan tangan bertaut, menatap lurus ke arah ruang perawatan tempat Cale dirawat.Tadi, dokter mengatakan Cale mengalami keracunan makanan ringan, mungkin dari jajanan yang dibelinya sepulang sekolah. Tubuh kecil itu kini tengah diinfus, tertidur dalam keadaan lemah, dan Alya belum bisa berhenti menyalahkan diri sendiri."Alya." Suara Evan memotong lamunannya, dalam dan tenang, tapi tak bisa menyembunyikan nada penasaran. "Boleh aku tanya sesuatu?"Alya menoleh cepat. Dadanya menegang. Ia tahu, cepat atau lambat, pertanyaan itu akan muncul. Ia sudah menduganya sejak Evan pertama kali menatap wajah Cale dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia sudah merasakannya sejak pria itu mengikuti mobil ambulans malam tadi tanpa izin, hanya demi memasti

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 82. Kebenaran yang Ditakutkan

    Cahaya lampu ruang perawatan menyinari wajah pucat Cale yang terbaring lemah di atas ranjang. Jarum infus tertancap di tangan mungilnya, membuat Alya tak sanggup menahan gemetar di tubuhnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, tangannya menggenggam jemari putranya yang dingin. Alya melirik ponselnya. Sudah hampir jam 12 malam. Hanya ada mereka di ruangan itu. Dunia di luar begitu sunyi, tapi hatinya penuh suara: kecemasan, rasa bersalah, ketakutan.Setelah ia memastikan Cale nyenyak tidurnya. Alya menuju ke sofa tunggu yang berada di seberang ranjang pasien. Ia ingin menghubungi seseorang yang selalu mampu menenangkan dirinya di kala hatinya sedang resah melanda. Dengan tangan gemetar, ia menekan nama yang tertera di layar: Vira. Satu-satunya orang yang tahu seluruh kebenaran.Sambungan terangkat dalam tiga dering. Suara khas Vira langsung terdengar, meski agak parau mungkin temannya itu akan tidur. “Alya? Ada apa? Kamu telepon malam-malam begini?” Belum sempat menjawab, Vira melanjutk

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 81. Ke Rumah Sakit

    Mesin mobil meraung pelan menembus kesunyian malam. Suasana di dalam mobil itu begitu hening, seolah-olah suara apa pun bisa membuat semuanya runtuh. Hanya ada detak jam digital dashboard dan hembusan napas tergesa dari seorang anak kecil yang tertidur dalam pangkuan ibunya—atau lebih tepatnya, tergolek lemah.Alya duduk dengan tubuh kaku, memangku Cale yang tampak pucat dan lemas. Tubuh mungil anak itu panas membara, membuat peluh Alya mengalir deras meski AC mobil dinyalakan cukup dingin. Tangannya tak henti membelai rambut anaknya dengan gelisah. Ia nyaris tak berani berkedip, matanya terus mengamati dada kecil Cale yang naik turun dengan napas cepat, tidak teratur.Kecemasan telah mencengkeramnya sejak telepon darurat dari pengasuh datang. “Bu, Cale demam tinggi dan muntah-muntah terus,” begitu katanya dengan suara panik. Tanpa pikir panjang, Alya langsung pamit dari makan malam bersama Evan dan berlari pulang.Kini, ia berada dalam mobil Evan. Pria yang sudah lima tahun tak ditem

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 80. Mengikuti Alya

    Wajah itu—yang barusan bersikap tenang—mendadak menegang. Ia berdiri begitu cepat sampai kursi di belakangnya bergeser keras.“Ada apa?” tanya Evan, ia ikut penasaran dengan apa yang terjadi pada Alya tiba-tiba bangkit dari duduknya. “Maaf, aku… harus pergi. Maaf,” jawab Alya cepat. Ia meraih tasnya tanpa sempat meneguk air minum yang baru tersaji di atas meja makan mereka. Kabar yang baru saja ia dapat lebh penting dari pertemuan yang sama sekali tidak ia inginkan. “Biar kuantar,” kata Evan, mencoba berdiri di jalurnya. Evan menawarkan bantuan bantuan ketika melihat Alya tiba-tiba panik. “Tidak!” jawab Alya, lebih keras dari yang ia sadari. Pandangannya segera melunak, tapi ekspresi paniknya tak bisa ditutupi. “Maaf, Evan. Aku benar-benar harus pergi sekarang.”Evan memicingkan mata. “Alya, kau baik-baik saja? Setidaknya biar aku—”“Aku bilang tidak,” potong Alya, lalu berbalik dan berjalan cepat keluar restoran.Evan terdiam sejenak. Tapi nalurinya sebagai pria yang terbiasa deng

  • Penjara Hati Bos Arogan   79. Makan Malam

    Evan.Ia berdiri tenang, mengenakan setelan jas gelap yang membingkai tubuh tingginya dengan sempurna. Rambutnya rapi, senyumnya tipis. Tapi mata itu—mata yang dulu menatap Alya dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. “Nona Alya.” Suaranya terdengar ringan, seperti tak ada beban di antara mereka.Alya menahan napas. “Apa yang anda kerjakan di sini?”Evan melirik ke pintu ruang rapat yang tertutup. “Aku ada janji sama bosmu. Mau presentasi proposal kerja sama.”“Proposal?” Alya menyipitkan mata. “Anda sangat yakin sekali bisa bekerja sama dengan kami, Tuan,” ujar Alya meremeh kan keinginan Evan yang sulit untuk menembus kerja sama dengan perusahaannya. Evan tersenyum tipis, sejak pertemuan dan perbincangan kerja sama yang ingin Evan lakukan dengan perusahaannya. Memang, Alya seolah tak memberikan celah agar perusahaannya bisa melakukan kerja sama. Tentu saja, Evan tak akan menyerah begitu saja, sampai ia bisa bekerja sama dan akan sering bertemu Alya. Dan satu …merebut Alya kemba

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 78. Gelisah

    Sudah dua malam berturut-turut Alya memandangi langit-langit kamar, dan tetap tidak menemukan jawab dari keresahan yang mengendap dalam dadanya. Cahaya remang dari lampu tidur membentuk bayangan samar di dinding, menari perlahan seiring hembusan udara dari pendingin ruangan. Suara detak jarum jam terdengar lebih keras dari biasanya, seolah menertawakan pikirannya yang tak kunjung tenang.Alya membetulkan selimut Cale yang melorot hingga pinggang bocah itu. Anak kecil itu tidur dalam posisi menyamping, memeluk boneka mobil cars yang selalu menemani. Napasnya teratur, damai. Tak seperti ibunya yang masih terjaga dengan pikiranya yang sedang menerawang oleh rasa cemas yang melandanya. Sejak Evan kembali, Alya merasa seperti kembali diceburkan ke dalam kolam kenangan yang dingin dan dalam. Dulu, ia sempat berpikir bahwa waktu akan menenggelamkan semua rasa. Tapi ternyata, waktu hanya menyimpannya rapat-rapat, dan kini membukanya kembali.“Mommy…”Suara lirih itu membuat Alya menoleh cep

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 77. Pov Alya

    Langit Tokyo sore itu mendung. Awan menggantung berat, seolah menahan hujan yang belum siap jatuh. Di dalam gedung kaca berlantai dua puluh satu itu, Alya duduk di balik meja kantornya yang minimalis. Di balik jendela besar, kota terlihat seperti lukisan yang buram. Tapi bukan cuaca yang membuat dadanya sesak sore itu—melainkan nama yang tertera dalam proposal kerja sama yang baru saja dikirimkan tim marketingnya."Evan Sanders."Dua kata yang langsung membuat darahnya surut ke ujung kaki. Dunia seolah berhenti berputar beberapa detik. Jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya. Bukan karena gugup menghadapi kerja sama baru, tapi karena sosok Evan adalah masa lalu yang tak pernah ingin ia temui lagi—apalagi sekarang.Tangannya bergetar saat membuka slide presentasi yang dikirimkan perusahaan Evan. Ia membaca cepat, dan tak bisa membohongi dirinya sendiri: proyek ini sangat menjanjikan. Tapi yang lebih mengejutkan, ternyata Evan sendiri yang meminta untuk bertemu langsung dengannya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status